Orange Daisy: Taman Talk

midori
4 min readSep 9, 2022

Bible sampai di taman tepat pada pukul 5 sore seperti yang dijanjikan. Sesampainya Bible, Mile telah terlebih dulu sampai dan sekarang dia sedang duduk. Tapi tidak seperti biasanya, kali ini Mile duduk dengan gelisah. Bible pun panik, ia sangat asing dengan Mile yang seperti ini. itu bukan Mile yang dia kenal.

“ Mile, lo udah nyampe aja. Ada apa sih?” Bible langsung menyapa sambil menepuk pundak Mile. Mile tidak menjawab, ia hanya tersenyum sembari meremas tangannya dan sesekali tangannya akan menyentuh pahanya mencoba menenangkan kakinya yang entah mengapa tidak berhenti bergerak. Bible mulai khawatir. Ini sungguh bukan Mile yang ia kenal.

“ lo kenapa sih Mile. Sakit? Ato kenapa?”

“ Bib, dari empat bulan kita deket gue nyaman sama lo. Rasa nyaman gue sama lo udah bukan rasa nyaman temen. gue sayang sama lo. “ mile melontarkan kalimat yang mebuat Bible kaget. Kalimat yang tidak pernah terlintas sedikitpun di benak Bible. Aksi dadakan Mile membuat Bible bingung. Dia tidak terbiasa dengan perasaan ini. Bible kaget mendengar kalimat Mile tetapi mengapa dia tidak merasa aneh atau tidak nyaman. Mengapa justruBible merasa senang? Apakah Bible juga menyukainya? Bagaimana dia tau, ini hal baru baginya.

“ Mile, lo tau kan gue gak punya temen deket lain selain lo. Darimana lo yakin perasaan lo itu lebih dari temen?

“ Bib, sejak pertama gue ngelepasiin earphone dari telinga lo gue udah tertarik sama lo. Lo tuh unik, lo beda dari yang lain. Tiap hari, tiap menit gue tuh pengen ketemu lo, pengen ngobrol bareng, makan bareng. Kehadiran lo di hidup gue itu jauh lebih berarti daripada yang lo bayangin. Gue pengen lo ada di hidup gue. Gue pengen terus sama — sama sama lo.” jawab Mile dengan pasti. Rentetan kalimat itu membuat Bible semakin yakin tetapi juga takut. Bible merasa dia dan Mile sangat lah jauh berbeda. Dia adalah orang yang tidak suka dengan keramaian, tidak suka berinterkasi, tidak suka menonjol dan sangat menghindari seseorang memasuki dunianya. Kecuali Mile, hanya Mile yang mampu menembus benteng tebal Bible dan Bible mulai terbiasa, Bible mulai candu dengan kehadiran Mile di hidupnya. Tetapi, Bible sadar dirinya dan Mile sangat jauh berbeda.

“ Mile, lo tau kan lo itu bukan orang biasa. Diluar sana cowok cewek pada ngantri buat jadi pacar lo. Mereka juga bukan sembarangan. Mereka cantik, ganteng, pinter, kaya dan pribadi yang menyenangkan. Gue gak kayak mereka. Gue ini Cuma orang biasa, gak menonjol dan gak bisa berteman dengan orang lain. Gue cukup dengan dunia gue, I am comfortable living in my colorless life. I don’t need any color, my monochrome life is enough for me. Gue gak peduli dengan dunia luar. Sedangkan lo, you living in your colorful life. You will not comfortable with e. I don’t want to dim your color. Lo bakal malu kalo sama gue sedangkan sama mereka lo gak bakal malu. ”

“ tapi mereka bukan lo, Bib. Gue sayangnya sama lo. lo itu bukan orang biasa aja, lo itu manusia paling keren yang gue tau. Lo gak pernah ngomongin orang, gak pernah jelekin orang. So what if you have a monochrome life and I have a colorful life? that doesn’t matter. Lo itu ngimbangin gue. Stop telling youself that you are nobody. You are just incredible, Bib. You have a magic that makes me addicted to you. Please Bib, be my lover, be my Boyfriend, pretty please!”

“ Mile….”

“ oh wait… I forget something.”

“ ini bukan suap ya… tapi gue beneran pengen ngasih lo ini” Mile mengeluarkan sebuah buket bunga yang kemudian dberikan pada Bible.

“ daisy?”

“yes daisy, and mostly an orange one. the one that you love the most, right?”

Bible mengabil buket itu dan memeluk Mile erat, erat sekali.

“ Bibs is it a yes? I’l take it as a yes” Mile memeluk erat Bible dengan suka cita

“ it is, silly and thank you, Mile. Thanks for the daisy and thanks for loving me” Bible melepaskan pelukannya dan tersenyum lembut pada Mile.

“ No, I thank you for accepting my love. I am the happiest man in the world”

Mile kembali memeluk Bible.

Bible tidak pernah merasakan perasaan seperti ini, ternyata membiarkan orang lain masuk kedalam dunianya tidaklah begitu buruk. Dia membiarkan Mile masuk adalah keputusan yang benar. Setelah dia dan Mile berpacaran, bnyak hal yang berubah dari Bible. Dia tidak lagi memasang tembok tinggi dan tebalnya bagi orang lain, dia sudah bisa menanggapi obrolan dari teman-temannya. Bible terlihat lebih bersinar dan ceria, lebih bisa untuk didekati. Bible lebih banyak tersenyum. Earphonenya sudah sangat jarang ia pakai. Volume musiknya pun tidak sekeras dulu. Mile share his colorful life and Bible enjoy it. Mile never force his color to Bible, but the latter starting to accept it, he try to let Mile’s color to take a part in his monochrome life. Bible sangat bahagia bersama Mile

--

--