Visualisasi Data Fasilitas dan Tenaga Kesehatan di Indonesia

Mia Renauly
3 min readMar 16, 2017

--

Setelah berhasil menscrape data fasilitas kesehatan kemarin, jika belum dibaca, bisa dibaca di link ini. Maka sekarang kita akan memvisualisasikan data tersebut untuk mendapatkan informasi, yang mungkin tidak bisa didapatkan ketika kita hanya melihat tabelnya saja.

Sebelum melakukan visualisasi, saya perlu merapihkan data nya lebih dulu. Hal pertama yang saya lakukan adalah kategorisasi data, jika diperhatikan, kolom kode_unit pada database faskes tersebut memilihi huruf awalan Alfabet, yang jika direfer ke nama_unit nya, dapat disimpulkan bahwa awalan R pada kolom kode_unit mewakili data Rumah Sakit, sedangkan P mewakili data Puskemas. Untuk kemudahan analisis, saya akan mengabaikan data selain data puskesmas dan rumah sakit.

Kategorisasi berdasarkan Alfabet pada kolom kode_unit

Setelah mengextract data Rumah Sakit dan Puskesmas, kemudian kita akan memvisualisasikan persebaran Puskesmas dan Rumah Sakit di Indonesia. Saya membuat peta menggunakan layanan mapping online Carto, agar peta yang dihasilkan tidak statis. Dari proses itu, dihasilkanlah peta seperti dibawah ini. You can click around the map to get the information of every map feature.

Peta Persebaran Rumah Sakit dan Puskesmas

Pada peta diatas, terdapat dua layer data, yaitu data Puskesmas dan Rumah Sakit. Jika kita uncheck layer Puskesmas pada legend peta, kita dapat melihat bahwa secara jumlah, Puskesmas jauh lebih banyak dari Rumah Sakit. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa pemerintah memang mewajibkan setiap wilayah untuk memiliki Puskesmas. Lain halnya dengan Rumah Sakit, yang cenderung lebih banyak tersebar di Pulau Jawa, disusul oleh Pulau Sumatera, dan Sulawesi. Jika kita overlay layer Rumah Sakit dan layer Kota, yang merupakan persebaran Wilayah Perkotaan di Indonesia, dapat kita lihat bahwa memang Rumah Sakit lebih banyak tersebar di daerah yang memiliki banyak wilayah perkotaan. Jumlah rumah sakit paling banyak terdapat di Provinsi Jawa Barat, sedangkan paling sedikit terdapat di Provinsi Bangka Belitung.

Selanjutnya saya juga mengklasifikasikan tenaga kesehatan menjadi dua, yaitu dokter dan non dokter (tenaga kesehatan lainnya). Hal ini dilakukan untuk melihat perbandingan persebaran tenaga kesehatan dokter dan non dokter di Indonesia. Lalu data juga dioverlay dengan layer polygon Kepadatan Penduduk di Indonesia (disclaimer BPS, 2010). Hal tersebut dilakukan untuk dapat mengetahui bagaimana persebaran tenaga kesehatan di wilayah dengan kepadatan penduduk yang berbeda. Peta kepadatan penduduk ditampilkan dalam Choropleth Map, sedangkan persebaran jumlah tenaga kesehatan ditampilkan dalam Proportional Symbol Map. Semua klasifikasi data untuk styling peta, dilakukan dengan metode Quantile, untuk menghilangkan disparitas data yang besar. Berikut adalah hasil visualisasinya:

Peta Persebaran Tenaga Kesehatan di Indonesia

Selanjutnya, jika kita bermain main dengan layer Jumlah Dokter dan Jumlah Tenaga Kesehatan (non dokter), dapat kita lihat bahwa persebaran Dokter lebih sedikit dan terpusat, jika dibandingkan dengan Tenaga kesehatan (non dokter). Hal ini dapat kita lihat ketika kita memainkan layer Kepadatan Penduduk pada peta diatas, dimana persebaran Dokter lebih banyak di wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, lain hal nya dengan Tenaga Kesehatan Lainnya (non dokter) yang tetap tersebar di wilayah kepadatan yang rendah, walau memang secara jumlah lebih tinggi di wilayah yang Kepadatannya tinggi.

Kemudian jika dilihat rasio perbandingan Tenaga Kesehatan dan Jumlah Penduduk di masing masing Kabupaten/Kota, wilayah dengan rasio tertinggi terdapat di Kabupaten Halmahera Tengah, dimana terdapat 1 Tenaga Kesehatan untuk 52 penduduk. Sebaliknya, rasio Tenaga Kesehatan dan penduduk terendah terdapat di Kabupaten Teluk Bentuni di Provinsi Papua Barat, dimana terdapat 1 Tenaga Kesehatan untuk 10.485 Penduduk.

Kota atau Kabupaten dengan rasio perbandingan Dokter dan Jumlah Penduduk yang tertinggi terdapat di Kota Jakarta Pusat, dimana terdapat 1 Dokter untuk 353 penduduk. Sebaliknya, rasio Dokter dan penduduk terendah terdapat di Kabupaten Serang, dimana terdapat 1 Dokter untuk 36.917 Penduduk. Hal ini cukup menarik, dimana ternyata wilayah Papua yang cenderung less developed dibandingkan Kabupaten Serang, Banten ternyata bukanlah wilayah dengan rasio Dokter dan Jumlah Penduduk yang terendah.

Jika dibandingkan dengan standar yang dikeluarkan WHO (World Health Organization), dimana harus ada 4.45 ahli kesehatan per 1000 populasi. Maka di Indonesia,

terdapat 368 Kabupaten Kota yang belum memenuhi standar Kebutuhan Jumlah Tenaga Kesehatan WHO, jumlah tersebut adalah 70% dari jumlah Kabupaten/Kota di Indonesia.

Hal ini dapat menjadi masukan agar pemerintah Indonesia semakin meningkatkan dan meratakan persebaran fasilitas kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan di Indonesia

--

--

Mia Renauly

Interested at Tech, Investment, and Business. Analytics writings and personal opinion