DTS Challenge — Design Process Bank Jago Apps Case Study

Muchlas Dwi
6 min readOct 24, 2021

--

Photo by Redd on Unsplash

Disclaimer: Proyek ini merupakan bagian dari UI/UX Training Program yang diadakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan Skilvul dan Bank Jago sebagai Challenge Partner. Saya tidak bekerja atau diikat dalam kontrak professional oleh Bank Jago.

DTS (Digital Talent Scholarship) Kominfo Challenge 2021 kali ini saya mengambil tema UI UX untuk suatu apps bernama ‘Bank Jago’. Challenge tersebut dikoordinasi oleh Skilvul yang diselenggarakan kurang lebih 10 minggu. Kali ini saya ingin menjabarkan bagaimana design process yang saya lakukan untuk mengerjakan challenge kali ini.

Di sini Bank Jago berencana untuk membuat suatu produk terbaru bernama ‘Jago Last Wish’ — suatu fitur dari Bank Jago yang mengakomodasi penggunanya untuk membuat semacam surat wasiat dan asuransi jiwa yang terjangkau serta mampu menampung bermacam-macam keinginan user di masa depan.

Latar Belakang Masalah

Jago adalah layanan finansial digital yang memiliki fokus pada keseharian pengguna, dengan jaringan ekosistem terbesar di Indonesia. Masalah hidup dalam keseharian seseorang sangat banyak jenisnya, namun tidak luput ada produk-produk finansial yang dipakai dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Sebagai contoh, ketika kamu lapar dan pesan GoFood, kamu bayar pakai Gopay. Ketika kamu ingin jadi Youtuber, kamu butuh nabung untuk beli peralatan studio mini dan beli di Tokopedia.

Di Jago, walaupun bisnis utama kami dari produk-produk finansial, kami memahami bahwa dalam perspektif pengguna yang mereka pikirkan bukan produk finansialnya, namun tujuan akhirnya (contoh: lapar -> makan, jadi youtuber -> bikin studio).

Objektif

Karena produk yang akan ditawarkan oleh Jago ini masih baru, kami lebih fokus ke product awareness dan pengenalan benefit yang bisa dirasakan oleh pengguna. Sebagai rangkuman, objektif yang ingin kami capai adalah:

  1. Membuat anak muda usia produktif menyadari pentingnya asuransi.
  2. Mengetahui tata cara bagaimana membuat surat wasiat yang modern.
  3. Membuat tampilan produk asuransi / surat wasiat yang minimalis dan terkesan tidak membosankan

Peran dalam Tim

Dalam mini project kali ini, saya bergabung ke dalam tim yang beranggotakan 2 orang. Yaitu Aldi dan Aris. Peran saya disini :

  1. Membantu membuat prototype
  2. Memberi tambahan masukan dan ide dalam proses design thinking
  3. Mensupport Aldi dalam pembuatan UI UX ‘Jago Last Wish’ yang sesuai tema Apps Bank Jago itu sendiri.

Design Process

Pada tahap kali ini, kelompok kami menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh UX Researcher yang berisi 5 step yang non-linear yaitu Empathize, Define, Ideate, Prototype dan Testing.

1 — Empathize

Sebenarnya saya sebagai anggota kelompok tim telah diberikan uraian background atau briefing oleh tim DTS sebagai acuan atau dasar dalam pembuatan UI UX kali ini.

Pada intinya disitu dijelaskan bahwa product yang akan diterbitkan ini menargetkan anak muda usia produktif awal yang mempunyai concern terhadap kesehatan dirinya. Target user juga mengikuti protokol kesehatan dengan baik. Namun, pengetahuan tentang pentingnya asuransi masih belum begitu mendalam karena kesibukan mereka yang membuat mereka tidak sempat untuk mempelajarinya.

Disini bank Jago berinisiatif untuk memberikan wadah kepada mereka untuk lebih mengenal betapa penting mempersiapkan masa depan yang serba tidak pasti ke depannya. Dengan tampilan bank Jago yang minimalis, diharapkan product baru bernama Jago Last Wish yang membantu user membuat surat wasiat dengan format asuransi jiwa ini mampu diterima oleh mereka yang sedang berada di usia produktif untuk bergabung.

2 — Define

Tahap define ini kami mulai menentukan Pain point yang bisa kami temukan. Pain point tersebut terlampir dalam gambar di bawah ini.

pain point dalam tahap define

Kami juga mengidentifikasi apa yang seharusnya solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi pain point tersebut. Dalam materi yang diberikan mentor kami, tahap ini disebut How-might-we.

Anggota kelompok kami melakukan voting untuk menentukan mana yang menarik mana yang terlihat biasa saja.

solusi yang bisa kami temukan untuk mengatasi pain point

3 — Ideate

Di tahap ini, kami membuat solution idea serta affinity diagram sebagai lanjutan dari proses define. Solution idea berisi rangkuman solusi yang ada pada proses “how might we”, sedangkan affinity diagram kita mengelompokkan mana solusi yang masih termasuk dalam satu tema.

solution idea; berisi solusi yang kami sortir lagi
affinity diagram; pengelompokkan solusi berdasarkan fungsinya

Sebelum ke tahap prototyping, kami melakukan step terakhir dalam tahap ideate yaitu prioritization idea; membagi prioritas dari solusi yang kami temukan sebelumnya. Mana yang harus dikerjakan dahulu, mana yang dikerjakan di kemudian hari.

4 — Prototyping

  • Sketch Prototype

Pembuatan prototype kami mulai dari membuat sketch UI terlebih dahulu. Kami bertiga membuat sketch wireframe yang berperan sebagai dasar kami menentukan UI bank Jago yang disesuaikan dengan fitur Jago Last Wish yang kami kerjakan.

Metode yang kami gunakan disebut Crazy 8, dalam dunia profesional biasanya diberikan waktu 1 menit untuk membuat sketch ini. Namun karena masih belajar, kami menentukan waktu sebanyak 5 menit untuk mengerjakannya.

Crazy 8 yang dibuat oleh masing-masing anggota kelompok
  • Low Fidelity Prototype

Untuk Low Fidelity prototype, kami memilih dari beberapa sketch yang sesuai menurut kami, disini saya lampirkan hanya membuat sebagian UI sebagai dasar untuk pembuatan high fidelity prototype nantinya.

low-fidelity prototype
  • High Fidelity Prototype

Di tahap ini kami mulai membuat UI mulai dari Home Page yang telah disesuaikan dengan menambahkan fitur banner product sebagai product awareness sampai proses pembayaran serta setting Jago Last Wish itu sendiri.

Untuk mencoba prototype lebih lanjut bisa dilihat melalui link berikut.

5 — Testing

Dalam testing kali ini, kami meminta user untuk mencoba prototype UI UX kami. Disana kami mendapatkan banyak masukan dari user, diantaranya:

  • Perlu adanya copywriting yang menjelaskan step-step bagaimana mendaftar fitur ini.
  • UI UX ketika tracking progress masih kurang jelas dan kurang mengakomodasi kebutuhan user.
  • Perlu diberi penjelasan dokumen apa saja yang dibutuhkan user agar pendaftaran berjalan lancar.

KESIMPULAN

Research kali ini kami mendapati bahwa perlu adanya perbaikan di sisi copywriting serta UI nya. Kami menyadari bahwa untuk membuat orang tertarik mencoba suatu produk, perlu dibuat copywriting yang menarik serta bersifat mengajak secara tidak langsung agar user, minimal, ingin mengetahui dan mempelajari produk tersebut.

NEXT STEP

Tampilan UI yang kami buat masih perlu banyak perbaikan dalam segi UI UX serta copywritingnya. Copywriting disini yang dimaksud semacam guide atau step-step bagaimana produk itu dapat digunakan.

— Mungkin cukup dari saya untuk UX Case Study kali ini. Terima kasih atas waktu yang kalian berikan untuk membaca artikel ini.

Salam.

--

--