0:2 — Terbit dengan segala sakit

Shirens
4 min readJan 22, 2024

--

Sinar dari kaca rumah sakit

Sinar cahaya matahari terbit itu mulai muncul di kaca yang hampir mengelilingi seluruh ruangan, cahaya yang terlempar kearah ruangan itu lebih dari cukup. Dalam satu ruangan mereka sibuk dengan urusan masing masing, laki laki yang duduk di ranjangnya dengan suster yang sedang menyuapi makanan ke mulutnya dan Alefaa sedang membaca buku diterangi cahaya matahari. Percakapan singkat terjadi diantara mereka berdua.

“ini sudah pagi, kamu tidak makan?” peduli laki laki itu terhadap perempuan yang sedang memegang buku penuh dengan konsentrasi, perempuan itu hanya menggelengkan kepala untuk ucapan sang laki laki.

“tidak lapar? Jika perlu susterku akan membawakan makanan untukmu. Lagipula aku bisa makan sendiri,” ucap laki laki itu penuh perhatian. Tak ada yang keluar dari mulut perempuan itu sebelum susternya datang dengan sendirinya membawa nampan berisikan obat hijau yang amat banyak.

“minum,” singkat suster yang sedang menangani Alefaa. Perempuan itu hanya mengangguk ketika suster itu hanya memberikan nampan berisi obat dan air minum yang sepertinya tidak sehat.

Alefaa meminum obat itu hingga tegukan terakhir dan tetesan terakhir dari minumannya.

“sudah cukup?” tanya Alefaa kepada susternya, suster itu hanya mengangguk lalu meninggalkan Alefaa begitu saja.

Sedangkan laki laki yang berada di dekatnya sudah meminum obatnya pula, tangan laki laki itu tampak gemetar saat ia memegang gelas.

Saat tegukan terakhir laki laki itu langsung memandang Alefaa, matanya tampak begitu lelah.

“kamu suka membaca ya?” tanya laki laki itu dengan santai, sedangkan si perempuan hanya mengangguk angguk mengiyakan semua pertanyaan yang dilontarkan oleh sang laki laki.

“apa hal yang kamu suka selain membaca?” lagi lagi pertanyaan itu membanjiri seluruh telinga Alefaa.

“aku suka seni, musik, dan menggambar,” Alefaa menjawab itu dengan tergesa gesa, matanya fokus menghadap buku yang dibaca, menyenangkan untuknya dapat membaca buku seharian.

“tidak bosan?” lagi lagi laki laki itu bertanya, sepertinya dia mencairkan keadaan karena tidak mau canggung.

“huh..” perempuan itu menghela nafas, masih dengan pandangannya kearah, buku dia bertanya “siapa namamu? Ku dengar kemarin suster itu memanggilmu Gian?” akhirnya pertanyaan dilontarkan oleh Alefaa.

“tidak, namaku Sam Gian Purnama. Suster itu hanya mempermainkan namaku, tapi tidak masalah bagiku,” laki laki itu tersenyum tipis menghadap pergelangan tangannya yang diperban cukup rapat.

“Dan, umur mu?” Alefaa bertanya, menghadap kearah laki laki itu yang duduk di ranjangnya.

“umur ku 20 tahun, aku lihat sepertinya kita tidak terlalu jauh untuk urusan umur?” laki laki itu melihat dan mengamati seluruh bagian dari Alefaa, memastikan bahwa umur mereka berjarak tidak begitu jauh.

“kamu tau ya? Umurku 19 tahun saat ini,” terkejut dengan ungkapan Sam, Alefaa akhirnya tertarik dengan topik yang dibicarakan Sam.

“Lalu, nama mu siapa?” pertanyaan itu tertuju pada Alefaa.

“aku Ellina Alefaa Nareswari, aku sendirian selama berada disini. Jadi semoga kamu bisa jadi temanku ya!” perempuan itu memberikan senyuman hangat pada Sam yang baru saja dia kenal.

“tentu? Kita kan sekamar.. lalu panggil aku dengan Sam saja ya, jika kamu tidak keberatan,” laki laki itu memandang kearah mata hangat Alefaa.

“oh iya, tentu. Panggil aku Alefaa,” perkenalan singkat itu cukup membuka topik antara mereka berdua, sepertinya mereka saling menarik.

“apakah kamu suka membaca buku?” tanya Alefaa kepada Sam untuk membuka topik diantara mereka berdua, Sam memandang kearah perempuan itu lalu menjawab pertanyaan yang diungkapkan.

“iya, aku suka.. aku suka membaca dan suka film,” sepertinya itu cukup menjawab apa yang ia sukai selain membaca.

“aku suka novel, aku suka genre misteri. Namun aku sangat suka novel romantis hehe,” ungkapan itu benar benar didengarkan oleh laki laki yang berada di samping ranjangnya dengan jarak hampir 2 jengkal kaki.

“begitu ya, aku lebih suka novel misteri. Sepertinya kesukaan kita hampir sama ya?” ucap laki laki itu dengan memandang siluet Alefaa yang dibuat oleh matahari terbit.

“pasti semua orang punya selera,” singkat Alefaa.

Mendadak perempuan itu memegang dadanya dengan tangan erat, membuatnya terbaring kesakitan. Laki laki yang berada diseberang ranjangnya panik ketika rintihan perempuan itu keluar dari mulutnya, “k-kamu kenapa?” laki laki itu melompat dari tempat tidurnya yang semula dia posisi terduduk sekarang berada di dekat Alefaa tepat di sampingnya.

“s-sudah tidak apa apa..” kata kata itu sangat sulit untuk diucapkan oleh Alefaa, laki laki itu benar benar tidak mengerti kenapa mendadak Alefaa seperti ini.

“aku harus bagaimana? Aku akan memanggilkan suster atau bagaimana?” kepanikan mulai meracuni seluruh tubuh laki laki itu, dia tidak tahu harus bagaimana sedangkan Alefaa hanya menggelengkan kepalanya.

Laki laki itu duduk di kursi tepat di samping ranjang Alefaa, berharap Alefaa cepat pulih dari kambuh yang tidak ia ketahui. Selang beberapa menit Sam menemani Alefaa di sisi lain Alefaa itu juga tertidur pulas dalam kesakitan yang tak berujung.

“tuhan, dia kenapa mendadak seperti ini?” gumam Sam kebingungan memandangi Alefaa di kursi tepat disamping ranjangnya.

Nafas Alefaa semakin pelan, dia sepertinya sudah lebih baik?

“dia tidur? Aku akan kembali ke ranjang,” Sam bergumam, berdiri dari duduknya melihat perempuan itu sudah bernafas begitu tenang. Itu membuat Sam lebih baik, dan kehilangan kepanikannya.

Laki laki itu kembali ke ranjangnya dengan pelan, tak mau mengganggu teman sekamarnya sedang tertidur, duduk di ranjang dengan perlahan lalu membuka bukunya. Mata coklatnya yang disinari cahaya matahari kini menatap kearah buku yang di pegang dengan kedua tangan, ia berusaha santai sambil bersandar di ranjang.

“ketika aku menyukai, aku akan kehilangan apa yang aku sukai,” gumam laki laki itu membaca bait yang dia baca.

--

--