azzz
2 min readApr 30, 2023

Permen di Toko Kelontong

“Loh kok kamu di sini?”

“Nunggu kamu keluar kelas.”

“Bukannya aku belum ngabarin kamu ya?”

“Iya, belum. Aku keluar kelas 30 menit yang lalu, terus aku inget chat kamu yang bilang kelas kamu jam 15.00 selesai. Jadi mending aku langsung ke sini aja."

“Kan bisa nunggu di kantin atau dimana gitu.”

“Lebih baik di sini, jadi kamu ga harus keliling buat nyari aku ada dimana."

Ya, Malea lebih suka dirinya yang menunggu dari pada harus Keyla yang nanti berkeliling mencari dirinya.

“Bisa aja botol kecap. Yaudah ayo pulang!”

“Iya pulang, ditengah jalan nanti beli cilor.”

“Oh iya cilor, kok kamu inget?”

“Everything about you, I remember”

Malea dengan semua tutur katanya yang dapat membuat debaran milik Keyla muncul kembali.

Tutur kata Malea itu membahagiakan juga membuat tenang. Jika ada hal yang lebih dari semua itu mungkin kepribadian Malea.

Ia lebih sering menjaga daripada dijaga. Salah satu prinsip yang Malea miliki itu, orang yang kita sayang harus kita jaga lebih baik daripada diri sendiri.

“Ini cilor rasa pedas manisnya, ada tambahan lagi ga?”

“Permen boleh?”

“Boleh, nanti kita beli dua. Aku satu kamu satu. Ga boleh banyak-banyak nanti gigi kamu diserang sama kuman jahat.”

“Kumannya nanti aku serang balik pake odol pepsodent, jadi boleh beli banyak-banyak ya? Lima deh.”

“Kumannya bandel, susah dilawan. Kita beli empat aja, aku satu kamu tiga. Penawaran terakhir atau kamu sama sekali ga usah beli permen.”

“Iyadeh beli empat aja. Ayo kesana," ucap Keyla dengan jemari yang menunjuk ke toko kelontong di seberang jalan.

Keduanya pergi ke sana untuk membeli permen yang diinginkan Keyla dengan mengendarai sepeda. Toko kelontong sederhana yang menjual banyak makanan ringan dan minuman bersoda.

Keyla langsung terburu-buru menuruni sepeda dan bergegas masuk ke dalam toko. Ia segera memilih permen yang akan dibeli.

Tanpa ada yang menyadari, saat Keyla memilih permen yang akan dibelinya ada sesosok manusia bumi nestabala yang tersenyum memperhatikan setiap hal yang dilakukannya.

Sesosok itu, Malea. Malea yang akan secara otomatis tersenyum saat melihat Keyla, si gadis penyuka makanan manis.

Semua hal yang Keyla miliki akan senantiasa Malea sukai. Ia mencintai kelebihannya dan menyayangi kekurangannya.

“Ini ya,” Ucap Keyla seraya memberikan permen dengan bungkus berwarna merah kepada Malea.

“Permen kiss?”

“Iya, buat kamu. Lihat belakangnya dong!”

Malea megambil sebiji permen pemberian Keyla lalu membalikkanya. I love you, kata yang tertulis dibalik itu.

“I love you?”

“I love me too.”

Keyla terkekeh sembari berlari keluar toko tanpa memikirkan keadaan hati gadis dengan angka tiga puluhnya yang sedang menahan desiran di dadanya juga panas di pipi.

Dengan sedikit kesadarannya Malea berteriak, “SINI DULU, BALIK! ITU PERMENNYA BELUM DIBAYAR.”