Mengenal SCRUM

M Luthfi Ridhwan
3 min readJun 13, 2020

--

Pada proses pengembangan produk biasanya ditemukan berbagai kendala baik dari sisi teknis ataupun nonteknis. Misalnya pada sisi teknis, pada proses pengembangan sebuah aplikasi seorang Developer sering menemukan kesulitan dalam coding dan ia dapat mencari solusinya melalui internet. Namun pada sisi nonteknis, bila Developer tersebut bekerja didalam sebuah tim, dengan adanya target, waktu, dan lain sebagainya bersama anggota tim maka diperlukan sebuah pengelolaan kerangka kerja yang baik sehingga dapat memaksimalkan performa kerja setiap individu dalam tim.

Scrum merupakan salah satu kerangka kerja yang menerapkan metodologi Agile. Agile adalah salah satu metodologi pengembangan produk berbasis pengembangan iteratif untuk memenuhi kebutuhan dan solusi pengembangan produk yang berubah secara terus menerus. Scrum membagi tim kedalam tiga peran :

  1. Product Owner, merupakan pihak yang bertanggung jawab terhadap produk, visi produk, dan mengarahkan serta memutuskan di dalam tim Scrum.
  2. Scrum Master, merupakan pihak yang bertanggung jawab untuk menegakkan prinsip Scrum. Scrum Master memastikan bahwa semua urusan terkait pengembangan produk berjalan dengan lancar, memastikan tim tetap fokus pada tujuan, dan melindungi tim dari gangguan. Scrum Master tidak memiliki peran untuk memberikan arahan dan tugas pada individu.
  3. Development Team, merupakan tim yang bertanggung jawab langsung terhadap produk dengan komitmen menyelesaikan seluruh daftar pekerjaan. Pada pengembangan aplikasi biasanya tim terdiri dari Business Analyst, System Analyst, UI/UX Designer, dan Programmer.
Proses kerangka kerja Scrum

Berikut urutan kegiatan dari Scrum :

  1. Product Backlog, merupakan daftar pekerjaan dari Product Owner yang akan dilakukan oleh Development team. Setiap product backlog berisikan deskripsi, urutan, dan estimasi kesulitan pengerjaan. Product Owner memiliki wewenang terhadap product backlog, namun Development team memiliki wewenang untuk menentukan estimasi pengerjaan. Product backlog bersifat fleksibel yang mana dapat berubah sesuai respon dari pengguna. Product Backlog terdiri dari epic dan stories. Epic adalah sebuah sketsa kasar dari produk tanpa banyak detail. Sedangkan stories adalah persyaratan lebih rinci terkait apa yang harus dikerjakana dari epic. Stories umumnya dikenal dengan nama Product Backlog Item (PBI). Untuk membuat Product Backlog Item (PBI) adalah sebagai berikut:
    Sebagai (role), Saya menginginkan (feature), Agar saya dapat (alasan)
    Contoh:
    Sebagai User, Saya menginginkan fitur profil, Agar saya dapat memperoleh informasi mengenai kontak terkait
  2. Sprint Planning, merupakan kegiatan untuk menentukan estimasi Product Backlog Item (PBI) dan melakukan negosiasi terkait ruang lingkup PBI pada Product Owner. Agenda ini dihadiri oleh seluruh anggota, yaitu Product Owner, Scrum Master, dan Development team. Kegiatan ini menghasilkan sprint backlog.
  3. Sprint Backlog, merupakan setiap PBI yang telah diuraikan kedalam beberapa tugas untuk dikerjakan pada suatu sprint.
  4. Sprint Execution, merupakan kegiatan eksekusi dalam satu sprint dari PBI yang telah diuraikan pada sprint backlog. Sprint execution dilakukan oleh Development team. Hasil dari sprint execution adalah sebuah PBI yang telah berhasil diselesaikan untuk kemudian diulas pada sprint review.
  5. Daily Scrum, merupakan sebuah kegiatan harian yang dihadiri oleh Scrum Master dan Development team selama kurang lebih 15 menit untuk membahas perkembangan kerja pada hari sebelumnya, kendala pekerjaan tersebut, dan rencana kerja selama 24 jam kedepannya.
  6. Sprint Review mengulas perkembangan produk yang telah dibuat pada saat sprint execution. Kegiatan ini dihadiri oleh Product Owner, Scrum Master, dan Development team. Hasil dari kegiatan ini adalah feedback dari Product Owner.
  7. Sprint Retrospective, merupakan suatu kegiatan untuk menemukan solusi dari feedback sprint review. Pada kegiatan ini pihak yang terlibat adalah Scrum Master dan Development team. Selain itu, sprint ini mengidentifikasi PBI yang berjalan baik, mengidentifikasi PBI yang dapat ditingkatkan, dan mengidentifikasi PBI yang realistis untuk diperbaiki kedepannya.

PBI dapat diidentifikasi berdasarkan kriteria “INVEST” sebagai berikut:

  1. Independent, artinya PBI tersebut tidak memiliki ketergantungan pada PBI lain.
  2. Negotiable, artinya PBI memiliki pokok pembahasan yang dapat didiskusikan didalam tim.
  3. Valuable, artinya PBI memiliki nilai dan memberikan nilai pada setiap stakeholder yang terlibat.
  4. Estimable, artinya PBI tersebut terukur, dapat secara waktu ataupun tingkat kesulitan.
  5. Small, artinya bahasan PBI tidak terlalu luas sehingga dapat direalisasikan.
  6. Testable, artinya PBI dapat diuji dan memberikan informasi lengkap untuk pengujian.

Apabila ingin menggunakan Scrum sebagai kerangka kerja, Anda dapat mengikuti langkah berikut untuk memulai Scrum :

  1. Tentukan Scrum Team
  2. Tentukan lamanya Sprint
  3. Tunjuk siapa Scrum Master
  4. Tunjuk siapa Product Owner
  5. Buat Product Backlog awal
  6. Rencanakan dan mulai sprint pertama
  7. Tutup sprint dan mulai sprint berikutnya

Setelah mengenal Scrum, dapat dipahami bahwa kerangka kerja Scrum dapat menjadi solusi yang tepat untuk berbagai jenis pengembangan produk yang efektif karena Scrum dapat memaksimalkan performa tim.

Referensi

DewaWeb. (2017). Scrum Methodology: Panduan Project Management. Retrieved from Dewa Web: https://www.dewaweb.com/blog/scrum-methodology-panduan-project-management/

Laboratory, B. (2018). Modul Praktikum APSI Pengenalan Scrum. Analisis Perancangan Sistem Informasi.

--

--