Orang-Orang Keren Amat, Gila.

#Anekdotologi

Muhammad Ghazi Algifari
4 min readMar 18, 2023

Sebentuk apresiasi terhadap insan-insan cendikiawan yang kusebut sebagai rekan seangkatan.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Salam kesuksesan rekan-rekan semua. Semoga kalian menjadi hebat dalam apapun itu yang kalian lakukan.

— — — — — —

Saya bukan orang pintar. Saya datang dari tempat yang sederhana yang terbatas dan tidak banyak yang saya ketahui tentang dunia. Masuk ke salah satu universitas terbaik di Indonesia (katanya terbaik) merupakan salah satu kejanggalan dalam hidup saya. What did i do to deserve this?

Pertama kali masuk melihat orang-orang di sekitar, wah. Ada yang sudah membuat organisasi advokasi sendiri, ada yang tulisannya sudah diterbitkan oleh media terkenal di daerahnya, ada yang sudah menciptakan aplikasi, ada yang memiliki pelanggan mancanegara, ada yang sudah ini dan itu. Level yang tidak terbayang sama sekali selama saya menjalani 18 tahun kehidupan di kampung halaman.

Saya yang tertinggal cukup jauh kadang merasa down dengan peer pressure yang saya rasakan sepihak. Saya keseringan merasa tidak cukup dengan diri saya sendiri dan akibatnya rasa percaya diri terjun bebas. Kerap kali saya berkata,

“I don’t belong here.”

Menyedihkan sekali. Seperti bayi kucing yang ditinggalkan oleh induknya yang terlindas oleh mobil. Tidak bisa apa-apa. So fucking helpless.

Tapi, akhir-akhir ini saya merasa itu semua merupakan bentuk ketidakdewasaan yang saya miliki. Saya ternyata masih hanya anak kecil yang tidak tahu apa-apa, tapi bedanya saya diam saja tidak bertanya karena takut tumpah kebodohannya. Ibarat gelas diisi udara, kalau ditumpahkan tidak memberi dampak apa-apa. Gelas berisi air yang ditumpahkan setidaknya memberikan dampak dan reaksi. Saya lebih memilih untuk berinteraksi daripada berdiam-diaman seperti dijahit mulutnya.

Tentunya semua tidak instan dan perlu proses panjang, apalagi kalau sudah penyakit lama. Sekarang pun kepribadian saya yang default itu diam. Diam karena ketidakpedulian. Terhadap orang? Salah. Terhadap situasi? Salah.

Terhadap diri sendiri.

Orang-orang cenderung kelamaan + memilih jalur malas daripada benar-benar melakukan sesuatu untuk mengatasi sebuah situasi yang tidak menguntungkan. Gigi kuning tinggal rajin sikat gigi, tapi malas. Goblok tinggal belajar, tapi malas. Tidak tahu apa yang dibicarakan tinggal cari referensi, tapi malas. Berat badan berlebih tinggal hidup sehat, tapi malas. Persetan formula dan rencana indah, semua tergantung seberapa kamu menginginkannya.

Semua di atas merupakan komentar yang saya berikan berdasarkan pengalaman saya sendiri dan pengamatan terhadap orang-orang di sekitar saya.

Sekarang mari kita kembali masuk ke kata kunci kalimat paling pertama di blog ini,

APRESIASI.

Saya bikin blog ini karena kehabisan ide cemerlang yang memerlukan riset secukupnya untuk dituliskan. Jadi, dengan kebodohan yang saya miliki, saya mencari referensi dari rekan-rekan sebaya yang cerdas di situs ini.

Ide untuk membahas tentang orang lain berawal dari perkataan Defindra Hafara yang mention nama Margareta Anugrah di blognya yang berjudul “Menggugat Medium”. Style pembahasaan mengambil referensi dari tulisan-tulisan oleh Djaysya Muhammad Sakkana yang menuliskan karya humaniora setiap hari semenjak tantangan 31 hari oleh Mas Irham Anshari diberikan. Awalnya saya mau bahas tentang grand slam Oscars yang dilakukan oleh film “Everything Everywhere All at Once”, tapi ketika melihat Jasmine Rizky El Yasinta yang telah menuliskan tentang itu, saya mengurungkan niat karena sudah ada yang menuliskan tentang itu, walaupun saya bisa menulis dengan versi yang berbeda. Sepanjang menulis blog ini saya kepikiran running joke oleh Venus Kindhearty tentang YOUR MOM. Sampai-sampai sekarang saya pakai sejumlah kali pada imbas teman saya sendiri.

Semua orang yang saya sebutkan di atas serta rekan-rekan lain in one way or another telah mempengaruhi cara saya menulis di Medium. Jasmine dan Mas Irham dengan pembahasan filmnya, Dowol dan Defindra dengan pembahasan humaniora dan sosial politiknya, ada juga ajra hasani dengan gaya khas zigi zaga zig zag nya, kemudian CG Lucaz juga dengan gaya mention atau menyamarkan nama-nama anak Ilmu Komunikasi UGM 2022 di beberapa blog yang dia tuliskan.

Terima kasih kepada Mas Irham Anshari yang telah menciptakan sebuah strategi untuk mengenal sisi lain dari setiap individu dalam satu angkatan. Sungguh membuka sebuah pintu terhadap alter ego yang unik dari semua orang. Dare i say, a genius move. As expected from a dosen.

Terima kasih kepada rekan-rekan semua yang telah mencurahkan pikiran indah kalian semua dengan segala ciri khas masing-masing dan sudut pandang yang menginspirasi sesama. Kalian semua harus tahu seberapa keren itu.

Terima kasih nasib janggalku masuk ke UGM. Kalau itu tidak terjadi, saya tidak mungkin mengalami pengalaman seperti ini dan menemui orang-orang keren yang berdampak secara langsung atau tidak langsung terhadap pertumbuhan saya dari anak kecil yang berumur 18 tahun.

— — — — — —

Sekian kiriman terima kasih saya kepada rekan-rekan semua. Kalian valuable sekali dalam hidup saya meski tidak saya ekspresikan melalui serangkaian kata-kata yang rumit atau mudah.

Semoga tulisan ini bisa membantu. Semoga kalian bisa semakin mengapresiasi diri kalian masing-masing.

Singkatnya,

Ya gitulah kira-kira…

--

--

Muhammad Ghazi Algifari

self-mastery is the peak achievement of a human being, nothing else, don't @ me