Memanfaatkan Data 3D untuk Perencanaan Kota

Lusi Suwandi
2 min readDec 17, 2017

--

Perencanaan dalam skala yang lebih detail membutuhkan data yang lebih detail. Ketersediaan data yang lebih lengkap dibutuhkan untuk menjamin representasi kondisi fisik yang lebih nyata. Hal ini adalah konsekuensi, karena perencanaan yang detail akan juga langsung berdampak kepada pembangunan yang dilakukan masyarakat.

Selama ini, ranah data fisik 3D masih menjadi keahlian para arsitek. Sementara para perencana disibukkan oleh dokumen-dokumen dan peta-peta dalam bentuk 2 dimensi. Padahal kita tahu bahwa aspek sumbu Z, ketinggian, akan menambah representasi agar menjadi lebih nyata. Apalagi pada tingkat perencanaan detail, misalnya pada Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasinya, di mana batasan-batasan ketinggian dan dampaknya kepada ruang menjadi sangat nyata. Iterasi rencana pada tahap ini sangat bergantung pada simulasi data 3D agar dampak dari setiap alternatif rencana menjadi lebih jelas.

Sayangnya, para perencana atau calon perencana masih belum dibekali dengan sensitivitas terkait hal ini. Akuisisi data saat ini semakin murah dan data yang dihasilkan semakin beragam. Para perencana perlu memahami apa yang dibutuhkan, apa yang tersedia, dan bagaimana mengolahnya untuk menghasilkan informasi yang lebih baik.

Misalnya saja, sekarang kita dapat menghasilkan visualisasi 3D dari foto udara yang diambil dengan drone kemudian hasilnya dapat kita gunakan untuk membuat model-model bangunan atau terrain suatu wilayah. Beberapa daerah bahkan kini sudah melakukan akuisisi data Lidar yang akan menghasilkan model surface yang sangat detail. Untuk perencanaan yang sangat detail, data-data ini akan menjadi game-changer dalam memberikan input.

Beberapa pilot project di Indonesia saat ini sedang diinisiasi agar simulasi 3D dapat dimanfaatkan sepenuhnya dalam kepentingan perencanaan. Siklus perencanaan yang tidak pernah berhenti membutuhkan representasi-representasi ini agar intervensi yang dilakukan benar-benar mencerminkan kebutuhan masa depan vs apa yang terjadi saat ini.

Di dunia industri saat ini pun, gabungan antara BIM dan GIS (dua kutub yang salah satunya dikuasai arsitek dan satunya lagi oleh para perencana dan geografer) sedang digalakkan. Representasi dunia dalam bentuk 3D adalah salah satu komponen yang vital di dalamnya.

Maka dari itu, para perencana sudah harus mulai memahami dengan lebih baik kebutuhan ini. Bukan hanya dari segi teknokratis, tetapi representasi yang lebih baik akan memberikan komunikasi yang lebih baik kepada publik. Karena publik pun hendaknya menuntut gambaran yang lebih jelas terhadap rencana.[]

--

--