Pengalaman Ke Dieng Culture Festival 2019, Termasuk Cerita Dihapusnya Pesta Lampion di DCF
Dieng Culture Festival 2019 (DCF 2019) adalah acara Dieng Culture Festival yang pertama saya datangi, tahun — tahun sebelumnya tidak bisa hadir ke festival tahunan ini karena beberapa hal termasuk uang.😅
Saya akan menceritakan pengalaman saya datang ke Dieng Culture Festival 2019, dari persiapan sampai selesai acara, termasuk rute yang saya lewati, dan bekal untuk disana.
Pada bulan April 2019 saya sudah mencari penginapan yang ada di Dieng, melalui aplikasi Booking.com, beberapa penginapan sudah saya taruh ke Wishlist, namun karena saya orangnya santai dan berpikir bulan Agustus masih jauh sekali, dan ini juga pengalaman pertama saya pergi Festival Dieng, jadi saya putuskan untuk mem-booking-nya mendekati Agustus.
Bulan Juni, saya melihat Instagram Story dari akun official Dieng Culture Festival, saya lupa mereka mengunggah apa pada saat itu, namun yang saya ingat mereka mengatakan untuk segera booking penginapan karena tempat menginap akan penuh mendekati Agustus.
Penasaran dan sedikit panik cek kembali penginapan yang telah saya simpan, bener, sudah penuh, padahal itu masih bulan Juni, 2 bulan sebelum acara, saya pikir,
“semeriah itu kah Dieng Culture Festival ya, sampai 2 bulan sebelum acara penginapan sudah penuh terisi”🤔
Yowis saya cari penginapan yang lain, banyak penginapan di Dieng, eh ada satu yang deket lokasi jaraknya 8 menit perjalan, sementara sisanya jaraknya 2km — 3km dari lokasi Dieng Culture Festival, “mampus, hampir nginep jauh”.
Langsung booking, aman, hati tenang kan, download surat konfirmasi pemesanan, simpen, beres kan. Tinggal cus kesana.
Selama dua bulan pantau instagramnya Dieng Culture Festival, saat itu mereka mengumumkan penjualan tiket, dan tiket dapat dibeli di Traveloka, harga tiket reguler Rp. 360.000, dalam tiket ini ada akses ke semua acara, yakni acara mulai tanggal 2–4 Agustus, masuk candi Arjuna, masuk kawah sikidang kalau tidak salah, dapat marcendais (baju, tas, caping, kain batik), mungkin masih ada yang lain karena saya tidak beli tiket ini.😁
Pada awalnya saya hanya ingin melihat Pesta Lampion dan keramain festival ini, dan juga sebelumnya saya sudah pertanya ke pengunjung yang pernah datang ke DCF. Mereka menjawab, bisa nonton lampion DCF dari luar, jadi saya putuskan tidak membeli tiket.
Masih pantau instagram Dieng Culture Festival, mereka banyak mengunggah tentang DCF, sampai mereka saat itu memposting tentang lampion, dimana ada netizen yang mengkritik keras tentang lampion, dia mengatakan sampah sisa lampion, hingga mengganggu penerbangan.
Mungkin inilah penyebab Pesta Lampion di DCF 2020 dihapus, walaupun saat munculnya kritikan dari netizen tersebut pihak panitia terlihat tenang, namun masalah ini ternyata sampai pengumuman penghapusan Pesta Lampion dari DCF.
Setelah kritikan netizen tersebut akun DCF kembali seperti biasa mengunggah postingan, tempat untuk ngcamp, lalu Rundown, peta acara berlangsung, pengumuman — pengumuman ini muncul saat mendekati festival DCF, sempat itu yang bikin ramai, ketika Rundown muncul namun Pesta Lampion tidak tercantumkan dalam daftar acara, selengkapnya, dan yang paling terakhir adalah pengumuman tiket untuk festival.
Tiket festival berbeda dengan tiket reguler, yang harganya Rp. 360.000 tadi, tiket ini hanya untuk akses ke pesta lampion dan jazz atas awan, dan tentunya harga tiketnya lebih murah dari tiket reguler, yakni Rp. 260.000 pembelian dilakukan di Traveloka. Selain itu tiket ini tidak mendapatkan marcendais.
Melihat postingan tiket ini, hatiku tiba — tiba tergoyah, dan tergoda untuk membeli, dan akhirnya membeli juga. 🤣
Penginapan sudah, tiket sudah, sip, makin matang, cari rute ke Dieng.
Sebelumnya saya sudah pernah ke daerah Dieng, yaitu lewat
Kudus — Demak — Semarang — Sumowono — Temanggung — Parakan — Wonosobo — Dieng, dan saya start dari Pati.
Karena teman ada yang menyarankan lewat Gubug, Grobogan, katanya lebih enak dari pada lewat Semarang, saya putuskan lewat rute tersebut, jadi
Kudus — Gubug — Salatiga — Temanggung — Parakan — Wonosobo — Dieng.
Namun saat sampai Temanggung, Adek saya menyarankan untuk lewat Tambi — Dieng.
Jadi akhirnya Kudus — Gubug — Salatiga — Temanggung — Tambi — Wonosobo — Dieng.
Setelah coba rute yang diberikan teman, Pati sampai Temanggung lamaaa sekali, tapi bener ya enak, adem jalannya gak macet beda dengan lewat Semarang, cuma jauh dan lebih lama. Namun dari Temanggung sampai Dieng, lewat Tambi itu lebih cepat.
Jadi rute ke Dieng yang lebih cepat jika dari sekitar kota Pati lewat
Kudus — Demak — Semarang — Sumowono — Temanggung — Tambi — Dieng, ini yang paling cepet yang saya tau. ✌
Sampai Dieng Gak Bisa Langsung Istirahat 🤦🏽♂️
Disini nego-negonan harga, awal pemilik menarik tartif Rp. 750.000 untuk dua malam. Senut — senut rasanya, padahal di tempat awal dua hari cuma Rp. 500.000, selengkapnya di artikel selanjutnya.