mochi
3 min readFeb 24, 2023

--

— I can treat you better

Zoro meraih jaketnya dengan asal, bergegas menuju kamar Sanji yang letaknya lumayan jauh dari kamar miliknya. Mereka berdua memang telah berpisah tadi sejak Sanji mendapat notifikasi dari Ace dan Zoro tidak bisa berhenti merasa khawatir dengannya. Zoro mengecek kembali ponselnya, berharap ada notifikasi lanjutan dari Sanji tentang keadaannya. Namun nihil, pesan mereka berakhir masih persis seperti saat terakhir kali Zoro mengeceknya. Dia menepis segala kemungkinan terburuk, berharap Sanji akan baik-baik saja disana.

Bodoh jika ada orang yang tidak menyadari bagaimana Ace memperlakukan Sanji selama ini. Lebam di wajah dan beberapa bagian tubuh sanji yang ditutupi secara paksa dengan concealer masih terlihat jelas di mata Zoro. Membuatnya semakin marah setiap kali harus bertemu atau melihat Sanji bersama Ace. Tapi mau bagaimana lagi? Dia bukan siapa-siapa di dalam hubungan mereka dan Zoro tidak ingin Sanji merasa kecewa dengannya.

"Sanji ... please be safe," bisik Zoro di setiap langkahnya menuju kamar Sanji.

Semuanya berantakan, dia bisa melihat dari kejauhan Ace yang sedang menggedor bilik Sanji dengan meneriakkan kata kata kasar. Dan Sanji, Zoro yakin dia pasti sedang ketakutan di dalam sana. Paling tidak dia mengunci pintunya seperti yang Zoro sarankan tadi.

Gedung kamar Sanji tidak semata sepi, ada beberapa kepala yang nampak melongok dari jendela namun mengurungkan niat untuk membantu setelah mengetahui siapa pelakunya. Benar. Tidak ada yang berani melawan Ace, membuat darah zoro semakin mendidih.

Tanpa basa basi dia menerjang Ace, mengunci pergerakan dan menghantamnya dengan beberapa pukulan yang sukses membuat Ace tersungkur. Namun tak berapa lama, Ace kembali bangkit dan membalas pukulan Zoro. Dengan lebih tajam dan terstruktur. Mengincar dagu, rahang dan beberapa tempat vital membuat Zoro hampir kewalahan.

"LU SEMUA MAU NONTON DOANG APA GIMANA BANGSAT?!" teriaknya di sela-sela perkelahian, yang didominasi oleh Ace, kepada orang-orang di sekitarnya.

"Gak usah sok pahlawan." Ace kembali menghujani Zoro dengan pukulan dan tendangan, membuat Zoro hanya tetap pada posisi bertahan.

"Mana? Segini doang lu bisanya?" Zoro hanya diam. Dia merutuki dirinya sendiri yang menerjang Ace tanpa persiapan, padahal dia tau betul bahwa Ace jauh lebih baik darinya dari segi berkelahi. "Gila gua ga habis pikir si Lonte itu udah ngangkang ke lu berapa kali sampe mau mau aja jadi samsak gini."

Marah. Perkataan terakhir dari Ace sukses memancing amarah Zoro semakin naik. Membuatnya hilang kesadaran dan mulai menyerang Ace dengan membabu buta. Bahkan Zoro tidak ingat sama sekali apa yang terjadi setelah itu. Dia hanya ingat ketika Sanji memeluknya dari belakang sambil menangis dengan Ace dibawahnya yang sudah terkapar.

Zoro bisa melihat orang-orang berlarian dengan panik bersama beberapa guru untuk melerai mereka. Baru merasakan sakit pada tubuhnya setelah melirik kedua tangannya yang terkepal berlumur dengan darah, entah miliknya atau milik Ace dia tidak peduli. Meskipun kepalanya terasa amat sangat sakit atau tubuhnya mati rasa pun dia tidak peduli. Hanya Sanji yang terus memenuhi pikirannya, namun dia terlalu takut untuk berbalik karena keadaannya yang berantakan.

"Zoro, cukup. Udah. Lo ga perlu sakit lebih dari ini. Maaf ... maaf banget lo harus jadi kaya gini karena gue." Sanji mengeratkan pelukannya kepada Zoro, menenggelamkan wajahnya yang sesenggukan ke punggung Zoro yang bergetar.

Punggungnya terasa basah, tapi Zoro hanya membiarkan Sanji meluapkan emosi yang sudah terlalu lama ia bendung sendirian. Dengan lembut Zoro mengusap punggung tangan Sanji, berharap bisa memberikan sedikit ketenangan untung pria bersurai kuning di belakangnya. Hingga akhirnya mereka dipisahkan oleh dewan guru dan siswa yang berhamburan datang.

“The fuck did I just do?”

--

--