from rin, to you, selamat tahun baru

margiella
4 min readJul 31, 2023

--

Lima belas menit yang lalu Itoshi Rin terkejut mendapati dirimu menuruni tangga dari lantai dua. Ia mengira kamu tidak ada, beberapa kemungkinan sudah ia pikirkan; telah tertidur; mengingat betapa lelahnya menyetir selama lima jam. Rin juga sempat mengira kamu ikut pergi ke toko swalayan bersama teman-teman lainnya untuk membeli keperluan memasak dan memanggang untuk acara tahun baru. Sudah beberapa tahun silam kalian merencanakan untuk liburan bersama, tapi rencana itu tidak pernah terlaksana. Begitu juga dengan rencana milik Rin. Entah sudah berapa lama dan berapa kali rencanya gagal tereksekusi.

“Hai,” sapamu.

Rin menelan air liurnya. “Hai.”

“Kamu enggak ikut ke supermarket?” tanyamu. Rin menggeleng sebagai jawabannya.

“Kamu butuh sesuatu?” tanya Rin, ia kemudian kembali mengalihkan atensinya pada permainan di ponselnya, hanya untuk meninggalkan permainannya. Tidak peduli lagi. Persetan. Kini ia taruh ponselnya ke dalam saku celananya. Atensinya kembali menjadi milikmu sepenuhnya.

Kamu menggeleng. “Enggak sih, cuma ya, haus aja. Pengen jus jeruk atau air kelapa gitu.”

Rin terkekeh. Tentu saja, suasana di pinggir pantai memang panas, dan apa yang kamu baru saja katakan juga membuat dahaganya muncul ke permukaan. “Tadi aku lihat yang jual es kelapa, mau?”

Mendengar tawarannya kamu mengangguk. “Boleh. Mau sekarang aja?”

“Boleh, tapi aku mau minta kamu dengerin kaya satu audio file gitu — “

“ — Cie apaan tuh aku-kamu?” tanya Karasu dari balkoni. entah sejak kapan ia berada di sana, atau memang kalian berdua terlalu tersesat di satu sama lain sehingga tidak menyadari kehadirannya di sana sendirian, atau mungkin itu yang kalian kira. Lalu ia kemudian berteriak, “Otoya kamu cinta aku enggak?”

Sialan, bukan hanya Karasu saja yang berada di sana. Ia ditemani Otoya. “Aku? Aku? Aku dan kamu hayoh!” teriaknya.

Kamu dan Rin bertukar pandang, mencoba menahan malu, berdeham agar situasi canggung ini segera berlalu, dan berpura-pura bermain bodoh. “Apaan sih guys?! Yuk ah, Rin!”

Kini, di sini kalian berada. Duduk di kedai penjual es kelapa, angin sore yang menyapu helaian rambut dengan lembut, dan matahari keemasan yang hangat. Rin kemudian memberikan bagian kiri wireless stereo miliknya padamu. “Tapi janji, dengerin sampe selesai.”

Kamu tersenyum, mengambil benda hitam mungil itu dari telapak tangannya. “Janji. Emang apaan sih?”

“Cuma surat… dalam bentuk penggalan bait lagu doang, ya ada voice note aku juga.”

“Oh,” jawabmu sembari memasangkan si hitam pada telingamu.
Here we go, and pay attention to the lyrics!” titah Rin. Ia kemudian mengalihkan pandangannya, berpura-pura mengabaikanmu dengan menaruh perhatiannya pada es kelapa yang sudah habis sedari tadi. Ia terlalu takut untuk melihat.

Maka dirimu memberi ekstra perhatian pada tiap kata yang kamu dengar.

[Careful where you stand, my love.

Careful where you lay your head.

It’s true we’re always looking out for one another.] (Careful Where You Stand by Coldplay)

Kamu menoleh padanya, ia masih memainkan es yang tersisa di dalam gelasnya, tangan satunya mengamati ponselnya; memantau sejauh mana audio itu sudah berjalan. Kemudian suara Rin terdengar di telingamu,

[and because of that] (Itoshi Rin)

Instrumental kembali terdengar di telingamu, I only stick with you
Because there are no others

[… You are all I need
You’re all I need
I’m in the middle of your picture
Lying in the reeds]
(All I Need by Radiohead)

Kini suara Rin yang mengambil alih, ia berkata,

[It’s true that I am lost, in you. In you I’m lost. So yeah this is my confession, I am not asking you to be my girlfriend, but I’m asking you to take me as yours. I wanna be yours, if you let me. If you say yes…] (Itoshi Rin)

Alunan lagu kembali mengisi telingamu dan ribuan kupu-kupu menjadi hidup di perutmu, Rin yang masih saja tak acuh atau mungkin malu, jika saja kamu tidak melihat telinganya yang sedikit lebih merah dari biasanya.

[But I stay when it’s hard, or it’s wrong, or we’re making mistakes

But I stay when you’re lost, and I’m scared, and you’re turning away
I want your midnights] (New Year’s Day by Taylor Swift)

Suara Rin kembali, membuat jantungmu berdegup lebih kencang.

[But if you are opposed to the proposal] (Itoshi Rin)

[Please don’t ever become a stranger
Whose laugh I could recognize anywhere
Please don’t ever become a stranger] (New Year’s Day by Taylor Swift)

[But I hope it’s… you and me forevermore.] (Itoshi Rin)

Rin kemudian mengunci ponselnya, kemudian memutar badannya agar bisa duduk berhadapan denganmu. Sore itu Rin yang selalu percaya diri menghilang, ia bahkan tidak berani untuk bertukar pandang. “Maaf gak rapi,” ucapnya.

I’m waiting for your answer, no pressure,” tambah Rin. Kamu tersenyum, rasanya sore hari ini jauh lebih cerah dari yang seharusnya, dan rasa mengganggu hangatnya pantai tidak seburuk itu pada hari ini. Tidak lupa hatimu yang ikut merasa hangat. Kamu mengulas senyumanmu, berpikir mungkin kamu tidak akan keberatan untuk mencoba beberapa mocktails segar di sekitar pantai dengan pacar barumu nanti malam untuk menyambut tahun baru.

--

--

margiella

dedicated to the seekers who seek for the glimmer upon the surface of the sea. Pfp by durudara on X/Twitter