I make mistaeks. I learn from it. How I change.

Luthfi Wisnuwardhana
6 min readNov 23, 2016

--

Anda menyadari di tempat pertama kali, “oh itu ada typo”. Atau, “oh itu ada salah tuh di judulnya”. Yep, itulah kesalahan. Kesalahan baik itu kesalahan kecil, maupun besar. Salah tetaplah salah.

SALAH!

Ga ada orang yang pengen disalah-salahin, meskipun saya ini laki-laki yang sering disalahin (mostly came from women, yang menjadi hakikat di masyarakat saat ini bahwa cowo=salah).

Haha bercanda, meskipun dalam kenyataanya itu gak bisa dipungkiri sih.

Kalau anda pernah berbuat kesalahan, pasti ada suatu perasaan yang tidak enak, entah itu yang mengganggu dalam otak, perasaan merinding, perasaan ingin tidak diketahui orang lain, atau bahkan perasaan ingin menyangkal itu semua tidak benar.

Itu wajar.

Saya juga merasakan hal tersebut ketika saya salah, tapi ketahuilah,

Salah tetaplah salah, sadarilah hal tersebut.

Saya seorang desainer grafis.

Revisi itu sudah biasa, dikomplain, dikritik, dicecer, itu hal yang sering saya temui ketika kerja. Sejak kuliah saya seringkali diminta bantuan untuk mendesain sesuatu, hingga sekarang jadi profesi.

©WDDDG, Dennis Estanislao & Sean Gerety, 2010

Anggaplah deveoper itu adalah klien (orang yang meminta untuk bantuan desain). Ketika awal mendesain, saya seringkali suka punya ‘idealisme sendiri’, dan klienpun punya ‘idealisme sendiri.’ Apa yang seringkali menurut saya bagus, disalahkan. Dan sebaliknya. Ketika saat itu (dulu banget) saya seringkali menyalahkan (dalam hati) klien saya atas pilihannya tersebut.

Masalahnya apa?

©WDDDG, Dennis Estanislao & Sean Gerety, 2010

Elu salah ngedesainnya! Giniin lah!

Eh, lebih baik gini lah desainnya, selera lu kolot banget!

Salah satu percakapan yang dulu pernah terjadi, and it getting us nowhere from that point.

©WDDDG, Dennis Estanislao & Sean Gerety, 2010

Ego kita masing-masing adalah penyebabnya. Kita masing-masing saling berpinsip bahwa, ‘anda salah, saya benar’, dan begitu pula sebaliknya. Tapi pada kenyataannya, bagaimana kalau kita sama-sama salah ternyata?

Baik dari pihak desainer memang ada blind spot yang memang itu jelek.

Baik dari pihak klien memang ada yang tidak tepat dalam menggunakan desain yang diharapkan.

Tapi bukan itu garis besarnya yang saya ingin tekankan disini adalah, kita semua punya kesalahan masing-masing, tapi punya cukup keberanian untuk mengakui kekurangan kita dan kesalahan kita kepada orang lain. Inliah hikmah yang saya dapat selama ini menjadi desainer.

©WDDDG, Dennis Estanislao & Sean Gerety, 2010

Oh come on. For the greater good can we move on?

Solusinya gimana?

Ngobrol, terbuka, dan siap menerima masukan. Meskipun pada kenyataannya sulit untuk mencapai titik ini.

©WDDDG, Dennis Estanislao & Sean Gerety, 2010

Prinsip yang mirip juga terjadi pada diri kita masing-masing.

Maksudnya gimana?

Kita akui bahwa kita ini sering kesalahan, atau katakanlah dosa. Seringkali ada konflik batin yang kita alami seperti ini. Dan kesalahan itu tak luput dari masing-masing manusia, bahkan manusia pertama pun melakukannya.

Dan Kami berfirman: “Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang dzalim. Q.S. Al-Baqarah 2:35

Pada kenyataanya, Adam mendekatinya.

Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”. Q.S. Al-Baqarah 2:36

And that’s how our ancestor made mistake. His first mistake.

Lalu apa yang dilakukan Adam? Apakah dia menyalahkan orang lain? Tidak. Ia menyalahkan dirinya karena ia menuruti langkah syaitan.

Dalam suatu keterangan, Adam sangat sangat sangat menyesal atas perbuatannya.

Ibarat gini deh, kamu mencoba secara terang-terangan mencuri dompet yang di depan pemiliknya, terus ketahuan. Malu, bingung, pengen kabur tapi gak bisa, perasaan gundah gulana, panik, bercampur jadi 1.

Bagaimana kondisi Adam ketika itu?

Menyesal. Banget.

Terjebak dalam penyesalan dan mengharapkan ampunan/kesempatan kedua.

Kita juga pernah mengalami hal tersebut kan? Terjebak dalam suatu lubang masalah dan mengharapkan ingin keluar dari sana secepat mungkin.

I’m totally messed up. I feel depressed. I made mistake. Source: 500px.com

Segera bangkit. Ga ada pilihan lain.

Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Rabbnya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. Q.S. Al-Baqarah 2:37

Inilah kesempatan kedua Adam. Kalimat apa yang diajarkan oleh Allah kepada Adam? Mungkin kita sering membaca doa tersebut waktu kecil

Q.S. Al-A’raf 7:23

Dalam suatu keterangan, kalimat tersebut adalah Q.S. Al-A’raf ayat 23. Artinya kurang lebih

“Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”.

Kita semua punya kesempatan kedua

Di zaman sekarang, manusia lupa bagaimana caranya jadi manusia. Saya pernah menemui orang yang terlalu terpaku pada kesalahan masa lalu, hingga ia tidak bisa menatap masa depan.

Masa lalu yang telah terlewati sudah lewat. Yang ada hanya masa kini. Masa depan itu belum tercipta.

Tugas kita adalah membuat bagaimana masa depan itu lebih baik daripada masa lalu kita.

Everybody has it own scars.

500px.com

Kita punya luka masing-masing dengan kesalahan tersebut. Saya dinasehati oleh mentor saya, “ada 2 tipe orang, fixed mindset & growth mindset”, sederhananya mah,

Fixed Mindset: Percaya bahwa kegagalan adalah permanen.

Growth Mindset: Percaya bahwa kegagalan adalah temporal.

Kita bisa memilih, ada 2 pilihan.

Anda ingin memilih jadi orang seperti apa? Lihatlah pendahulu kita.

Ending.

You do realize I have made a mistakes in the first beginning. And you haven’t realize I made a lot of reason that I've been through to pay my mistake. In this writing I only make 2 mistakes, first the title, second the picture, and the rest is none. It may be 3 if you see my inconsistency of using English and Bahasa Indonesia, I’m still learning using other language.

People are used to look at others fault, very rare to see other goodness when they tried to make that mistakes.

Be that person, who see goodness when somebody make mistakes. Be that rare person.

©WDDDG, Dennis Estanislao & Sean Gerety, 2010

Hi! Did you found this post useful? Please kindly tap the ❤ button below!

Bandung, Nov 2016

Luthfi Wisnuwardhana

--

--

Luthfi Wisnuwardhana

Why are you here? • Currently active in instagram for writing (@luthfi.wisnu)