☆
5 min readAug 15, 2023

Seokmin terbangun dari tidur nyenyaknya ketika, mendengar suara tawa yang nyaring berasal dari lantai 1 rumah. Dengan rasa penasaran, ia bergegas mencuci muka dan turun ke lantai bawah.

Ia perlahan turun dan suara tawa itu semakin terdengar jelas di telinganya.

Siapa, yang berkunjung kerumahnya di akhir pekan? Dan kenapa, papanya bisa tertawa seriang itu? Pikir Seokmin.

Ia terus menuruni anak tangga dengan keadaan bingung. Saat ia baru menapakkan kakinya di lantai 1, ia melihat ke arah tetehnya yang sedang tersenyum — senyum kearahnya.

“Ada apa, teh? Ada yang salah di mukaku?” Ucap Seokmin sambil meraba raba mukanya. Wendy — teteh Seokmin — hanya tertawa melihat tingkah adik bungsunya itu.

“Ih teteh, jangan ketawa aja. Ada apa di mukaku?” Rengek Seokmin ke Wendy.

“Gaada ganteng. Udah, jangan manyun gitu ah. Temuin sana calon suamimu di ruang keluarga.”

Wendy cekikikan saat mengucapkan kata “calon suami” ke adiknya dan memilih untuk melenggang pergi, ke arah dapur untuk membantu sang mama yang sedang menyiapkan makan siang untuk keluarga dan tamu mereka. Seokmin semakin bingung sekarang, hah? calon suaminya? siapa?

Dengan isi kepala yang penuh dengan tanda tanya, Seokmin tetap melangkahkan kakinya ke arah ruang keluarga. Ia tertegun melihat siapa yang ada di ruang keluarganya saat ini.

Mingyu? Dia beneran kesini? Terus, yang kata teteh calon suami gue tuh siapa? Masa iya si Mingyu? Tanya Seokmin dalam hati sampai tak sadar bahwa sang tamu dan papanya telah berganti objek menjadi ke dirinya.

“Good morning gantengnya papa” Sapa Papa Lee — Donghae — yang melihat anak bungsunya hanya diam di pintu ruang keluarga mereka.

Seokmin yang tersadar pun, akhirnya melangkahkan kakinya mendekat dan tersenyum. “Good morning paps”

Seokmin memeluk papanya sebentar dan mengalihkan pandangannya ke arah Mingyu yang tersenyum. “Gue kira lo bercanda gyu”

“Eh, kok ngomongnya gitu sama calon?” Donghae menegur anak bungsunya yang terkesan tak sopan dengan calon suaminya. Baginya, berkata “lo — gue” di sebuah keluarga itu tak enak didengar. Apalagi, mengucapkan hal itu kepada pasangan hidup.

“Hah? Maksudnya gimana, pa? Calon apa?”

“Loh? Mingyu ini calon suami kamu, kan? Dia kesini mau minta izin buat lamar kamu, sebelum bawa keluarganya. Dia juga nanya soal jadwal kosong papa dan mama, biar bisa di cocokkin sama jadwal orang tuanya dia, buat ngelamar kamu nanti.” Donghae menatap anak bungsunya heran, kenapa anaknya ini terlihat kaget sekali sekarang?

Seokmin hanya menampilkan muka terkejutnya dan melirik ke arah Mingyu yang lagi — lagi hanya tersenyum seperti orang idiot kearahnya. Duh, semesta lagi bercanda apa gimanasih ke Seokmin?

Disaat Seokmin ingin membuka mulutnya, suara mama yang memanggil nama papanya lebih dahulu terdengar daripada suaranya.

“Nak Mingyu, papa tinggal dulu ya. Kamu tolong jagain Seokmin sebentar. Kamu juga ya dek, diajak ngobrol ini calonnya. Jangan bengong terus”

Dengan berlalunya Donghae, kesadaran Seokmin pun semakin terkumpul kembali. Ia mendekat ke arah Mingyu. “Maksud lo apaansi, Gyu?”

“Ya, gue mau ngelamar lo, Seok.”

“Lo jangan bercanda, gue gamau di cap perebut laki orang.”

“Hah? Lo mau ngerebut laki siapa emang?”

“Lo lagi pacaran sama Mina kan?”

Mingyu menaikkan satu alisnya mendengar pertanyaan yang menurutnya konyol ini. “Mina? Dia sepupu gue dan dia juga udah punya cowok kali si Jaehyun.”

Hari ini, hari paling mengejutkan untuk Seokmin sepertinya. Ia benar — benar tidak tahu tentang hal ini. Yang ia tahu hanya, Mingyu dan Mina berpacaran. Sudah, sebatas itu saja.

Melihat Seokmin yang terus menampakkan wajah terkejut dengan mulutnya yang sedikit terbuka, Mingyu mengambil kesempatan untuk mencoba mencium bibir Seokmin. Seokmin yang lagi — lagi terkejut pun tanpa sadar terjatuh kebelakang dengan baju Mingyu yang refleks ia tarik. Hal ini membuat tubuh mereka saling bertindihan di sofa ruang keluarga Seokmin.

Mereka menatap mata satu sama lain dalam diam, sampai sebuah suara menginterupsi mereka. “Adek, Min — eh, maaf, mama ganggu, ya.”

Mama Yoona langsung menutup kembali pintu ruang keluarga mereka dan berjalan menjauh dengan muka yang tersenyum senang. Sedangkan, 2 insan yang masih bertindihan tubuh itu langsung melepaskan diri mereka dari satu sama lain.

“Lo ngapain sih, gyu?”

“Cium lo”

“Bukan itu maksud gue. Lo ngapain sih kesini sebenernya? Niat lo tuh apa?”

“Harus berapa kali lagi sih gue bilang, kalo gue mau ngelamar lo, Seok.”

“Mingyu, i told you. Jangan pernah bercanda sama sebuah ikatan sakral kayak gini. Gue gasuka”

“Gue gabercanda, Seokmin. Gue masih waras buat ga bercandain hal — hal yang mau gue lakuin dan jalani sekali seumur hidup ini.”

“Tapi, ini galucu Mingyu. Gue tahu, gue bukan tipe lo.”

Mingyu tersenyum miring mendengar perkataan Seokmin saat ini, apa maksudnya?

Mingyu meremat bahu Seokmin pelan, “Astaga, Seokmin. Lihat mata gue. Ada kebohongan gak didalamnya?”

Seokmin menggeleng dengan mantanya yaang terkunci kepada manik hitam milik Mingyu.

“Pernah gue bohong sama lo?”

Seokmin menggeleng lagi sebagai jawabannya.

“Seok, gue tau gue bajingan yang punya banyak mantan. Tapi, gue gapernah diajarkan untuk main —main terhadap sebuah pernikahan. Gue udah cari kesana kesini, pacaran sama beda beda orang, untuk apa? Untuk ngehilangin rasa gue ke lo, Seok. Gue udah jatuh ke lo sejak umur kita 10 tahun. You’re my first love, Seokmin.”

Seokmin tercengang mendengarnya. Ia berbisik dalam hati, Apa ia sedang bermimpi sekarang? Cinta pertamanya, ternyata juga menyukainya? Oh my! Ini terlalu indah untuk menjadi sebuah kenyataan. Tolong, jika ini mimpi, jangan bangunkan Seokmin sekarang.

Ruang keluarga Lee, sekarang diisi oleh keheningan dengan 2 insan yang saling tenggelam dalam pikirannya masing — masing. Suara ketukan pintu kembali mengembalikan kesadaran mereka lagi.

“Adek, Mingyu, ayuk makan siang bareng. Papa mama udah nungguin kalian di meja makan.”

Itu teh Wendy yang berbicara. Setelahnya, teh Wendy langsung pergi meninggalkan kembali 2 manusia yang kembali terdiam.

“Seok, ma — ”

Cup

Seokmin mencium bibir Mingyu sekilas dan menarik tangan yang sang empunya masih terbengong dengan aksi tiba — tiba itu. “Ayo, makan siang. Papa gasuka nunggu lama soalnya hehe.”

Mingyu menurut mengikuti tarikan tangan Seokmin yang membawa mereka ke ruang makan keluarga Lee.

“Ayo sayang, duduk dan kita makan bersama, ya.” Ucap Mama Yoona dan mulai menyiapkan makanan untuk orang tersayangnya, dimulai dari Donghae, Wendy, Seokmin, dan juga Mingyu, calon menantunya.

“Selamat makan semuanya” Seru riang Wendy yang menjadi penutup kisah antara Seokmin, Mingyu, dan informasi lamaran yang tiba — tiba itu.

☆

hello! it's ji. thanks for comin' and read my ordinary story...