Na
4 min readAug 4, 2023
Image 1 Vegetation on Bikini Atoll

Habitat destruction (Perusakan Lingkungan) adalah suatu kegiatan menghilangkan atau menghancurkan habitat hidup yang menyebabkan makhluk hidup yang ada di lingkungan tersebut sulit atau bahkan tidak bisa bertahan hidup karena perubahan kondisi habitat yang ekstrim. Menurut National Geographic, Habitat destruction didefinisikan sebagai penghilangan atau perubahan kondisi yang diperlukan bagi hewan dan tumbuhan untuk bertahan hidup, tidak hanya berdampak pada spesies individu tetapi juga kesehatan ekosistem global.

Bumi terdiri atas 71% lautan, namun mirisnya sebagian besar wilayah lautan di dunia mengalami perusakan lingkungan hingga menyebabkan hilangnya habitat tinggal bagi biota laut yang ada di wilayah tersebut. Sayangnya kebanyakan kerusakan habitat ini dilakukan oleh manusia, seperti pembuangan polusi/limbah yang beracun dan berbahaya langsung ke laut dan praktik penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan yang menyebabkan terjadinya penangkapan ikan secara berlebihan.

Kegiatan pariwisata yang membawa jutaan pelaut, perenang snorkel, dan penyelam scuba yang bersentuhan langsung dengan ekosistem lahan basah dan terumbu karang yang rapuh juga menyebabkan terjadinya kerusakan habitat laut. Kapal kontainer dan kapal tanker dapat merusak habitat dengan lambung dan jangkarnya. Tumpahan minyak mentah dan zat lainnya membunuh ribuan burung dan ikan serta meninggalkan lingkungan beracun yang dapat bertahan selama bertahun-tahun.

Image 2 Overfishing

Di Indonesia sendiri masih banyak praktik baik dari masyarakat maupun wisatawan yang tanpa disadari menyebabkan kerusakan lingkungan. Salah satunya penangkapan ikan menggunakan bom, dimana karena hal tersebut ikan-ikan yang berada dalam daerah pengeboman dapat langsung mengalami kematian massal serta diikuti dengan kehancuran karang yang menjadi rumah mereka. Namun banyak nelayan yang bersifat tidak mau tahu, karena dalam pikiran mereka hanya mendapatkan hasil yang banyak dan berpikir kalau terumbu karang masih sangat luas. Penggunaan bahan peledak di daerah terumbu karang akan menghancurkan struktur terumbu karang dan meninggalkan gunungan serpihan karang hingga beberapa meter lebarnya (Hamid, 2007).

Contoh lain yang tidak kalah menarik adalah peristiwa yang terjadi di Bikini Atoll yang digunakan sebagai tempat untuk percobaan kekuatan nuklir oleh AS pada saat perang dunia II. Menurut BBC News Indonesia, hingga saat ini masih ada sisa-sisa radiasi akibat ledakan nuklir lebih dari 70 tahun yang lalu di Bikini Atoll. Meski tingkat radiasi yang ada sudah jauh lebih rendah namun hal ini masih menyebabkan masalah kerusakan habitat laut di Pulau Bikini Atoll.

Image 3 Peta lereng yang memperlihatkan struktur pola kawah Baker yang mirip mawar.

“Saat kami memetakan, saya dapat mengetahui tanpa harus melihat ke atas bahwa kami di dekat Saratoga, karena dapat mencium bahan bakar di tempat penyimpanan; baunya sangat tajam dan bahan bakar masih merembes.

“Bahan bakar Nagato — kapal Jepang yang (Laksamana Isoroku) Yamamoto gunakan untuk merencanakan serangan terhadap Pearl Harbour — masih merembes sampai berkilometer.”

Sementara kapal-kapal terus menguraikan diri di air, polusi dapat menimbulkan masalah yang jauh lebih besar, kata Dr Trembanis.

Menurut National Geographic, mungkin yang paling merusak dari semua agen pengubah habitat adalah perubahan iklim. Para ilmuwan masih belum memahami konsekuensi dari karbon dioksida di atmosfer yang berlebihan dan pemanasan bumi yang cepat terhadap ekosistem. Namun, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa lautan menanggung beban terberat dari perubahan ini.

Ketika suhu Bumi meningkat, lautanlah yang menyerap panas ekstra. Bahkan perubahan suhu yang kecil pun dapat berdampak besar pada siklus hidup hewan laut, mulai dari karang hingga paus. Selain itu, suhu yang lebih hangat menyebabkan pencairan es dan gletser yang berlebihan, menaikkan permukaan laut dan membanjiri muara.

Tingginya kadar karbon dioksida di atmosfer, yang terutama disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, diserap oleh lautan, di mana gas tersebut larut menjadi asam karbonat. Keasaman yang tinggi ini menghambat kemampuan hewan laut, termasuk banyak organisme plankton, untuk membuat cangkang, sehingga mengganggu kehidupan di dalam fondasi rantai makanan laut.

Image 4 Cagar Laut Kepulauan Galapogos

Sudah banyak sekali upaya yang dilakukan untuk melindungi habitat laut termasuk penciptaan cagar laut raksasa di mana pembangunan dibatasi dan penangkapan ikan dilarang. Hukum yang melarang pembuangan limbah dan bahan kimia ke laut dan kebijakan yang mendorong pengelolaan lahan basah yang lebih baik memiliki efek positif. Namun, sayangnya masih banyak yang menyepelekan hal-hal seperti ini sehingga para ilmuwan sepakat bahwa tindakan drastis sangat diperlukan untuk dilakukan oleh manusia untuk mencegah krisis laut yang disebabkan oleh perubahan iklim.