ini siapa

Itsbiwkin
4 min readJun 22, 2023

--

;

Sudah hampir satu jam lebih pemuda berzodiak libra itu duduk di sana, memangku dagu dengan tangan kanannya, tak lupa pula senyum manis berseri lebar menatap sosok tampan pujaan hatinya yang juga sedang asik berbincang dengannya.

Aksel, dengan mata berbinar-binar menatap Satiyo yang tengah memakan cheese cake pilihannya, sesekali lelaki tinggi itu memuji rasa makanan manis bikinannya.

“Enak, yang ini aku suka. Gak manis banget, terus teksturnya juga lembut banget kali ini.” Ucap Satiyo.

“Iyakan kak! Tadi kak Michel juga muji, katanya cheese cake aku hari ini agak lebih enak dari yang kemaren-kemaren.”

“Kalau gitu bisa dilanjut resepnya nih”

Begitulah percakapan di antara mereka, walau terdengar sangat canggung dan aneh, namun tampaknya kedua lelaki itu menikmati obrolan panjang mereka. Beruntung sekali hari ini toko sedang sepi, sehingga Aksel punya banyak waktu luang untuk bercengkrama oleh sosok yang dikaguminya itu.

Selesai membalas pesan-pesan dari grup chatnya dengan teman-temannya, Aksel kembali memfokuskan diri pada orang yang duduk di hadapannya itu, tanpa memperdulikan lagi apa yang tengah dihebohkan oleh kedua teman kerjanya yang lain.

Di sana, di sisi lain, Alendra dan Michel tengah menatap kaget pada sosok berjaket kulit, celana jeans, dan kaca mata hitam memasuki toko kue mereka. Rambutnya disisir dengan jari-jarinya, lalu berjalan masuk mendekati keduanya.

“Aksel, mana?” Ucapnya pada Alendra yang menatap dengan mulut menganga. “Anu, itu” tangannya menunjuk pada dua orang yang sedang duduk berhadapan, bercanda mesra sampai seperti tidak memperdulikan sekitarnya. Tanpa berlama-lama kaki jenjangnya melangkah menghampiri, lalu menarik kursi lainnya, meletakannya tepat di tengah-tengah dua orang disana.

“Darren?”

Pemuda yang baru sampai, membuka kaca matanya lalu menatap tajam ke arah Aksel yang jelas saja memandang terkejut.

“Kenapa chat gue gak lo bales” Aksel panik, sesekali dia melirik ke arah Satiyo yang juga terlihat kebingungan.

“Kan gue lagi kerja” jawabnya.

“Emang sekarang ini lo lagi kerja?” Darren memandang Satiyo sebentar “Kayaknya engga” sambungnya.

Aksel bangkit dari duduknya, berusaha menyeret tubuh besar Darren agar lelaki itu pergi dari sana “Aduh, kita ngobrolnya di luar aja” ucapnya, namun Darren tetap membatu di tempat.

“Gak, mager. Kenapa gak disini aja?”

“Gak enak sama tamu anjir”

“Emang dia tamu?”

Sudah hampir habis kesabaran Aksel, hingga mau tak mau Darren dia tarik dengan seluruh tenaganya, sampai lelaki itu terseret bangkit.

“Ngomong di luar Ren!”

Akhirnya pemuda Gemini itu mengalah, tubuhnya dibawa oleh sang teman seatap untuk menyelesaikan perkara mereka di luar toko. Dan disanalah, Aksel menatap sengit Darren, memandangnya penuh menghakimi, penuh dendam juga emosi. Bagaimana tidak, lelaki itu baru saja menghancurkan acara pendekatannya bersama sang pujaan hati.

“Bisa gak lo sehari aja jangan ngeselin”

“Lo sendiri, kenapa gak bales chat gue?”

“Yang mana yang gak gue bales Darren?”

“Ya lo lihat aja sendiri”

Aksel membuka ponselnya, kemudian menampilkan room chatnya dengan Darren, yang mana cuma hanya ada satu pesan yang tidak ia balas, pesan terakhirnya, pesan yang Darren kirim, hanya memanggil namanya. Rasanya ubun-ubunnya sudah mendidih, tinggal menunggu waktu saja untuk meledak.

“Bangsat”

Darren terkejut sedikit karena Aksel memaki tepat di depan wajahnya, begitu dekat. Aksel begitu kesal, dan berniat masuk dan meninggalkan Darren disana, namun tangannya sudah ditahan terlebih dahulu oleh yang satu.

“Jawab dulu”

“Apa yang harus gue jawab anjir, apa yang lo mau?”

“Pulang bareng gue”

“Gue naik sepeda”

“Mana sepeda lo?”

“Itu– loh si ino mana? SI INO MANA?”

Darren mengusap wajahnya, sedikit frustasi. “Lo gak naik sepeda anjir” jawabnya. Akselar menatap ragu “Masa? Perasaan gue naik sepeda” Wajahnya masih memandang ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan si Ino.

“Lo naik gojek, sepeda lo masih nangkring di parkiran”

Barulah pada saat itu juga Aksel teringat, bahwa saat mendengar Alendra mengatakan Satiyo ada di toko, tanpa pikir panjang dan tidak ingin berlama-lama Aksel pun memesan ojek online menuju tempat kerjanya.

“Udah? Inget?” Akselar mengangguk pelan, agak sedikit malu. Tapi wajahnya masih kesal.

“Tetap aja, gue pulangnya masih lama. Lo balik aja Ren”

“Gue tungguin”

“Aduh kenapa sih, kayak pengangguran aja lo, gak ada kerjaan”

“Emang”

Aksel menggaruk kepalanya frustasi. “Ya cari pekerjaan sana! Udah ah, ganggu aja, gue mau kerja” sebalnya, lalu Aksel benar-benar meninggalkan Darren sendirian, lalu memilih masuk ke dalam toko kembali.

“Sel” panggil si Gemini, namun yang satunya tak acuh hingga Darren pun menghela nafasnya panjang.

Alendra dan Michel saling bertatapan, memandangi sosok lelaki yang sempat membuat kekacauan beberapa saat yang lalu, masih terduduk di salah satu kursi di pojok ruangan, kakinya menyilang, dan tak lupa kaca mata hitamnya masih bertengger manis di hidung mancungnya.

“Sumpah si Darren aneh juga kalo dipikir-pikir” bisik Ale pada Michel yang sedang mengelap Gelas.

“Kata gue sih dia gak aneh, di mata gue dia masih sumber duit yang melimpah” Sambutnya. Alendra menatap Michel terkejut, mengapa tidak ada yang waras di toko ini pikirnya.

Tanpa mereka duga tiba-tiba Darren berjalan mendekat ke arah mereka, membuka kacamatanya lalu bertanya.

“Cowok yang sama dia itu siapa?”

Alendra dan Michel menatap bingung satu sama lain, namun setelahnya Alendra menimpali “Oh, itu namanya Satiyo. Customer setia disini, tiap minggu pasti dateng.” Jawab Ale.

“Terus?”

“Terus?? Terus apa?”

“Ya terus, lanjut ceritanya”

“Cuma itu, dia emang sering ke sini, makan kue”

“Lagi?”

“Apa lagi?” Frustasi Alendra.

“Ya apa aja”

“Dia Crushnya Aksel”

“Oke cukup”

Alendra menganga lebar, saat Darren memutus percakapan mereka dan kemudian beralih pandang kepada Michel yang ada di sebelahnya.

“Lo yang punya toko kan?”

“Iya, kenapa mas ganteng?”

“Lo terima pegawai baru?”

--

--