Scrum dan Pemanfaatan Tools untuk Scrum
Sebagai programmer, kita tentu cukup sering mendengar istilah scrum. Secara sederhana, scrum adalah sebuah kerangka kerja untuk membantu kita, tim kita, dan organisasi untuk menghasilkan nilai melalui solusi adaptif (Ken Schwaber and Jeff Sutherland, 2020). Scrum ini sendiri merupakan salah satu pendekatan manajemen proyek agile yang terkenal. Lalu, apa itu scrum sebenarnya? Bagaimana cara mengimplementasikan scrum dalam proyek perangkat lunak? Apakah ada tools yang dapat membantu pengimplementasian scrum? Bagaimana cara menggunakan tools tersebut? Keadaan scrum saat ini? AI untuk scrum? Yuk, kita simak pembahasan berikut!
Scrum
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, scrum adalah kerangka kerja yang memungkinkan kita untuk menghasilkan nilai melalui solusi adaptif, salah satunya adalah masalah pengembangan perangkat lunak. Dengan mengimplementasikan scrum, kita dapat memperoleh berbagai keuntungan karena sifat dari scrum yang adaptif, iteratif, cepat, fleksibel, dan efektif dalam menghasilkan nilai yang signifikan dalam proyek perangkat lunak tersebut. Keuntungannya adalah sebagai berikut.
- Adaptability: scrum yang bersifat iteratif (terdiri dari beberapa siklus pengembangan [sprint] dengan masing-masing siklus menghasilkan working products dalam upaya memberikan peningkatan terhadap produk) dalam pengembangannya akan mudah untuk beradaptasi dengan perubahan. Hal ini sering terjadi dalam pengembangan dengan scrum berdasarkan kebutuhan stakeholder yang berubah sewaktu-waktu, berbagai feedback dari pengguna aplikasi, dan kebutuhan yang baru muncul ketika aplikasi dikembangankan.
- Feedback yang berkelanjutan: salah satu keuntungan dari scrum adalah tim pengembangan bisa memperoleh feedback secara cepat karena perangkat lunak yang dirilis secara berkala dapat langsung digunakan oleh pengguna. Selain itu, feedback juga bisa diperoleh melalui berbagai acara (scrum event) dalam scrum.
- Peningkatan yang berkelanjutan: Dalam implementasi scrum, tim pengembangan, secara berkala, merilis perangkat lunak yang dapat bekerja dan dimanfaatkan oleh pengguna. Perhatikan bahwa rilis dilakukan beberapa kali dan setiap rilis akan mengenalkan peningkatan bagi perangkat lunak yang dikembangkan.
- Peningkatan nilai yang berkelanjutan: Dengan adanya produk/perangkat lunak/fitur yang dirilis secara berkala untuk mengatasi kebutuhan pengguna, tentuk nilai yang dihasilkan dari produk kita juga ikut meningkat.
- Kecepatan pengembangan perangkat lunak yang berkelanjutan sustainable): karena siklus pengembangan (sprint) dilakukan dengan jangka waktu yang tetap (biasanya 2–4 minggu), pengembangan perangkat lunak dapat terus dilakukan secara terus menerus (sprint berikutnya dilakukan setelah sprint sebelumnya selesai).
Nah, setelah kita mengetahui keuntungan scrum, tentu kita juga harus mengetahui komponen-komponen scrum itu sendiri. Sebagai kerangka kerja, tentu scrum memiliki komponen-komponen yang berkaitan dengan filosofi, teori, dan struktur yang harus dipahami dalam pengimplementasian scrum agar tujuan dapat tercapai dan menciptakan nilai bagi kita, tim kita, dan organisasi. Lalu, apa aja tuh komponennya? Berikut adalah penjelasan untuk masing-masing komponen.
Teori Scrum
Terdapat dua hal yang mendasari scrum, yaitu empirisme dan lean thinking. Empirisme berkaitan dengan penegasan bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman dan pembuatan keputusan berdasarkan hasil observasi. Lean thinking berkaitan dengan fokus terhadap hal-hal yang penting saja (mengurangi pemborosan terhadap hal-hal yang tidak penting). Selain dua hal tersebut, scrum juga memiliki pilar-pilar dan nilai-nilai yang mendasari scrum. Kedua hal ini harus diterapkan dan dijalankan dalam pengimplementasian scrum.
Pilar-Pilar Scrum
- Transparansi: proses dan pekerjaan yang dilakukan dapat dilihat oleh tim dan stakeholder. Transparansi memungkinkan inspeksi. Inspeksi tanpa transparansi adalah menyesatkan dan sia-sia.
- Inspeksi: peningkatan, tujuan setiap sprint, pekerjaan, dan proses harus diperiksa secara berkala dan sering untuk mendeteksi masalah yang tidak diinginkan melalui acara pada scrum (scrum events). Inspeksi memungkinkan adaptasi. Inspeksi tidak ada gunanya tanpa adaptasi.
- Adaptasi: jika proses menyimpang atau produk yang dihasilkan tidak dapat diterima berdasarkan standar tertentu, hal tersebut harus disesuaikan untuk mengurangi penyimpangan yang terjadi.
Nilai-Nilai Scrum
- Komitmen: tim berkomitmen untuk mencapai tujuan dan mendukung satu sama lain.
- Fokus: fokus utama adalah pekerjaan dalam siklus pengembangan (sprint) untuk membuat kemajuan dan mencapai tujuan.
- Keterbukaan: tim dan stakeholder saling terbuka terkait dengan pekerjaan dan tantangan yang ada.
- Rasa Hormat: tim saling menghormati satu sama lain.
- Keberanian: keberanian untuk melakukan hal yang benar dan mengatasi masalah yang sulit.
Alur Kerja Scrum
Setelah kita memahami secara singkat apa itu scrum dan teori-teori yang mendasari scrum, kita akan melihat bagaimana scrum dijalankan. Dalam penjelasan berikut, implementasi scrum akan diikuti dengan pemanfaatan tools untuk membantu pengimplementasian scrum, yaitu Linear sebagai planning/project management tools.
Tahap 1: Permulaan (inception)
Pada tahap ini, kita akan mempersiapkan berbagai dokumen yang berkaitan dengan proyek pengembangan perangkat lunak yang akan kita lakukan. Pada tahap awal, kita akan membuat project requirement document (PRD). Sesuai dengan namanya, dokumen ini akan berisi kebutuhan-kebutuhan dari perangkat lunak yang akan dibuat. Dalam dokumen ini, kita perlu menjelaskan terkait tujuan dari pengembangan perangkat lunak yang akan dilakukan, rencana rilis produk perangkat lunak, alur penggunaan oleh pengguna perangkat lunak kita, desain antarmuka, analitik dan evaluasi untuk fitur-fitur yang ada, dan rencana pekerjaan di masa depan. Untuk mengetahui terkait dokumen ini lebih lanjut, kalian dapat mengakses template pada link https://www.aha.io/roadmapping/guide/requirements-management/what-is-a-good-product-requirements-document-template.
Setelah PRD dibuat, kita akan membuat epic dan product backlog item (PBI). Epic adalah kumpulan dari product backlog item yang saling berkaitan. Di sisi lain, product backlog item adalah daftar fitur yang diperlukan untuk produk perangkat lunak yang dibangun. Nah, epic dan product backlog item ini biasanya dibuat oleh orang yang berperan sebagai product owner. Product owner adalah orang yang bertanggung jawab untuk memaksimalkan nilai dari produk yang dihasilkan. Setelah kita mengetahui hal itu, berikut kita bisa melihat contoh dari epic dan product backlog item.
Secara sederhana, PBI akan mengandung nilai yang merpresentasikan prioritas, judul, nilai fitur terhadap proses bisnis, user story yang menggambarkan kebutuhan pengguna, acceptance criteria yang menggambarkan hal-hal yang diperlukan agar hasil pengerjaan PBI diterima, dan story point yang menggambarkan kompleksitas fitur. Selain itu, kita juga akan menentukan definition of done yang merupakan aturan yang berlaku dan harus dipenuhi untuk setiap hasil PBI yang ada sedemikian hingga terjadi peningkatan untuk produk yang kita buat. Perbedaan utama antara acceptance criteria dan definition of done adalah acceptance criteria bersifat unik untuk satu PBI tertentu, sedangkan definition of done adalah aturan yang berlaku untuk setiap PBI yang ada.
Nah, PBI yang telah kita buat tadi bisa dimasukkan ke project management tools, seperti Linear. Bagaimana tuh caranya?
Membuat Workspace di Linear
- Kunjungi Linear pada https://linear.app/
2. Daftarkan akun atau log in ke linear dengan akun kalian.
3. Buat workspace baru untuk tim kalian.
4. Setelah kalian membuat workspace yang baru, kalian akan diarahkan ke halaman utama dari proyek kalian sebagai berikut. Kalian dapat menghapus semuat Todo di bawah karena Todo tersebut tidak berkaitan dengan proyek yang akan kalian kembangkan.
5. Klik menu Roadmap dan buat Project baru. Hal ini dikarenakan satu tim bisa memiliki berbagai proyek. Dengan demikian, kita harus membuat project untuk membedakan backlog antara satu project dengan project yang lainnya.
6. Setelah kalian melakukan semua langkah di atas, sekarang waktunya kita menyimpan product backlog item yang telah dibuat sebelumnya. Klik menu Backlog, dan buat backlog baru. Lakukan hal yang serupa untuk setiap PBI yang ada.
7. Berikut adalah tampilan setelah kalian memasukkan seluruh backlog yang ada.
Menentukan Jumlah Siklus Pengembangan
Selain itu, pada tahap inception ini, kita juga menentukan berapa jumlah siklus pengembangan yang akan dilaksanakan untuk mengembangkan perangkat lunak kita. Siklus pengembangan ini biasa disebut sebagai sprint atau sprint cycle. 1 Sprint cycle biasanya memiliki rentang waktu 2–4 minggu. Berikut adalah contoh bagaimana membuat cycle pada Linear.
- Tekan titik tiga di sebelah kanan nama tim kalian. Lalu, klik Team settings.
2. Klik cycles pada sidebar dan aktifkan opsi enable cycles.
3. Atur konfigurasi cycle sesuai dengan kebutuhan tim kalian. Pada contoh di bawah, terdapat 2 cycle dengan masing-masing cycle berdurasi 2 minggu. Selain itu, cycle kedua akan langsung dimulai setelah cycle pertama selesai sesuai dengan konfigurasi cooldown.
4. Kalian dapat melihat informasi mengenai cycle saat ini pada menu Cycles di halaman utama.
Tahap 2: Sprint Planning
Setelah kita melewati tahap inception, kita akan lanjut ke tahap sprint planning. Tahap sprint planning adalah tahap ketika kita menentukan pekerjaan/PBI apa yang harus dikerjakan dalam 1 sprint cycle yang berlangsung saat ini. Pada tahap ini, tim scrum yang terdiri dari 1 Product Owner, 1 Scrum Master, developer-developer, dan pihak lain yang berkepentingan akan berkumpul untuk berdiskusi, merencanakan, dan menentukan PBI yang akan dikerjakan. Perhatikan bahwa tim scrum harus bersifat cross-functional yang berarti setiap anggota harus memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada untuk menghasilkan peningkatan pada setiap sprint cycle.
Dalam sprint planning ini, sprint goal yang merupakan tujuan dari sprint cycle diadakan akan ditentukan. Kemudian, developer-developer akan memilih PBI yang akan dikerjakan pada sprint cycle ini dan story point untuk masing-masing PBI. Untuk menyelesaikan PBI yang ada, biasanya, developer akan membagi lagi PBI yang ada ke tugas-tugas yang lebih kecil. Hasil akhir dari sprint planning adalah sprint backlog yang terdiri atas (1) sprint goal, (2) PBI yang dipilih untuk sprint ini, dan (3) rencana untuk menyelesaikan setiap PBI.
Setelah kita mengetahui apa saya harus dilakukan pada sprint planning, berikut ini, kita akan melihat bagaimana pemanfaatan Linear dalam sprint planning. Pertama, tim scrum akan menentukan sprint goal terlebih dahulu. Pada linear, kita dapat menambahkan informasi mengenai sprint goal sebagai berikut.
Menentukan Sprint Goal
- Klik menu Cycles di halaman utama. Lalu klik kanan pada cycle saat ini dan pilih menu edit cycle. Kalian dapat menambahkan sprint goal pada bagian description.
2. Klik save untuk menyimpan sprint goal yang telah dibuat.
Menentukan Daftar PBI yang Akan Dikerjakan pada Sprint
Setelah sprint goal ditentukan, kita akan memilih PBI mana saja yang akan dikerjakan pada sprint ini. Pada saat ini, tim scrum akan berdiskusi dan menentukan PBI yang dipilih dan menetapkan story point berdasarkan kompleksitas dari PBI yang dipilih. Linear dapat dimanfaatkan untuk mengorganisasi PBI apa saja yang dipilih dan penetapan story point. Berikut adalah caranya.
1. Untuk menambahkan story point untuk setiap PBI, kalian harus mengaktifkan story point terlebih dahulu di Linear. Tekan titik tiga di sebelah kanan nama tim kalian. Lalu, klik Team settings.
2. Klik General pada sidebar dan aktifkan issue estimation. Pada contoh di bawah, estimasi story point fibonacci digunakan.
3. Setelah itu, kembali ke halaman utama dan tetapkan story point untuk masing-masing PBI yang ada. Klik kanan pada PBI yang ada, pilih menu estimate, dan tetapkan story point sesuai yang telah ditentukan.
4. Klik menu backlog di halaman utama. Kemudian, klik kanan pada PBI yang ingin diikutsertakan pada sprint ini. Pilih cycle dan pilih cycle yang sesuai.
5. Kalian dapat melihat PBI yang aktif pada suatu cycle pada submenu Active di menu Issues.
6. Ulangi langkah ke-4 dan ke-5 untuk PBI lainnya.
7. Setelah menentukan PBI untuk sprint ini, kita akan menetapkan story point untuk setiap PBI.
8. Tetapkan developer yang bertugas untuk PBI tertentu dengan klik kanan pada PBI yang bersangkutan, klik Assignee, dan pilih developer yang sesuai.
Note: Untuk memilih developer lain, kalian harus mengundang terlebih dahulu developer tersebut ke Workspace Linear kalian.
Memecah PBI ke Dalam Tugas yang Lebih Kecil
Setelah itu, biasanya developer akan merencanakan untuk menyelesaikan setiap PBI dengan membagi lagi PBI yang ada ke tugas-tugas yang lebih kecil. Hal ini dapat kita lakukan langsung di Linear dengan menambahkan sub-issues pada PBI yang ditetapkan untuk kita.
- Klik menu Active dan klik PBI yang sesuai. Kemudian, klik tombol Add sub-issues dan masukkan informasi mengenai tugas-tugas yang lebih kecil tersebut.
2. Kalian dalam menambahkan lebih dari satu sub-issues untuk menyesuaikan dengan PBI kalian.
3. Ulangi langkah ke-1 dan ke-2 pada PBI lainnya jika diperlukan.
Memperbaiki Isu Tampilan pada Linear
Ketika kalian membuat sub-issues dari suatu PBI, sub-issues tersebut akan ditampilkan juga ketika kalian mengakses halaman Issues seperti berikut.
Tentunya, hal tersebut membuat kita cukup kesulitan membedakan mana yang merupakan PBI dan mana yang merupakan sub-issues dari suatu PBI. Untuk mengatasi hal ini, kita dapat menggunakan filter yang tersedia sedemikian hingga hanya PBI yang ditampilkan. Berikut adalah cara untuk menggunakan filter tersebut.
- Tekan tombol Filter di bagian kiri atas, lalu tekan filter sub-issues.
2. Ubah is menjadi is not pada filter yang telah diterapkan.
3. Dengan menerapkan hal tersebut, kita dapat melihat PBI task saja (tidak termasuk sub-issuesnya).
4. Jika kalian ingin menyimpan konfigurasi ini, Linear menyediakan view. Untuk menyimpannya, klik Save di bagian kanan atas. Setelah itu, kalian bisa menentukan nama view yang sesuai dan klik Create.
5. Untuk melihat daftar view yang telah dibuat, kalian dapat mengakses menu view di Linear. Tentunya, dengan hal ini, kalian bisa membuat banyak view sesuai dengan kebutuhan kalian.
Ada cara lain untuk menghindari hal tersebut, yaitu dengan menonaktifkan show sub-issues di Linear. Berikut adalah cara pengaturannya.
- Klik Display di bagian kanan atas.
2. Klik show sub-issues untuk menonaktifkannya. Dengan hal itu, PBI yang ditampilkan sekarang hanyalah parrent issues/PBI saja. Secara opsional, kita juga dapat menerapkan konfigurasi ini sebagai default sedemikian hingga semua anggota di tim kita memiliki konfigurasi Display yang sama.
Tahap 3: Pengerjaan PBI pada Sprint
Pada tahap ini, kita akan mengerjakan kode yang diperlukan agar fitur dan PBI yang diharapkan dapat berjalan dengan baik. Dalam pengerjaan kode, tentu saja, sebagai programmer, kita menggunakan version control system seperti Git. Selain itu, kita juga memanfaatkan remote code repository seperti Github dan Gitlab. Dalam pengerjaannya, biasanya, setiap PBI akan dikerjakan pada feature branch yang berbeda. Lalu, apakah Linear dapat dimanfaatkan juga pada tahap ini? Tentu, bisa!
Pemanfaatan Scrum Board pada Linear
Salah satu hal yang paling penting dalam scrum adalah transparansi yang telah disebutkan di awal. Dengan demikian, kita harus transparan terkait dengan progress yang telah kita buat pada sprint berjalan. Untuk mewujudkan nilai tersebut, termasuk nilai inspeksi dan adaptasi, pada linear, kalian dapat memanfaatkan status ataupun scrum board untuk melacak dan memonitor progress PBI kalian dan tim kalian pada sprint berjalan. Untuk melakukan hal tersebut, ada dua cara yang dapat digunakan.
- Menggunakan mode list pada halaman Issues dan mengubah status dari PBI tertentu sesuai dengan progress kalian dalam sprint tersebut.
2. Menggunakan mode board pada halaman Issues dan melakukan drag and drop PBI ke kolom status yang sesuai. Untuk mengubah mode dari list ke board ataupun sebaliknya, kalian dapat mengeklik tombol di sebelah kanan atas yang terletak di sebelah kiri tombol Display.
Integrasi Linear dengan Remote Repository
Pada Linear, kalian dapat menghubungkan repository github dengan Linear. Hal ini bertujuan untuk memudahkan kalian dan tim kalian untuk melacak pull request atau merge request yang telah kalian buat yang berkaitan dengan PBI tertentu. Untuk mengaktifkan hal tersebut, kalian harus mengaktifkan integrasi antara Linear dengan Github.
- Tekan tombol setting pada avatar pengguna.
2. Akses menu Integrations pada sidebar dan kemudian cari Github. Setelah kalian menemukan integrasi dengan Github, klik Enable.
3. Setelah kalian melakukan integrasi, kalian dapat menghubungkan PBI item dengan pull request yang kalian lakukan di Github. Perhatikan bahwa proses yang sama tetap berlaku di Gitlab.
Daily Scrum
Pada saat sprint berlangsung, salah satu acara yang dilaksanakan adalah daily scrum. Daily scrum adalah pertemuan, baik secara daring maupun luring, dengan durasi 15 menit untuk tim scrum. Daily scrum ini berfokus pada memeriksa kemajuan menuju sprint goal, menyesuaikan sprint backlog seperlunya, dan menyesuaikan rencana kerja untuk hari berikutnya. Tujuan diadakannya daily scrum sendiri untuk meningkatkan komunikasi antara tim scrum, mengidentifikasikan hambatan, mengambil keputusan, dan mengurangi kebutuhan untuk pertemuan lainnya (bukan berarti pertemuan lainnya tidak dibutuhkan sama sekali).
Berkaitan dengan pemanfaatan tools untuk daily scrum, kita dapat memanfaatkan banyak hal. Jika daily scrum dilakukan secara daring, kita dapat memanfaatkan Google Meet, Zoom, Discord, Slack, dan lain-lain. Selain itu, kalian dapat memanfaatkan beberapa AI untuk membantu proses daily scrum, seperti note taking AI.
Tahap 4: Sprint Review
Pada tahap ini, tim scrum akan berkumpul untuk memeriksa hasil dari sprint. Tim scrum akan mempresentasikan hasil kerja mereka ke stakeholder, misalnya demo langsung produk perangkat lunak di lingkungan staging, dan stakeholder akan meninjau apa saja yang telah dicapai selama sprint ini dan nilai apa yang diperoleh dari proses pekerjaan yang telah dilakukan.
Pada tahap ini, PBI yang diterima oleh stakeholder akan diubah statusnya menjadi dari In Review menjadi Done. Di sisi lain, PBI yang belum selesai akan dikirim ke cycle berikutnya untuk dilanjutkan atau dibatalkan. Selain itu, PBI yang ditolak akan diubah statusnya dari In Review menjadi Canceled
Tahap 5: Sprint Retrospective
Sprint retrospective digunakan untuk mengkaji bagaimana berjalannya sprint terakhir. Pada tahap ini, tim scrum menentukan apa saya yang sudah berjalan dengan baik, masalah apa yang ditemui selama proses pengerjaan, dan bagaimana masalah tersebut diatasi. Tujuan dari retrospective adalah untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas dalam proses sprint berikutnya. Setelah sprint retrospective dilakukan, tahap berikutnya adalah sprint planning untuk sprint berikutnya (mengulangi tahap 2 s.d. tahap 5 pada artikel ini).
Salah satu pemanfaatan Linear pada tahap ini adalah dengan melihat menu Cycles pada halaman utama untuk mengetahui berapa banyak story point yang dicakup, story point yang telah diselesaikan, dan success rate dari sprint ini.
Dengan memanfaatkan ringkasan story point mengenai sprint yang telah selesai, kita dapat mengkaji bagaimana sprint berjalan dan masalah-masalah apa saja yang ada. Selanjutnya, untuk mengurangi penyimpangan dan masalah pada sprint berikutnya, kita harus beradaptasi sedemikian hingga nilai dan peningkatan yang dihasilkan pada sprint berikutnya maksimal (berkaitan dengan nilai dari scrum, yaitu inspeksi dan adaptasi). Berikut adalah contoh penyesuaian story point di sprint cycle 2 berdasarkan hasil sprint cycle 1. Perhatikan ada beberapa PBI yang dipindahkan ke sprint cycle 2 karena belum selesai.
a Product Backlog item does not meet the Definition of Done, it cannot be released or even presented at the Sprint Review. Instead, it returns to the Product Backlog for future consideration
- Ken Schwaber & Jeff Sutherland on The Scrum Guide: The Definitive Guide to Scrum: The Rules of the Game
Scrum Saat ini
Pada tahun 2023, Digital.ai mengadakan survey terhadap 788 orang. Hasil dari survey ini dituangkan dalam laporan 17th State of Agile Report. Berdasarkan laporan tersebut, 71% reponden menggunakan agile dalam software development lifecycle (SDLC) dan scrum tetap dan lanjut menjadi metodologi yang paling popular dengan 63% pengguna agile berada dalam tim scrum. Hal ini berarti agile dapat memberikan manfaat bagi tim pengembangan perangkat lunak di seluruh belahan dunia. Berdasarkan laporan tersebut, hampir 70% responden menyatakan bahwa agile digunakan dalam tim IT dan tim software development. Lalu, apakah agile (termasuk scrum) bermanfaat bagi mereka?
Ada berbagai alasan mengapa agile digunakan serta manfaatnya. Manfaat yang dirasa paling besar bagi responden adalah kolaborasi meningkat (60% responden), penyusaian produk dengan kebutuhan bisnis (57% reponden), dan peningkatan kualitas software yang dihasilkan (25% responden). Namun, bukan berarti agile (termasuk scrum) tidak ada kendala.
Kendala yang dialami oleh adopsi agile adalah adopsi agile yang lambat bagi organisasi (47% responden). Hal ini dikarenakan banyak organisasi yang enggan untuk berubah dan beradaptasi, serta adanya culture clash. Selain itu, kendala lainnya adalah kurangnya partisipasi dari pemimpin (41% reponden), tim bisnis yang tidak memahami agile dan manfaatnya (37% responden), dan pelatihan serta pendidikan agile yang kurang (27%). Mereka yang bekerja di perusahaan kecil cenderung mengatakan bahwa agile bekerja dengan baik bagi mereka dibandingkan dengan mereka yang bekerja di perusahaan menengah dan besar (52% vs 39% dan 43%), sementara mereka yang bekerja di perusahaan menengah dan besar lebih cenderung mengatakan bahwa hal ini tidak bekerja dengan baik dibandingkan dengan mereka yang bekerja di perusahaan kecil (30% dan 29% vs 17%).
Namun, bukan berarti scrum tidak bermanfaat. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ada banyak manfaat yang dapat kita peroleh dari scrum. Tentunya, untuk memperoleh manfaat sebanyak mungkin dari scrum, kita harus memahami dengan benar mengenai scrum dan bagaimana implementasi scrum yang tepat.
Each element of the framework serves a specific purpose that is essential to the overall value and results realized with Scrum. Changing the core design or ideas of Scrum, leaving out elements, or not following the rules of Scrum, covers up problems and limits the benefits of Scrum, potentially even rendering it useless.
- Ken Schwaber & Jeff Sutherland on The Scrum Guide: The Definitive Guide to Scrum: The Rules of the Game
Artificial Intelligence (AI) untuk Scrum?
Pada saat ini, AI merupakan salah satu topik yang sangat popular. Banyak pemanfaatan AI, seperti ChatGPT, untuk berbagai kegiatan. Nah, apakah ada pemanfaatan AI dalam scrum? Menurut saya sendiri, pemanfaatan AI dalam scrum belum ada yang bersifat major. Hal ini dikarenakan proses scrum sendiri berkaitan erat dengan pengembangan produk yang bersifat spesifik berdasarkan kebutuhan organisasi dan proses yang ada dalam scrum harus dijalankan oleh tim scrum. Apakah AI dapat membantu dalam pembuatan PBI? Ya. Apakah AI bisa membuat PBI yang sesuai dengan kebutuhan pengguna? Tidak, untuk saat ini.
Note: Perhatikan bahwa tidak semua kegiatan/aktivitas harus menggunakan AI. AI dapat bermanfaat, tetapi bukan berarti semuanya harus menggunakan AI…
Namun, tentu saja, kita dapat menggunakan AI untuk hal-hal lain seperti pada pembuatan kode dengan Github Copilot dan pencatatan meeting di scrum dengan note taking AI. Pemanfaatan AI sendiri sudah mulai digunakan pada saat ini untuk berbagai kegiatan. Bedasarkan laporan 17th State of Agile Report pada tahun 2023 sebelumnya, 30% responden secara aktif mengeksplorasi cara terbaik untuk menggunakan LLM dan asisten kode dalam organisasi mereka atau benar-benar mengintegrasikannya ke dalam produk atau layanan mereka. Sekitar 22% peserta survei mengakui adanya eksperimen AI di perusahaan mereka, tetapi mengatakan bahwa tidak ada mandat yang meluas untuk digunakan pada saat ini, sementara 17% lainnya masih dalam tahap awal menjajaki peran yang dapat dimainkan oleh AI. Hanya 13% yang tidak merasa ada yang menggunakan AI di perusahaan mereka, dan 8% mengatakan bahwa mereka telah diberitahu secara eksplisit untuk tidak menggunakannya saat ini.
Kesimpulan
Melalui artikel ini, kita telah apa itu scrum secara sederhana. Selain itu, kita juga mengetahui bagaimana cara mengimplementasikan scrum dalam proyek perangkat lunak melalui 5 tahapan yang telah dijelaskan. Kemudian, kita juga bisa memanfaatkan tools untuk membantu pengimplementasian scrum, seperti Linear. Terakhir, kita juga membahas bagaimana keadaan scrum saat ini dan AI untuk scrum. Semoga artikel ini bermanfaat!
Sumber Referensi
- The 2020 scrum GUIDETM. Scrum Guide | Scrum Guides. (n.d.). https://scrumguides.org/scrum-guide.html
- A guide to the scrum body of knowledge (SBOK guide). (2016). SCRUMstudy, A brand of VMEdu, Inc.
- Linear Documentation on https://linear.app/docs
- 17th State of Agile Report by Digital.ai