Studio Hikari: Produsen Kamera Disposable Pertama di Indonesia.

MKH
3 min readApr 12, 2019

--

Tren selalu berubah-ubah setiap waktunya, Dovan Fakhradyan salah satu Mahasiswa Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB angkatan 2017 mengambil peluang dari salah satu tren yang sedang ramai 2 tahun kebelakang ini.

Berawal dari hobi mengambil gambar menggunakan kamera analog yang dia tekuni sejak masa SMA, berlanjut menjadi bisnis cuci dan scan film juga satu-satunya produsen kamera disposable (kamera sekali pakai) di Indonesia.

Bisnis yang dibangun Dovan dan 6 temannya bernama Studio Hikari, Hikari sendiri artinya “Cahaya” dari bahasa Jepang. Karena menurut Dovan, hal yang paling penting dalam fotografi adalah cahaya.

Saya juga sempat menyinggung logo yang dipakai studio Hikari, karena cukup unik, yaitu gambar salah satu karakter mitologi dari Jepang, Godzilla, bernama Hika, dengan pilihan warna dan desain yang lucu.

Hika dipakai menjadi maskot dikarenakan Dovan dan teman-temannya ingin menunjukan identitas perusahaan yang fun, karena stigma kebanyakan orang tentang kamera analog adalah susah digunakan dan diperuntukkan hanya untuk profesional saja, studio Hikari datang untuk mematahkan stigma tersebut.

Pengusaha itu mencari masalah.

“Pengusaha itu sebenernya cari masalah, cari solusi, buat produk atau jasa, ngerasain trial and error setelah itu baru evaluasi” tutur Dovan.

Bisnis cuci scan film sebenarnya hadir dari masalah Dovan sendiri, dulu dia kesusahan untuk mencari tempat cuci scan film di daerah Bandung, berangkat dari masalah itu Dovan membuat studio cuci scan filmnya sendiri. “Gua juga nyari experience-nya sih selain karena masalah yang tadi” tambahnya.

Kamera disposable juga menjadi tren di Indonesia karena banyak orang Indonesia yang berlibur ke Jepang, karena sekarang tiket untuk terbang kesana tergolong murah.

“Biasanya jadi oleh-oleh dari Jepang, karena di Jepang sendiri dijual dimana-mana, dari toko kamera bahkan sampai di minimarket juga ada, dan harganya murah”

begitulah kira-kira terkaan Dovan menanggapi kamera disposable yang menjadi tren di Indonesia.

Dari masalah tadi, studio Hikari muncul dengan produk kamera disposable-nya yang bisa dipakai kembali. Pertanyaan besar di sini, bisa dipakai kembali alias reusable? Nanti akan dijelaskan, sabar.

Dovan dan teman-teman mencari kerangka kamera di e-commerce dari China yaitu Alibaba, membelinya secara online dan di branding ulang desain-nya menjadi sangat studio Hikari sekali.

Kamera dijual seharga 220 ribu, ketika filmnya habis, studio Hikari juga menyediakan jasa isi ulang film dengan kisaran harga 60 sampai 70 ribu.

“Gua bete liat orang punya kamera terus dibuang”

Dari sinilah ide kamera disposable yang reusable muncul.

Sebenarnya harga kamera disposable dari studio Hikari tergolong sedikit mahal dibandingkan dengan kamera disposable dari Fuji.

“laboraturium tempat cuci film di sana (Jepang) menyimpan kerangka kamera disposable dari orang yang mencuci, kemudian dikirim ke pabrik Fuji untuk digunakan lagi, itulah alasan kenapa kamera disposable di sana harganya lebih murah” Dovan menjelaskan.

Cara mencari partner bisnis yang tepat.

Karena studio Hikari lahir dari tugas kuliah, maka partner bisnis yang diambil oleh Dovan adalah teman kuliahnya sendiri.

Ketika kelompok lain mencari partner bisnis dengan unsur kecocokan dan kedekatan secara personal, Dovan satu-satunya kelompok yang menggunakan sistem open recruitment, “meskipun ini tugas kuliah, kita di Hikari mencoba se profesional mungkin, untuk mencari partner bisnis” jelas Dovan.

Dari proses pencarian partner bisnis, Dovan akhirnya menemukan racikan tim yang klop, ada Miqdam dan Naafi untuk operation, Sheila dan Taufiq untuk marketing, Piku untuk finance, Amanda untuk sekretaris dan terakhir ada Dovan sendiri untuk ketua atau CEO (chief executive officer) di studio Hikari.

“Gua optimis sih ini bakalan berlanjut terus, soalnya gua nyari tim juga dari orang-orang yang profesional juga, ditambah analog sekarang masih jadi tren” tutur Dovan, ketika saya tanya kelanjutan usaha ini jika tugas kuliahnya sudah selesai. (**MKH)

--

--