A Lesson from Pantai Kilo

We’ve should listened to our supervisor

nadirasusilo
6 min readSep 5, 2015

I haven’t slept for 24 hours. I was doing my night shift. Pasien saat itu gak banyak, jadi sebenernya bisa aja kalau dipakai istirahat, tidur buat re-charge energy. Tapi gue gak bisa tidur. Tengah malam someone texted me from whatsapp. The annoying one, let’s call him si Mr. Oknum AB.

“Cuy, besok kita ke Kilo” he said

“Gue abis jaga, ngantuk ah!”

“Dih, siapa yang ngajak lo?gue belum selesai ngomong. Besok gue sama yang lain mau ke Kilo. Berempat aja, tapi lo ikut jemput gue ke puskesmas. Kan, lo janji mau bantuin beresin kebun. Lo beresin kebun, kita ke Kilo deh”

“@$*#?!” Typical!

Setelah ber-whatsapp panjang lebar, gue memutuskan untuk ikutan aja deh ke Kilo daripada di kontrakan ga ngapa-ngapain. Lumayan, abis jaga (meskipun belum tidur) dapet angin pantai, liat laut, mungkin kalau nekat sih snorkeling juga. Gue pergi bersama oknum AB, oknum AS, oknum SD, dan oknum TS.

Pantai Kilo sebenernya termasuk daerah dengan populasi malaria yang cukup tinggi di Dompu. Tapi yah gimana atuh, bismillah aja. Kita butuh ngelihat pantai.I was saying kalau gue nekat untuk snorkeling. Iya karena gue baru operasi di kaki dan jari manis kanan gue. Operasi kecil sih, but still, jaitannya belum kering.

Dokter pembimbing kita sering mengingatkan, kalau mau jalan-jalan di Dompu ada baiknya buat mengajak orang lokal. Bukan buat mengganggu privacy kita (sok artis bener) tapi buat keamanan sebenernya. Then again, dasar orang-orang gila, kita tetep pergi dan saat itu kita cuma berlima. Lima orang dokter internship.

Setelah sarapan, kami pun berangkat menuju Kilo. Jalanan belum diaspal dengan rapi, terus juga melewati jalanan cukup jurang. Kalau hujan, terus licin, lumayan sih disebelah kanan kita jurang gitu. Hihi.

Kilo adalah salah satu kecamatan di Dompu. Kilo merupakan pintu gerbang menuju Gunung Tambora di jalur utara kabupaten Bima. Dari Kilo, kita bisa melihat Gunung Tambora dari sisi yang berbeda. Untuk menuju Kilo diperlukan waktu sekitar 2 jam dari Dompu. Kilo memiliki pantai dengan pasir yang putih dan air laut yang… aku speechless!

Pemandangan inilah yang pertama kali menyapa kami saat memasuki wilayah Kilo.
Oknum AB as a Bocah Petualang

Semua pantai di Kilo pokoknya dinamain Pantai Kilo. Gak ada nama khusus di tiap tempatnya. Menurut gue, pantai Kilo ini terbilang unik. Pantai Kilo punya gradasi warna laut yang unik. Ada yang biru, ada yang hijau. Pasirnya juga ada yang putih ada yang kecoklatan. Tapi kesimpulannya walaupun berbeda mereka tetap aja indah dan karena keunikannya ini lah yang membuat kita berhenti di beberapa tempat buat sekedar foto-foto dan menikmati pemandangan sebelum kami berhenti untuk snorkeling.

Bocah Petualang part 2. Pantai Kilo yang ini terlihat kayak rawa ga sih? Tetapi ini merupakan salah satu keunikan dari pantai Kilo.

Good. Disaat jaitan di kaki dan jari manis gue belum kering, gue beneran snorkeling aja gitu. Sedangkan air laut itu jelas bukan hal yang friendly yah untuk membantu penyembuhan luka. Saat itu sih gue gak peduli. Keindahan bawah laut Kilo saat itu bikin gue lupa sejenak sama luka (hati?) operasi. Ikan-ikan di laut seolah-olah ngajak lo main. Bintang laut juga say hello ke kita. Banyak banget bintang laut disini. Sayangnya, saat itu kita gak ada yang punya kamera underwater untuk mengambil gambar bawah laut. Maklumin aja yah, lulusan baru, merantau, gajinya turun 3 bulan sekali. Hiks!. Di pantai Kilo kita harus sedikit hati-hati karena di sini cukup banyak bulu babi yang suka nyelip diantara terumbu karang dan rumput laut. Gue alhamdulillah gak pernah ketusuk bulu babi, jadi gue cuma bisa ngebayangin bakal sakit. Mungkin lo mau coba biar bisa ceritain ke gue gimana rasanya?

Bulu babi di pinggir pantai

The story begins...

Entah mengapa, saat itu salah satu diantara kita parkir mobil di daerah yang banyak pasir nya. Entah mengapa, salah satu diantara kita nyimpen kunci mobil saat itu kurang hati-hati. Entah mengapa, gue nekat snorkeling.Entah kenapa temen gue tiba-tiba mens dan ga ada yang bawa pembalut. So things happened:

1. Saat gue selesai ganti baju di mobil (soalnya di Kilo ga ada kamar mandi juga buat lo bebersih pake shower) I was looking for my mobile phone and then I realized, MY PHONE WAS GONE!! But I was still looking for it while my friend tried to call my phone.

2. Saat gue mulai pasrah karena HP gue ga bisa dihubungi, oknum TS mulai nyalain mobil untuk siap-siap pulang. Dikarenakan mobil diparkir di tempat yang banyak pasirnya….gak bisa mundur lah mobilnya. It stucked!

3. We trapped at the beach kurang lebih 1–1,5 jam. Di saat temen-temen gue yang lain berusaha mengeluarkan mobil dari pasir, si oknum AB bilang “Dir, cari ranting pohon, mau gelap nih. Kalau kita ga bisa keluar dari sini sampe gelap, setidaknya ada api unggun.” I was like “are you kidding??”. Tapi yah akhirnya gue tetep cari ranting-ranting pohon atau sesuatu yang bisa dibakar. Dengan pasir-pasir yang masuk ke sendal gue dan kena luka operasi gue. Gue liat sih luka operasi gue jadi makin merah dan perbannya juga mulai copot. Makin radang. That was hurt.

4. Sangat disayangkan, kita ga punya bensin atau sesuatu yang memicu api. Beside, ranting-ranting itu ternyata lembab. Useless

5. Oknum TS mulai cari pertolongan. Luckily, kita ketemu ambulans puskesmas Kilo. Setelah kita menceritakan kalau mobil kita terjebak di pasir, beberapa crew dari puskesmas Kilo pun menolong kita. Mobil ambulans puskesmas Kilo cukup besar untuk menarik mobil kita dengan tali tambang. Singkat cerita, mobil kita pun bisa keluar dari jebakan pasir ini dan hari sudah mulai malam.

6. Sebagai bentuk terimakasih, kita ingin ngasih uang untuk crew puskesmas yang ada. Ada yang aneh, di saat kita semua ngecek uang di dompet masing-masing, jumlah uang kami berkurang. Sebagai contoh, gue. Gue gak pernah bawa uang cash banyak, saat itu I clearly remembered, gue bawa uang RP. 80.000. Tapi, pas gue cek, lah kenapa jadi tinggal RP.50.000. Begitu juga dengan teman gue yang lainnya.

Setelah melewati drama ini, kita pun akhirnya pulang ke Dompu. Sebelumnya mampir dulu ke rumah sakit untuk ganti perban gue dan minta antibiotik buat “nge-bom” sekaligus yaa laporan ke pembimbing apa yang terjadi. Kita kehilangan satu handphone dan uang kurang lebih RP 1.000.000.

PELAJARAN YANG DI DAPAT ANTARA LAIN:

1. Listen to your supervisor! Ajak orang lokal. Crucial! Selain untuk membantu lo juga karena rata-rata di sini susah yang lancar bahasa Indonesia, yaa setidaknya emang lebih aman aja karena ada orang setempat. Minimal buat jagain barang lo.

2. Jangan berenang di laut saat luka operasi anda belum sembuh sempurna. Trust me, it hurts!

3. Jangan parkir mobil dipasir.

4. Jangan ceroboh! Jangan ceroboh naro kunci mobil, jangan ceroboh naro dompet. Pokonya jangan ceroboh naro barang pribadi. Juga jangan ceroboh untuk tidak memperhatikan pasangan kalau gak mau kehilangan pasangan juga (apeeeee!)

5. Bawa bensin atau sesuatu buat memicu api biar bisa bikin api unggun. Just in case, kejadian yang kita alami juga terjadi di lo. Tapi gue harap sih enggak yah

6. Gak usah kesini!! Kalau lo mau piknik-piknik lucu di sini, terus lo lupa bersihin bekas makanan dan minuman lo yang ujung-ujungnya cuma jadi sampah doang. Terus dibuang kelaut gitu. Ih!Pantai Kilo memang belum dikelola sebagai tempat pariwisata yang proper, meskipun demikian gak ada salahnya kan kalau kita bantu menjaga kebersihan pantai Kilo.

7. Perhatikan siklus haid anda. Siap-siap bawa pembalut. Yah gue gak perlu menjelaskan lah yaa rasa gak nyamannya temen gue saat itu yang abis basah-basahan di air laut terus ternyata si tamu bulanan muncul.

Foto ini judulnya “merenung”. Saat itu statsu gue adalah anak rantau, seorang anak rantau yang sedang mikir/bengong/merenung akibat kemalingan yang menyebabkan hilangnya handphone dan uang teman-temannya. Tetapi yang penting sih, kita semua saat itu gak kenapa-kenapa. Semoga TuhanYang Maha Kuasa mengampuni dosa si maling serta membukakan mata hati nyabawha mencuri itu tidak baik. Aamiin!

--

--

nadirasusilo

a leo. medical doctor. disney lover. a day dreamer. let’s get lost!