Prof. Quraish Shihab: Batasi Pembicaraan, Pentingnya Membaca dan Keterbukaan, Anak Muda.

Nadhlif Pelu
3 min readJan 20, 2024

--

Endgame #112: Prof. Quraish Shihab

Beberapa poin menarik dari diskusi antara Gita Wirjawan dan Prof. Quraish Shihab di YouTube:

Membatasi Pembicaraan

Sekian banyak kata-kata ahli hikmah yang mengatakan begini, misalnya “jangan berbicara menyangkut apa yang kamu tidak ketahui, jangan semua yang kamu ketahui kamu bicarakan. Jika ada orang lain yang bisa berbicara, diamlah. Karena kalau dia benar dan kamu hadir di situ, kamu akan dinilai setuju pendapatnya. Tapi kalau dia salah, kesalahannya hanya tertuju pada dia, kamu tidak salah” Jadi, batasi pembicaraan. Kita di media sosial ini, segalanya diungkap. Al-Qur’an sudah mewanti-wanti sejak semula supaya membatasi diri daripada pembicaraan. Ada ilustrasi, anggota tubuh manusia ini, setiap hari berkata kepada lidah “lidah, tolong jangan banyak bicara. Karena kalau kamu salah, yang kena getahnya kami (seluruh tubuh)”.

Pentingnya Membaca

Banyak membaca, kalau anda banyak membaca, anda bisa mendapatkan pengetahuan dan meraih pengalaman orang lain. Kalau anda banyak membaca, anda akan mengetahui bahwa pengetahuan itu bermanfaat dan harus digunakan pada tempatnya. Itu sebabnya dikatakan, sangat mengherankan bahwa wahyu pertama yang diterima oleh Nabi (Muhammad SAW) itu adalah “bacalah!” (Iqro’). Aneh, bahwa perintah itu ditujukan kepada ia yang tidak pandai membaca, perintah itu ditujukan kepada masyarakat yang tidak tahu baca tulis. Tapi kenapa Iqro’ (bacalah!)? Karena itulah kunci meraih peradaban. Itulah kunci untuk meraih kemajuan dalam segala bidang, dan membaca di ayat itu, dia tidak tentukan objek bacaan. Baca apa saja, syaratnya hanya satu, demi karena Allah.

Pentingnya Keterbukaan

Nabi bersabda “hikmah itu milik orang Muslim, dari mana pun dia temukan, dia lebih wajar memilikinya”, sehingga kalau ada sesuatu yang dilakukan orang lain walaupun non-muslim tapi itu baik, kita terima. Keterbukaan itu perlu.

Ilmu Milik Tuhan

Ilmu milik Tuhan, Dia bagikan kepada orang-orang yang memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh. Mau mengembalikan kejayaan Islam, hanya dapat kembali melalui pengetahuan dan pengetahuan tidak dapat diperoleh kecuali dengan banyak membaca serta dengan membersihkan hati. Sekian banyak penemuan-penemuan yang sangat berpengaruh hingga kini, itu sebenarnya karena kebetulan. Dalam surat Iqro’, Tuhan menjelaskan bahwa Tuhan mengajar melalui pena, melalui bacaan, dan mengajar tanpa alat. Mengajar tanpa alat itu boleh jadi intuisi, ilham, wahyu, itu tidak ada keterlibatan manusia di situ. Penemuan daya tarik bumi, itu kebetulan. Penemuan berat jenis sesuatu, itu kebetulan. Itu bisa terjadi karena ada hubungan dengan Tuhan.

Ilmu Pengetahuan

Dia memberi manusia ilham, Dia memberi manusia kemampuan inspirasi sehingga dia (manusia) dapat menemukan hal-hal yang luar biasa itu. Di sini lah kita lihat perbedaan antara pandangan Islam dan pandangan sekuler. Pandangan sekuler berkata bahwa ilmu pengetahuan diperoleh melalui cara-cara tertentu; pengamatan, eksperimen, dan sebagainya. Selain dari itu tidak. Kita (Islam) berkata, ada, selain dari itu. Yaitu pencerahan batin.

Pemimpin

Ada ungkapan, yang mana lebih baik, demokrasi yang menghasilkan pimpinan yang tidak wajar atau sikap diktator, otoriter, yang melahirkan kebijakan dan keadilan?.

Anak Muda

Zaman Nabi itu anak muda, bukan orang tua. Nabi berkata “saya didukung oleh anak muda, bukan oleh orang tua”. Anak-anak muda umur 18, 20, 23 tahun. Semangatnya ada, kekuatannya ada, dan pengetahuannya ada. Betapapun baiknya seseorang, bijaksananya dia, tapi kalau terlalu lama duduk, bosan juga duduk itu.

--

--