Rumput-rumput.
Ketika aku di suatu perpustakaan kampus dan bersiap untuk mengerjakan tugas yang sangat menggunung, tiba-tiba lagu “Repeat Until Death” oleh Novo Amor dimainkan secara otomatis oleh Spotify.
Sebagian dari diriku, “Wow, lagu ini.”
Sebagian lainnya menyuruh ragaku untuk menoleh ke arah kanan; arah jendela dimana cahaya pagi hari datang ke sela-sela rumput-rumput yang dibiarkan hidup liar. Pada waktu itu aku berpikir bahwa cahaya itu merupakan anugrah yang diperoleh untuk rumput-rumput itu untuk terus hidup hingga sampai saatnya mereka dibabat habis sampai gundul.
Rumput-rumput itu tidak tahu bahwa makhluk hidup lainnya mengharapkan eksistensi mereka atau tidak. Rumput-rumput itu tidak menggigit, pun tidak mengganggu. Justru, bagiku itu menambah keindahan dan menutupi tanah cokelat yang gersang dan sangat cocok untuk mengubur impian kalian dalam-dalam.
Dari sini, aku hanya ingin bertanya.
Apakah kamu pernah tiba-tiba merasa sendiri dan merasa bahwa kehidupan secara acak membawamu ke dalam dunia ini?
Menurutku, keberadaan kamu disini selalu ada makna meskipun (mungkin) tidak ada yang mengharapkan kamu ada. Seperti aku yang sedang di perpustakaan kampus. Untuk apa aku disini?
Apakah aku diharapkan orang lain untuk datang? Tentu saja tidak.
Aku punya tujuan. Begitu juga dengan rumput-rumput. Begitu juga dengan kamu.
Tolong untuk selalu sadar bahwa kedatanganmu pasti ada tujuannya.
Pasti ada makna penting dibalik ketidaksyukuranmu tentang, “Mengapa aku diciptakan?!”
Tetaplah percaya pada Sutradara Alam Semesta bahwa kalian itu penting.
Rumput-rumput pun begitu.
Terima kasih karena kamu ada di dunia, ya.
Teruslah hidup sampai saatnya kamu tidak perlu berperan lagi.
Sampai saatnya Dia memanggil.