KANTIN

© alwaysnaff_
3 min readNov 24, 2022

--

Cacing-cacing dalam perut Ais mulai memberontak, mengakibatkannya berjalan dengan sedikit cepat menuju ke kantin kampus. Ia meninggalkan ketiga temannya yang sedari tadi ogah-ogahan untuk diajaknya ke kantin.

Sampai di kantin, Ais mengantri untuk memesan sepiring gado-gado yang sudah terbayang-bayang dalam pikirannya sedari tadi.

Tapi, lain halnya gado-gado bayangannya yang ia dapatkan siang ini, melainkan perasaan gado-gado.

Sebuah tangan kekar tiba-tiba merangkul bahu Ais, mendorong tubuhnya untuk mendekat ke tubuh sang puan tangan kekar.

Diam. Ais terdiam sejenak lalu sekilas melihat ke arah tangan kekar yang merangkul bahunya. Memastikan apakah itu tangan salah satu dari temannya? Ternyata tidak.

"Oh iya, buat kejadian kemarin, gue emang sengaja nggak ngelawan lo dan ngelepasin lo waktu ketiga bodyguard lo dateng, lo tau kenapa? Ya, karena yang gue butuhin udah dipenuhi sama temen cewek lo yang denger-denger di dm bilang kalau lo penyelamatnya waktu kejadian di lapangan? Haha bullshit!"

"Seharusnya lo nggak usah percaya! Entah lo bodoh atau terlalu polos jadi cewek tapi yang terpenting gue mau lo buat semalam, berapa?" Lanjut bisik sang puan tangan kekar.

Ais mengepalkan kedua tangan, berusaha mengontrol emosinya. Ia berusaha menatap netra laki-laki lancang yang memeluknya, terkunci penuh dengan tatapan emosi, "Bangsat."

Satu kata yang keluar dari mulut Ais itu berhasil membuat orang-orang disekitar menoleh ke arahnya dan Kevin.

Kevin tersenyum licik memandangi wajah Ais, sampai dimana pandangannya terkunci penuh di bibir Ais yang imut kecil tapi cukup berisi. Perlahan wajahnya turun, untuk menyatukan bibirnya dengan bibir milik Ais.

BRAK!!!

Tubuh Kevin terdorong keras memisah dengan tubuh Ais, membuatnya menabrak sebuah meja kantin. Kevin murka, wajahnya memerah, matanya mencari tau sosok yang telah menghalangi keinginannya itu. Alen, dia dalang dibalik kejadian dorong mendorong ini.

"BANGSAT!" Umpat Damar.

Kevin pun bangkit, kembali berdiri dengan tegap menatap Alen dan Damar secara bergantian, "tenang bro, kenapa sih kenapa?" Ucapnya.

Damar mulai menaikkan nada bicara, "Lo! Lo mau ngapain Ais, Cok!"

Kevin mengedikkan bahunya, "gue gak ngapa-ngapain Ais, gue cuma mau cicipin bibirnya doang, emang salah ya?"

Satu kepalan tangan Alen mendarat kuat tepat dipipi kanan Kevin, membuat yang mempunyai pipi terjatuh kembali ke lantai.

"COK! APA APAAN SIH KALIAN!"

"EMANG KALIAN SIAPANYA AIS? PACAR BUKAN! SOK NGATUR KEHIDUPAN AIS! TERSERAH GUE MAU NGAPAIN AIS! KALIAN GAK BERHAK BUAT GINIIN GUE, COK!" lanjut ucapan Kevin dengan menatap penuh ke arah Alen dan Damar.

"Emang lo siapanya Ais?" tanya balik Alen.

"Lo gak berhak nyentuh Ais! Lo cuman cowok gila yang tergila-gila sama Ais! Dimana perasaan lo gak akan pernah dibales sama Ais! Bahkan lo ngehalalin semua cara biar bisa dapetin Ais?" Ucap Alen dengan tenang, lalu ia duduk jongkok tepat depan Kevin dengan tatapan remeh, "Jijik."

"Kalian cewek-cewek yang ada disini, gue ingetin ya! Jangan mudah terperangkap sama si brengsek satu ini," ucap Damar dengan menunjuk-nunjukan jari telunjuknya ke arah Kevin.

"Kalau kalian udah terperangkap terus gak punya temen yang bisa ngebela kalian kayak gini, bisa mampus nangis kalian semua! Udah banyak cewek kampus ini yang ngadu ke gue tentang perbuatan brengsek satu ini! Gue udah muak dan sekarang dia gangguin temen gue! Dia paling mikir kalau bisa dapetin Ais bisa lebih famous lagi! Lebih keren hebat di mata anak-anak kampus! Secara, siapa di kampus ini yang gak kenal Aisyah anak fakultas hukum? Pasti kenal semua, sampe rektorat kampus ini aja kenal!"

Disaat Damar mulai mengoceh tentang hal yang dianggapnya peringatan. Disisi lain, Ais mulai tidak bisa mengendalikan diri di pelukan Juna. Beberapa tatapan dan ucapan tidak enak masuk kedalam indera pendengarannya. Pun, beberapa menit kemudian Ais pingsan.

Juna langsung membopong tubuh Ais, "Ais pingsan!" teriak pelan Juna -untuk memberitahu Alen dan Damar- khawatir, lalu berjalan cepat menuju ke arah ruang kesehatan kampus.

Mendengar teriakkan Juna, Alen dan Damar sigap menoleh ke arah posisi kedua temannya berada. Damar menghentikan ocehannya lalu berjalan cepat menyusul langkah Juna.

"Awas lo kalau berani deketin Ais lagi!" ucap pelan -yang bisa dibilang peringatan- dari Alen ke Kevin. Bahkan, sebelum berlari menyusul temannya, Alen memberikan tunjuk jari tengahnya ke arah Kevin.

“WEBO”

--

--