Dandelion di tepian kota. — Poem, Purwokerto 2024.
Kepalamu padang ilalang, kaku penuh gulma
Bening matamu sungai Futaleuf
Inti tubuhmu putih jeruji kapas
Lembut yang menang dari keras hiruk pikuk dunia
Gemuruh angin tiada lagi arti
Bertahan hidup sampai sudut sore yang sepi
Lalu, andaikata waktunya tiba
Pantulan jingga seperti garis lurus
Lembayung serahkan kara untuk jalannya
Dandelion di tepian kota
Bilamana takdirnya telah tiba
Hembusan angin terbangkan tiap helai nafas
Menari nari pada kesunyian petang
Sedang aku langit malam
Yang mendekap sisa ragamu yang buyar