Society 4.0 : Masyarakat Informasi

Maria Renata
4 min readAug 7, 2020

--

Sepanjang ribuan tahun sejarah kehidupan manusia, berbagai perubahan telah dialami oleh kita, masyarakat yang tinggal dan hidup di muka bumi ini. Mulai dari pekerjaan, transportasi, komunikasi, dan teknologi lainnya yang memudahkan hidup manusia selalu berkembang mengikuti arus peradaban. Perubahan ini dapat disebut sebagai revolusi. Revolusi yang terjadi dan saat ini dapat kita saksikan salah satunya adalah revolusi sosial. Apa itu revolusi sosial? Menurut Alexander Berkman, revolusi sosial berarti reorganisasi kehidupan industri dan ekonomi negara dan konsekuensinya juga seluruh struktur masyarakat.

Perlu kita ketahui bahwa sebelum era revolusi yang kita alami saat ini, telah terjadi empat era revolusi (society 1.0, society 2.0, dan society 3.0).

Society 1.0 (hunting and gathering) : kehidupan di mana manusia masih berburu dan mengumpulkan bahan makanan tanpa adanya usaha untuk membudidayakannya dan hidup berpindah-pindah.

Society 2.0 (agricultural) : manusia mulai bercocok tanam dan hidup bermukim.

Society 3.0 (industrial) : terjadinya perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi. Pada era ini, tenaga kerja manusia mulai tergantikan dengan tenaga mesin.

Lalu, bagaimana dengan society 4.0? Apa yang sedang terjadi pada era ini?

Society 4.0 atau biasa disebut juga sebagai information society (masyarakat informasi), merupakan masyarakat di mana penciptaan, distribusi, dan manipulasi informasi telah menjadi kegiatan ekonomi dan budaya yang paling signifikan. Kemajuan teknologi informasi mengubah cara kita hidup, terutama sebagai masyarakat.

Progress in information technologies and communication is changing the way we live: how we work and do business, how we educate our children, study and do research, train ourselves, and how we are entertained. The information society is not only affecting the way people interact but it is also requiring the traditional organisational structures to be more flexible, more participatory and more decentralised. (Chair’s conclusions from the G-7 Ministerial Conference on the Information Society, February 1995.)

Hidup di era yang seperti ini tentu saja membutuhkan keterampilan lebih, agar kita dapat bertahan hidup dan tidak ‘ketinggalan zaman’. Ada beberapa sifat yang harus dimiliki oleh masyarakat informasi, antara lain collective consciousness, collective wisdom, co-creation, dan collective action.

  1. Collective consciousness. Teori ini dikemukakan oleh sosiolog Prancis bernama Emile Durkheim. Kesadaran kolektif adalah tentang memahami apa yang membuat masyarakat dapat bekerja sama dengan baik. Definisi lainnya menuliskan bahwa collective consciousness adalah kumpulan ide, kepercayaan, dan nilai yang dimiliki oleh banyak individu dalam masyarakat tertentu. Durkheim menyatakan bahwa teori ini berlaku pada dua tipe masyarakat, yaitu masyarakat yang primitif dan masyarakat yang kompleks. Masyarakat primitif memiliki ide, pekerjaan, atau keyakinan yang cenderung sama sehingga lebih mudah untuk menyatukannya sebagai masyarakat. Namun, pada masyarakat yang lebih modern dan kompleks, ide, pekerjaan, dan keyakinan yang dimiliki oleh masing-masing individunya sangat beragam. Dengan adanya kesadaran kolektif, setiap individu tetap bisa bekerja sama sebagai suatu masyarakat yang memiliki solidaritas tinggi demi mencapai tujuan di lingkungannya.
  2. Collective wisdom. Kebijaksanaan kolektif adalah akses dan perwujudan kebijaksanaan, pada tingkat kolektif. Pada dasarnya, kebijaksanaan adalah suatu hal yang personal. Namun, dengan menggabungkan beberapa individu dalam satu kelompok, kebijaksanaan yang dimiliki orang-orang yang terlibat dalam kelompok tersebut dapat menciptakan suatu aksi atau solusi dari permasalahan yang ada dalam kelompok.
  3. Co-creation. Co-creation atau penciptaan nilai bersama adalah suatu kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat dengan melibatkan masyarakat itu sendiri. Dalam co-creation, terdapat tiga tahapan yaitu involvement, curation, dan empowerment. Involvement merupakan proses untuk mengajak masyarakat dan pemerintah untuk melakukan co-experience dan co-definition, yaitu tahap untuk membangun pemahaman bersama antara pemerintah dan masyarakat serta stakeholder lainnya. Curation bertujuan untuk menginterpretasikan layanan baru yang dihasilkan dengan menguji kembali konten. Sedangkan empowerment berfungsi mempromosikan proses co-elevation dan co-development.
  4. Collective action. World Bank Institute bersama-sama dengan dunia bisnis, LSM dan lembaga multilateral mendefinisikan collective action
    sebagai kolaborasi dan proses kerjasama yang berkesinambungan di antara pemangku kepentingan. Selain itu, menurut Vanni Fransesco (2014), tindakan kolektif atau collective action adalah keterlibatan suatu kelompok masyarakat yang berbagi perhatian, tindakan-tindakan kebersamaan yang bermuara pada kebaikan bersama. Vanni menyatakan terdapat 2 (dua) ciri atau tipe collective action sebagaimana dirujuk pada Davies et. al (2004).
  • Tipe kerja sama (cooperation).
    Tipe ini berfokus pada kerja sama dari bawah ke atas, sehingga tindakan kolektif dilihat sebagai kelompok untuk kelompok (Bdk. Bandiera, Barankay dan Rasul, 2005). Dikatakannya dalam tipe ini biasanya ada yang menerima namun ada pula yang menolak dukungan pemerintah;
  • Tipe koordinasi (coordination). Pada tipe ini collective action atau tindakan kolektif berasal dari atas ke bawah, melalui agen-agen atau perwakilan-perwakilan yang memimpin tindakan-tindakan kolektif.

Ketika kita sebagai masyarakat informasi telah memiliki empat sifat yang disebutkan sebelumnya, kita hendaknya bisa selalu bekerja sama sebagai satu masyarakat yang memiliki solidaritas, meskipun sebagai individu kita semua memiliki ide dan keyakinan yang berbeda-beda.

Bagaimana dengan dampak yang ditimbulkan oleh revolusi menjadi masyarakat informasi?

  1. Komunikasi yang lebih baik. Adanya kemajuan teknologi informasi tentu membantu kita sebagai manusia, terlebih sebagai masyarakat untuk selalu memperbaharui pengetahuan dan wawasan akan apa yang sedang terjadi di sekitar kita. Kemajuan teknologi informasi membuat penyebaran informasi lebih mudah dan cepat.
  2. Penyelesaian pekerjaan yang cepat dan akurat. Pada era ini, kita tidak perlu lagi selalu mengandalkan kekuatan manusia untuk mengerjakan sesuatu. Terciptanya mesin dan alat bantu lainnya membuat pekerjaan kita dapat diselesaikan secara lebih efisien.
  3. Terancamnya penggantian tenaga manusia dengan mesin. Dampak positif yang terdapat pada poin 2 dapat berefek pada substitusi tenaga manusia dengan tenaga mesin. Tenaga mesin dianggap lebih efisien untuk melakukan pekerjaan, pekerja tidak perlu membuang waktu dan tenaga untuk melakukan pekerjaannya. Maka dari itu, masyarakat yang tidak cakap mengoperasikan alat-alat bantu ini juga dapat terancam kehilangan posisi di dunia pekerjaan.

Suatu perubahan memang dimaksudkan untuk suatu hal yang positif. Namun, bukan berarti dampak negatif tidak akan muncul. Menjadi masyarakat informasi merupakan sebuah tantangan yang sedang dihadapi oleh semua orang di dunia. Tugas kita adalah untuk selalu mengembangkan diri, memperbaharui pengetahuan dan wawasan kita, dan selalu peka akan apa yang sedang terjadi di Bumi kita.

Maria Renata Ulina Sinaga / 15419008

Referensi:

https://study.com/academy/lesson/collective-consciousness-definition-theory-examples.html.

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/136030-T%2028047-Aspek%20hukum-Tinjauan%20literatur.pdf

https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-aksi-bersama-atau-collective-action/4915

--

--

Maria Renata

mahasiswa pwk yang hobi merencanakan mau masak dan makan apa besok.