UX Design Process

My Skill
7 min readApr 24, 2023

--

UX Design Series from UI-UX Research and Design Path MySkill.id

Mengenal UX Design Process

UX Design Process adalah proses yang digunakan oleh UX Designer untuk menciptakan produk digital yang fokus pada pengalaman pengguna yang optimal.

UX Design Process meliputi beberapa tahap, di antaranya:

1. Research: Tahap ini adalah awal dari proses UX Design, dimana UX Designer melakukan riset untuk memahami pengguna, pesaing, dan pasar. Beberapa metode yang digunakan dalam tahap ini antara lain interview, survey, dan observasi.

Contoh: Seorang UX Designer ingin merancang sebuah aplikasi mobile untuk membantu orang berolahraga. Dia melakukan interview dengan beberapa orang untuk memahami tantangan apa yang mereka hadapi saat berolahraga dan apa yang mereka harapkan dari sebuah aplikasi fitness.

2. Analysis: Setelah melakukan riset, UX Designer menganalisis data untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh pengguna dan menemukan peluang untuk menciptakan pengalaman yang lebih baik.

Contoh: Berdasarkan hasil interview dan observasi, UX Designer menemukan bahwa banyak orang kesulitan mengorganisir jadwal olahraga mereka dan memantau kemajuan mereka. Ini menjadi fokus utama dari desain aplikasi yang akan dibuat.

3. Design: Pada tahap ini, UX Designer mulai merancang antarmuka pengguna (UI Design) dan mengembangkan wireframe dan mockup. Dia juga melakukan user testing dan memperbaiki desain berdasarkan umpan balik dari pengguna.

Contoh: Berdasarkan analisis dan penelitian, UX Designer mulai merancang antarmuka aplikasi fitness. Dia membuat wireframe untuk menunjukkan layout dan fungsi aplikasi, dan membuat mockup untuk menunjukkan tampilan visual. Kemudian, dia melakukan user testing untuk mengumpulkan umpan balik pengguna dan memperbaiki desain aplikasi.

4. Prototyping: Setelah desain selesai, UX Designer mulai membuat prototipe interaktif. Prototipe ini memungkinkan UX Designer untuk menguji fungsionalitas dan responsivitas aplikasi.

Contoh: UX Designer membuat prototipe aplikasi fitness yang memungkinkan pengguna untuk membuat jadwal olahraga, memilih latihan, dan melacak kemajuan mereka.

5. Evaluation: Pada tahap terakhir, UX Designer melakukan evaluasi pada desain aplikasi dan memastikan bahwa itu memenuhi kebutuhan pengguna. Dia juga melakukan pengukuran kinerja aplikasi dan mengevaluasi apakah aplikasi ini efektif dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Contoh: UX Designer melakukan pengujian aplikasi dengan beberapa pengguna untuk memastikan bahwa mereka dapat dengan mudah membuat jadwal olahraga, memantau kemajuan mereka, dan menggunakan fitur aplikasi lainnya. Dia juga melakukan pengukuran kinerja aplikasi, seperti waktu load dan tingkat interaksi pengguna, untuk memastikan bahwa aplikasi bekerja dengan baik.

Contoh lain dari UX Design Process adalah ketika Airbnb merancang ulang situs web mereka. Mereka mulai dengan riset untuk memahami pengguna mereka dan menemukan bahwa pengguna kesulitan menemukan properti yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Mereka kemudian merancang ulang antarmuka pengguna untuk membuatnya lebih intuitif dan user-friendly. Setelah itu, mereka membuat prototipe dan melakukan user testing, sehingga

UX Design Principles

UX Design Principles adalah panduan umum yang digunakan oleh UX Designer untuk menciptakan produk digital yang fokus pada pengalaman pengguna yang optimal. Prinsip-prinsip ini membantu UX Designer memahami kebutuhan pengguna dan memberikan dasar untuk menciptakan desain yang lebih baik.

Sementara itu, Design Thinking adalah suatu pendekatan kreatif untuk memecahkan masalah yang fokus pada pengguna. Pendekatan ini melibatkan pemahaman yang mendalam terhadap pengguna dan masalah yang dihadapi oleh mereka, kemudian menghasilkan ide-ide kreatif dan menguji solusi yang potensial. Design Thinking dan UX Design Principles sangat berkaitan, karena keduanya memerlukan pemahaman yang mendalam terhadap pengguna dan fokus pada menciptakan pengalaman pengguna yang optimal.

Design Thinking Process. Sumber: UX Hints

Berikut adalah beberapa UX Design Principles dan kaitannya dengan Design Thinking:

1. Understand: Memahami Pengguna

Pada tahap ini, UX Designer perlu memahami kebutuhan dan keinginan pengguna. Beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam tahap ini adalah:

- Empathy: Berempati dengan pengguna dan memahami perspektif mereka.

- User Research: Melakukan riset tentang pengguna dan memahami kebutuhan mereka.

Contoh: Seorang UX Designer ingin merancang sebuah aplikasi mobile untuk membantu orang menemukan tempat makan yang baik. Dia melakukan riset tentang preferensi makanan dan lokasi pengguna, dan juga melakukan observasi untuk memahami bagaimana pengguna memutuskan tempat makan.

2. Create: Menciptakan Solusi

Setelah memahami kebutuhan pengguna, UX Designer mulai menciptakan solusi yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam tahap ini adalah:

- Ideation: Menghasilkan ide-ide kreatif untuk memecahkan masalah pengguna.

- User-Centered Design: Menciptakan desain yang fokus pada pengguna dan memenuhi kebutuhan mereka.

Contoh: Berdasarkan riset dan observasi, UX Designer menciptakan beberapa konsep desain untuk aplikasi pencarian restoran, termasuk fitur pencarian berdasarkan lokasi, kategori makanan, dan harga.

3. Deliver: Menghasilkan Solusi

Setelah menciptakan solusi, UX Designer mulai menghasilkan produk atau prototipe interaktif. Beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam tahap ini adalah:

- Usability: Memastikan produk mudah digunakan oleh pengguna.

- Testing: Menguji produk atau prototipe dengan pengguna untuk memastikan fungsionalitas dan responsivitas.

Contoh: UX Designer menghasilkan prototipe aplikasi pencarian restoran yang memungkinkan pengguna mencari restoran berdasarkan lokasi, kategori makanan, dan harga. Dia melakukan user testing dan memperbaiki desain berdasarkan umpan balik pengguna.

Contoh nyata dari proses UX Design Principles dan Design Thinking adalah ketika Google merancang ulang antarmuka Google Search mereka. Google memulai dengan memahami pengguna mereka dan menemukan bahwa pengguna sering kesulitan menemukan hasil pencarian yang relevan. Kemudian, mereka menghasilkan beberapa ide kreatif untuk memperbaiki antarmuka Google Search, serta menghasilkan prototipe baru dan melakukan user testing untuk memastikan bahwa interface baru itu lebih mudah digunakan. Akhirnya, mereka mengimplementasikan interface baru ini dan menghasilkan produk yang lebih baik untuk pengguna mereka.

Dalam hal ini, beberapa prinsip UX Design Principles yang digunakan oleh Google adalah:

1. Emphasis on Content: Google fokus pada memberikan hasil pencarian yang relevan untuk pengguna dan memastikan konten yang disajikan sesuai dengan kebutuhan pengguna.

2. Consistency: Google menciptakan antarmuka yang konsisten untuk mengurangi kebingungan pengguna.

3. Simple and Intuitive: Google menghasilkan antarmuka yang mudah digunakan dan intuitif bagi pengguna.

Sementara itu, Design Thinking membantu Google untuk memahami kebutuhan pengguna dan memperbaiki antarmuka Google Search mereka. Dalam tahap Understand, mereka memahami kebutuhan pengguna dan masalah yang dihadapi oleh mereka. Dalam tahap Create, mereka menciptakan ide-ide kreatif untuk memperbaiki antarmuka Google Search. Dan dalam tahap Deliver, mereka menghasilkan prototipe dan melakukan user testing untuk memastikan antarmuka baru lebih baik untuk pengguna mereka.

Dalam kesimpulannya, UX Design Principles dan Design Thinking adalah pendekatan yang saling melengkapi untuk menciptakan produk digital yang fokus pada pengalaman pengguna yang optimal. UX Design Principles memberikan panduan umum yang membantu UX Designer memahami kebutuhan pengguna dan menciptakan desain yang lebih baik, sementara Design Thinking membantu dalam memecahkan masalah secara kreatif dan memastikan bahwa produk yang dihasilkan benar-benar memenuhi kebutuhan pengguna.

Berbagai Framework/Kerangka Kerja pada UX Design

Framework dalam UX Design adalah alat bantu yang digunakan untuk membantu UX Designer dalam mengorganisasi ide, merencanakan dan mengarahkan proses desain, dan menciptakan solusi yang lebih baik untuk pengguna. Berikut adalah beberapa framework yang umum digunakan dalam UX Design:

  1. Affinity Mapping: Affinity Mapping adalah teknik pengumpulan data kualitatif yang berguna untuk mengorganisasi ide dan informasi ke dalam kategori yang terkait. Teknik ini biasanya digunakan pada tahap penelitian dan analisis untuk mengorganisasi dan menginterpretasikan data, mengidentifikasi pola, kesamaan, dan perbedaan dari data yang dikumpulkan. Affinity Mapping sangat berguna untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang masalah yang dihadapi oleh pengguna dan menemukan solusi yang tepat.
Contoh Affinity Diagram. Sumber: UXtweak

Contohnya, ketika seorang UX Designer bekerja pada proyek untuk mengembangkan aplikasi pembelajaran online, UX Designer dapat mengumpulkan data kualitatif dari wawancara pengguna dan penelitian online. Setelah itu, UX Designer menggunakan Affinity Mapping untuk mengorganisasi ide dan informasi dari pengguna, menemukan pola umum dalam masalah yang mereka alami saat menggunakan aplikasi pembelajaran online, dan mengidentifikasi solusi untuk memperbaiki pengalaman pengguna.

2. How Might We: How Might We adalah framework yang digunakan untuk memicu ide kreatif dalam proses desain. Framework ini mengajukan pertanyaan untuk memicu imajinasi dan menemukan solusi kreatif untuk masalah yang dihadapi oleh pengguna. How Might We biasanya digunakan pada tahap ideation dalam proses desain.

How Might We. Sumber: EdrawMind

Contohnya, ketika seorang UX Designer bekerja pada proyek untuk mengembangkan aplikasi e-commerce, UX Designer menggunakan How Might We untuk mengajukan pertanyaan seperti “Bagaimana caranya membuat proses pembayaran lebih mudah bagi pengguna?” atau “Bagaimana caranya meningkatkan konversi pada halaman produk?” untuk memicu ide kreatif dan mencari solusi untuk masalah yang dihadapi oleh pengguna.

3. User Journey Mapping: User Journey Mapping adalah framework yang digunakan untuk memvisualisasikan pengalaman pengguna dalam menggunakan produk atau layanan. User Journey Mapping membantu UX Designer memahami bagaimana pengguna berinteraksi dengan produk atau layanan dari awal hingga akhir, serta mengidentifikasi kesempatan untuk meningkatkan pengalaman pengguna.

Customer Journey Map. Sumber: Miro

Contohnya, ketika seorang UX Designer bekerja pada proyek untuk mengembangkan aplikasi booking hotel, UX Designer menggunakan User Journey Mapping untuk memvisualisasikan langkah-langkah yang dilakukan oleh pengguna dalam memesan hotel, seperti mencari hotel yang sesuai, memilih kamar, menyelesaikan pembayaran, dan lain-lain. Dalam prosesnya, UX Designer dapat mengidentifikasi titik-titik kritis di mana pengguna mengalami kesulitan dan menemukan solusi untuk meningkatkan pengalaman pengguna.

4. Design Sprint: Framework Design Sprint adalah metode untuk memecahkan masalah dalam waktu singkat, biasanya dalam waktu lima hari. Framework ini terdiri dari serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh tim multidisiplin, termasuk UX designer, product manager, dan developer. Tujuan dari Design Sprint adalah untuk menciptakan prototipe dan menguji ide dalam waktu yang singkat, sehingga tim dapat mengevaluasi gagasan mereka dengan cepat dan memperbaiki mereka berdasarkan umpan balik dari pengguna.

Google Design Sprint

Contoh penggunaan Design Sprint dalam UX design adalah ketika tim ingin merancang fitur baru untuk aplikasi mobile. Dalam satu minggu, tim designer melakukan serangkaian kegiatan, termasuk interviewing pengguna, melakukan penelitian pasar, dan membuat prototipe. Setelah lima hari, tim menguji prototipe mereka dengan pengguna dan menerima umpan balik. Berdasarkan umpan balik tersebut, tim designer dapat memperbaiki prototipe mereka dan mengembangkan fitur baru yang lebih baik.

Learn More via: https://v2.myskill.id/course/ux-design-process/

--

--