DERANA

riiezariie
9 min readMar 14, 2022

tw // major character death / mentioning self harm /crimes / mentioning suicide / hurt comfort / mentioning blood / mentioning gun / mentioning overdose / percobaan bunuh diri /

kim junkyu, nama yang bagus untuk orang tercela seperti dirinya. dua puluh satu tahun hidupnya tak pernah sekalipun dirinya merasa bahagia akan nasibnya. sangat buruk, anggap saja dirinya adalah orang paling sial di dunia ini, terkadang ia mengutuk tuhan atas hidupnya yang tidak kunjung menemukan titik kebahagiaan. entah lah mungkin tuhan memang tidak ada, sudah ribuan kali dirinya beribadah dan berdoa pada tuhan, apakah hidupnya membaik? persetan, bahkan lebih buruk dari sebelumnya.

junkyu hidup dengan mewah, kedua orang tuanya bercerai saat usianya menginjak sembilan tahun. ayahnya adalah seorang pengusaha yang keras dalam mendidik, tak jarang dirinya terluka akibat ulah ayahnya, pernah saat berumur sebelas tahun dengan sengaja sang ayah menjorokan wajahnya pada cermin sampai pecah hingga membutuhkan setidaknya tiga jahitan pada dahinya. sedangkan ibunya adalah seorang business woman yang sangat sibuk, jangan kan menanyakan kabar, pulang saja mungkin hanya setahun sekali, bahasa kasarnya sang ibu hanya setor wajah dirumah, kemudian pergi lagi entah kemana.

junkyu tidak merasakan apapun saat kedua orang tuanya bercerai, sedih, marah, kecewa, dirinya tidak bisa merasakan itu semua. akhir dari persidangan hak asuhnya jatuh pada ayahnya. hari-hari yang ia jalani seperti neraka, tak jarang dirinya mendapatkan luka baru dalam waktu singkat. ayahnya akan melampiaskan semua kekesalannya pada kim junkyu, entah dalam bentuk makian atau kekerasan fisik setiap harinya. entah sudah berapa kali dirinya keluar masuk rumah sakit hanya karena ayahnya.

puncaknya saat usianya menginjak usia delapan belas tahun, saat itu dirinya kepergok merokok oleh sang ayah, dan pada saat itu juga dirinya hampir mati. wajahnya babak belur, tangan kakinya penuh dengan lecutan rotan, dan tulang rusuknya patah, para pelayan yang melihat dirinya sudah terkapar tidak sadarkan diri langsung membawanya kerumah sakit.

sepertinya para dokter dan perawat sudah sangat hapal dengan kim junkyu, beberapa perawat bahkan dekat dan mengobrol dengan pria itu ketidak visit atau mengganti infus dan sebagainya. jika ditanya apakah para pelayan tidak ingin melaporkan kekerasan yang terjadi pada junkyu, jawabannya adalah sangat ingin, namun mereka hanya pelayan biasa yang masih sayang nyawa dan pekerjaan.

apakah junkyu pernah mencoba untuk mengakhiri hidupnya sendiri? sering, entah sudah berapa kali dirinya mencoba menghabisi nyawa sendiri, dirinya susah lelah. mengiris tangannya sendiri dengan pisau, meminum obat hingga overdosis, mencekik dirinya sendiri, bahkan gantung diri. tidak ada yang berhasil, seperti tuhan masih ingin melihat dirinya menderita di dunia ini.

“ hahh..” hembusan nafas itu terdengar sangat berat, seperti memikul ribuan ton beban di bahunya.

“ kau baik?” pria muda menghampiri dirinya, kemudian duduk disebelahnya tanpa permisi. junkyu diam tak menjawab apapun, ia tak punya kewajiban untuk selalu membalas pertanyaan orang asing bukan.

“ ah maaf, bolehkan aku duduk disini.” junkyu mengangguk tanpa suara, menghabiskan satu kaleng minuman bersodanya.

“ tatapan mu sangat kosong.. seperti tidak ada cahaya apapun di dalamnya. perkenalkan aku watanabe haruto, usia dua puluh tahun.” yang bernama haruto memperkenalkan dirinya sembari tersenyum sangat ramah.

junkyu melirik sedikit pria yang lebih muda darinya tersebut, membuka kaleng soda ketiganya malam itu.

“ junkyu,” jawabnya singkat

“ salam kenal junkyu, apa kau sedang dalam masalah?” haruto kembali bertanya pada junkyu. junkyu hanya mengangkat bahunya, enggan menjawab pertanyaan yang dilontarkan haruto.

“ ah apa kau sehabis mengkonsumsi alkohol? apa kau mabuk?” junkyu memiringkan wajahnya, menatap haruto dengan jengkel, apa urusannya pemuda ini. banyak tanya dan berisik.

“ bisakah kau diam? bukan urusan mu.” junkyu menegak sodanya.

“ maaf, hanya saja dirimu tampak seperti orang depresi. aku hanya takut kau tiba-tiba bunuh diri habis dari sini,” jelas haruto

“ aku sudah tidak ada minat dengan bunuh diri, puluhan kali ku sayat pergelangan tangan ku, menggantung diri ku sendiri, meminum banyak jenis obat dengan dosis sangat tinggi. sekarang aku masih hidup, seperti tuhan sangat ingin melihat ku menderita,” ungkap junkyu

haruto mengangguk paham, membuka susu kotak yang dibelinya lalu meminumnya dengan tenang. menatap pemandangan sungai di depannya, sambil menyedot susunya dengan sangat cepat.

“ apa kau sering kesini?” tanya haruto memecah keheningan diantara mereka.

“ ya lumayan,” jawab junkyu singkat, menghabiskan sodanya dengan sekali teguk kemudian meremukan kaleng soda tersebut.

“ aku pamit duluan, sampai jumpa junkyu.” haruto bangkit, lalu pergi meninggalkan kim junkyu sendiri di depan sungai malam itu.

esoknya junkyu kembali bertemu haruto di tempat yang sama, pria duapuluh tahun tersebut membawa enam kaleng soda sambil tersenyum hangat. menjatuhkan pantatnya tepat disebelah junkyu.

“ kita bertemu lagi, kali ini ayo minum bersama.” haruto memberikan satu kaleng soda pada junkyu.

junkyu terima soda tersebut, membukanya terlebih dahulu sebelum mengetuk kaleng sodanya dengan milik haruto, kemudian menegak minuman berbuih tersebut dengan rakus. haruto tertawa pelan saat junkyu dengan semangat meminum sodanya.

“ junkyu, maaf.” haruto sadar dengan luka pada pelipis junkyu, menyentuhnya pelan dan mendapatkan ringisan dari pemilik luka.

“ sebentar aku punya plester luka.” haruto merogoh isi kantung jaketnya, menemukan satu plester luka kemudian menempelkan dengan telaten pada pelipis junkyu.

“ terima kasih..” haruto mengangguk, membuka topik obrolan ringan diantara keduanya, hingga akhirnya mereka berdua merasa cocok satu sama lain.

malam itu mereka habiskan dengan berbincang, mereka juga bertukar nomor ponsel agar bisa menghubungi satu sama lain. untuk malam itu akhirnya junkyu merasakan yang namanya tertawa lepas, bercerita bebas tentang hal kesukaannya, dan untuk pertama kalinya dalam duapuluh satu tahun hidupnya, junkyu merasa hidup, bisa tetawa, bercerita, dan mengekspresikan dirinya dengan bebas dan lepas.

tak terasa dua jam mereka habiskan untuk mengobrol, kalengan soda yang haruto bawa juga sudah habis, menyisakan kaleng kosong. meski begitu keduanya masih bercerita, sesekali junkyu bercerita mengenai dirinya yang keluar masuk rumah sakit, dan sebagainya. junkyu tidak sebodoh itu sampai menceritakan mengenai keluarganya yang hancur atau dirinya yang hancur. junkyu hanya bercerita mengenai masa smanya, masa dirinya sedang berada dipuncak pubertasnya.

“ hahaha.. glad to know you, i need to go. nanti aku chat ya, see ya junkyu.” haruto bangkit, meninggalkan junkyu sendiri di depan sungai tersebut.

malam itu akan selalu junkyu ingat, tak disangka haruto yang merupakan orang baru berhasil membuat dirinya merasa sebahagia ini dalam waktu satu malam. apakah tuhan mulai mendengar doanya? jika iya junkyu mohon biarkan dirinya sebahagia ini dalam sisa hidupnya.

singkat cerita, sudah dua bulan mereka kenal dan dekat. dalam waktu dua bulan itu junkyu merasa sangat hidup, meski kekerasan yang ia dapat dari sang ayah tidak berkurang, junkyu dengan senang hati akan menghampiri haruto hanya untuk mengobati setiap luka yang ia dapat. haruto berhasil mengubah cara pandangnya terhadap tuhan, beberapa kali si watanabe mengajaknya untuk ke gereja beribadah bersama, dan berdoa bersama.

“ mau ke taman saat weekend? sabtu malam mungkin?” tanya haruto

keduanya sekarang tengah berada di restoran pinggiran, menikmati sup hangat berdua merupakan ide haruto malam itu.

“ hm, boleh.” junkyu menyeruput sup hangatnya.

“ aku jemput atau-” ucapannya terpotong saat itu juga

“ tidak, aku bisa kesana sendiri.” junkyu memotong ucapan haruto.

haruto mengangguk paham, membuka topik lain. membawa keduanya hanyut kedalam obrolan tak berujung, layaknya kawan lama mereka berdua benar-benar mengobrol hingga lupa waktu, saat pukul menunjukan jam satu tengah malam barulah keduanya sadar akan waktu dan menghentikan percakapan mereka.

“ aku tidak ingin pulang..” junkyu menghembuskan nafasnya berat, tentu dirinya tidak ingin kembali ke rumah yang bisa disebut neraka tersebut.

“ mau menginap di tempat ku?” tawar haruto sembari terkekeh, gemas dengan tingkah pria yang lebih tua di hadapannya.

“ boleh?” haruto mengangguk, tentu saja boleh.

“ baiklah aku akan menginap dirumah mu hari ini.” junkyu bangkit, menjulurkan tangannya dan diterima dengan baik oleh haruto. keduanya berjalan pergi menjauh dari restoran dengan tangan yang saling bertautan.

“ malam ini cukup dingin..” haruto memasukan tangan yang lebih kecil kedalam saku mantelnya, membuat tangan junkyu jauh lebih hangat dari sebelumnya.

“ hm.” junkyu sedikit tersipu, tungkainya berhenti berjalan, cukup membuat haruto bertanya-tanya.

“ ada apa?”

junkyu mengambil nafas banyak-banyak kemudian menghembuskannya pelan seperti mempersiapkan sesuatu untuk dikatakan pada haruto.

“ aku menyukai mu,” ucap junkyu cepat

senyuman terbit dari wajah tampan si surai legam, ia tarik junkyu kedalam dekapannya. mendekap tubuh ringkih tersebut erat, seperti takut kehilangan raga pria di hadapannya.

“ aku juga menyukai mu.” balasan haruto cukup membuat junkyu tersenyum di balik dekapan yang lebih tinggi, ia balas pelukan haruto erat.

hari itu mereka resmi berpacaran, junkyu menandai hari tersebut sebagai hari terbahagianya, tuhan akhirnya membiarkan dirinya bahagia, mungkin besok junkyu akan berterima kasih banyak-banyak pada tuhan karena sudah mempertemukannya dengan sosok watanabe haruto.

senin , hari yang konon paling dibenci orang-orang kini berubah menjadi hari yang sangat junkyu nanti kan. setelah bertukar pesan satu sama lain kemarin malam, finalnya haruto mengajak junkyu untuk berkencan hari senin. sebenarnya hanya kencan biasa, makan es krim di pinggir danau sambil berbincang-bincang mengenai hari-hari mereka, tidak ada yang spesial tapi sangat berarti buat manusia seperti dirinya.

“ aku sudah di depan,” ucap haruto di balik telfon.

janji keduanya adalah bertemu di depan gapura- pintu masuk danau pada pukul satu siang. sayangnya junkyu harus terlambat datang karena sang ayah yang tiba-tiba sudah di rumah malah memaki dan menampar pipi junkyu tanpa alasan yang jelas. karena tidak ingin membuat kekasihnya khawatir junkyu terpaksa mengompres pipinya dengan es terlebih dahulu, ia menduga haruto akan sangat panik dan heboh jika junkyu datang dengan keadaan pipi memerah bengkak.

“ maaf aku terlambat.” dengan nafas terengah junkyu menghampiri haruto. si surai legam mengangguk tidak masalah.

“ hei.” haruto tangkup kedua pipi junkyu, membuat sang empu meringis pelan.

haruto jauhkan tangannya dari pipi junkyu, meski samar haruto bisa melihat bekas tamparan di sana; ibu jari bergerak mengusap pelan pipi bulat bak mochi tersebut, kecupan di pipi junkyu dapatkan setelahnya.

“ aku tidak apa, sudah dikompres oleh bibi,” ucap junkyu sembari tersenyum tipis.

haruto mengangguk paham, ia ambil tangan junkyu untuk di tautkan dengan tangannya. keduanya berjalan mengitari danau menuju tempat es krim yang biasa haruto kunjungi, perbincangan ringan di antara mereka terjadi. haruto menceritakan kejadian hari ini kepada junkyu, dari mulai dirinya yang dimarahi atasan sampai menu makan siang haruto ceritakan.

“ kamu mau rasa apa?” tanya haruto di depan truck es krim, netranya menangkap banyak rasa dari papan menu tepat di bawah meja pesanan.

“ aku coklat.”

haruto pesankan dua es krim coklat untuk dirinya dan untuk junkyu, dengan uang pas haruto bayar es krimnya kemudian ia ambil dua cup es krim tersebut. dengan senang junkyu terima satu cup es krim dari haruto, ia makan se sendok es krim dengan khidmat.

“ junkyu maafkan aku, bisakah kencan taman kita dimajukan, aku baru ingat weekend aku akan berada di negara lain untuk bertugas.” junkyu mengangguk setuju, ya dirinya jelas tidak keberatan. meski tidak rela ditinggal untuk bertugas secara dadakan seperti itu.

“ besok ya, aku akan memberikan sesuatu yang spesial untuk mu.” haruto usap surai coklat junkyu dengan lembut.

“ baiklah, aku tunggu sesuatu yang spesial itu.” kekehan kecil keluar dari mulut haruto. junkyu terlalu menggemaskan menurut dirinya.

sesuai dengan janji hari ini mereka akan berkencan di taman. sebelum menemui haruto, junkyu memutuskan untuk ke gereja terlebih dahulu. kim junkyu senantiasa berdoa kepada tuhan akhir-akhirin, selain berucap syukur atau ber terima kasih, dirinya mulai kembali memohon dan berharap pada tuhan atas dirinya sendiri.

ia tutup doanya saat semua yang ingin ia sampaikan pada tuhan tersampaikan, junkyu lihat alroji yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah pukul sebelas dirinya harus pergi sekarang. setelah berpamitan pada tuhan dirinya beranjak pergi menuju taman yang sudah haruto bicarakan sebelumnya.

ia berdiri menunggu haruto di depan pohon sakura sembari memeriksa ponselnya. ia lihat pesan terakhir yang haruto kirimkan.

“ aku sudah jalan.”

pesan itu sekitar dua puluh menit yang lalu, junkyu hembuskan nafasnya pelan. jarang sekali haruto terlambat, mungkin kekasihnya terjebak kemacetan, hanya itu yang junkyu pikiran. selagi menunggu haruto tatapan junkyu mengedar melihat keadaan taman sekeliling yang lumayan sepi, bahkan bisa dibilang tidak ada orang selain dirinya.

selagi dirinya menatap area sekitar, tiba-tiba suara tembakan lumayan kencang masuk kedalam pendengarkan junkyu.

“ huh?” junkyu sadar setelahnya, dirinya lah yang terkena tembakan, logam itu masuk menembus perutnya.

kalang kabut junkyu tutupi perutnya dengan telapak tangannya, cairan sepekat wine itu keluar dari mulutnya. tatapannya mengedar melihat haruto dengan jarak sekitar lima puluh meter sambil memegang sebuh pistol di tangannya cukup untuk membuat junkyu menarik kesimpulan bahkan kekasihnya lah yang menembak dirinya.

suara tembakan kedua terdengar, kali ini haruto berhasil menembus bahu junkyu, haruto melangkah mendekat. tubuh yang sudah mengeluarkan banyak darah itu jatuh tergeletak di tanah dengan sangat menyedih.

lagi-lagi junkyu menjadi sangat menyedihkan saat peluru ketiga dilepaskan tepat menuju ulu hatinya. haruto merendahkan tubuhnya, menatap tubuh kekasihnya dengan raut wajah datar.

“ seseorang menyewa ku untuk membunuh mu, hm.. biar ku ingat siapa yang menyewa ku.” dengan ujung pistolnya haruto menggaruk kepalanya, tampak berfikir sesaat.

“ oh, ayah mu,” ucap haruto dengan senyuman, menatap tubuh junkyu yang sudah benar-benar lemah. mungkin dalam waktu sepuluh menit kim junkyu akan mati kehabisan darah, itu pikir haruto.

“ aku akan mempersingkat waktu mu.” haruto kembali melepaskan pelurunya pada punggung pria yang sudah sekarat di hadapnnya.

junkyu masih sadar, dirinya akan mati sebentar lagi. untuk kesekian kalinya dirinya mendapat sial, ia pikir itu semua akan berakhir setelah bertemu haruto. ternyata hanya angan-angan dirinya saja yang terlalu terbuai oleh tingkah haruto selama ini. lagi-lagi ayahnya yang melukainya, bahkan kali ini ayahnya menyewa orang untuk membunuhnya. junkyu sudah tidak punya kekuatan untuk memaki tuhan, ayahnya atau siapa pun.

tidak ada penyesalan dalam hidupnya, bertemu dan kenal dengan haruto, meski semua yang pria itu lakukan hanya sebatas pura-pura atau hanya untuk memeluluhkan dirinya. setidaknya junkyu tau rasanya hangat akan pelukan seseorang, meski tidak tulus junkyu cukup bersyukur.

lembayung itu mulai terpejam perlahan, hembusan nafas terakhir dari kim junkyu dapat haruto dengar. tangan besar itu menyentuh surai coklat junkyu sesaat sebelum akhirnya pergi meninggalkan mayat kim junkyu begitu saja di depan pohon sakura.

“ beristirahat lah dengan tenang kim.” kata-kata terakhir haruto sebelum benar-benar menghilang dari taman.

— end

@favharukyu

--

--