Jemari

moccaronz
4 min readApr 28, 2023

Setelah membereskan meja makan serta dapur, Arka sudah lebih dahulu kembali ke kamar sementara Jean memilih untuk menghisap sebentar rokok miliknya di balkon apartemen.

Arka merebahkan kembali tubuh nya di kasur besar miliknya dan juga Jean. Kepalanya yang menengadah ke atap membuat nya kemudian kembali teringat beberapa hal.

Seperti bagaimana dulu ia dan Jean bertemu, bagaimana first date mereka, hingga bagaimana kemudian keduanya menikah hingga sekarang. Berpacaran sejak kuliah dan sudah menikah selama dua tahun bukan lah waktu sebentar untuk keduanya saling mengenal.

Bahkan jika dipikir kembali seharusnya sudah tidak ada ruang rahasia diantara kedua insan yang telah merajut kasih sejak lama itu. Namun kenyataan berbanding terbalik untuk Arka dan Jean.

Walaupun sudah sangat lama keduanya saling mengenal dan hidup bersama nyatanya tetap saja Jean tetap menjadi seseorang yang penuh rahasia. Jangan kalian pikir Arka tidak pernah mencoba untuk masuk ke dalam pikiran Jean, sudah ribuan cara Arka coba namun selalu gagal.

Arka bukan-lah rumah bagi seorang Jean.

Jean kembali masuk dan menuju kamarnya setelah menghisap dua batang nikotin itu. Namun sebelum ia ikut berbaring dengan Arka, Jean sudah terlebih dahulu mengganti pakaiannya karena Arka tidak suka bau asap.

Setelah keluar dari dalam bilik kamar mandi, netra Jean langsung menangkap Arka yang sedang berbaring dengan ditutupi oleh selimut tebal.

Jean lantas berjalan lalu ikut berbaring tepat disebelah Arka. Lalu kemudian menarik sedikit selimut tersebut hingga kini wajah Arka yang tengah terpejam dapat Jean lihat.

“I love you, Arka.” ucap Jean lalu memberikan satu kecupan singkat di pipi Arka.

“Jean.” panggil Arka setelah membuka matanya karena Jean habis mencium dirinya.

“Ya?” tanya Jean sambil menatap sayu mata Arka.

Dengan ragu Arka memainkan ujung selimut dengan kedua tangan mungil nya. “A-aku bukan rumah kamu 'ya?” tanya Arka tanpa berani menatap wajah Jean

jederr!!

Bagaikan petir disiang hari, hati Jean langsung mencelos begitu saja setelah mendengar pertanyaan dari Arka.

Ia menatap bingung wajah Arka, “Why? kenapa kamu bilang gitu?” tanya Jean panik.

Arka hanya diam. Ia tidak lagi berani bicara apapun kepada lelaki yang saat ini sudah berstatus menjadi suaminya.

“Arka.. hey..look at me..” panggil Jean lembut sambil mengangkat dagu Arka agar lelaki itu mau menatapnya.

“Coba kasih tau aku kenapa kamu bisa punya pikiran kayak gitu?” tanya Jean lembut.

Arka menarik nafasnya panjang lalu membuang nya perlahan untuk menenangkan diri.

“Kamu tau kan kita udah pacaran sejak kuliah dan sekarang kita juga udah nikah dua tahun?” ucap Arka.

Jean mengangguk. “Iya, lanjut.”

“Tapi entah kenapa aku ngerasa kayaknya aku bukan rumah kamu, Jean.

Arka merasakan sesak kembali menyeruak di dalam dada nya. Dengan sedikit gemetar menahan nangis, Arka melanjutkan ucapannya.

“Je aku tau banget kamu orang nya sangat tertutup dan rahasia, aku hargai kamu dengan sikap mu itu. Tapi Je, aku ini suami kamu sekarang? aku juga mau tau apa yang suami aku lagi rasain, apa yang lagi ganggu suami aku, atau hal-hal lain yang engga kamu ceritain ke aku.

Jean termangu mendengar seluruh perkataan Arka yang keluar dari mulut dan juga hatinya. Entah ketika melihat Arka dengan wajah se sedih itu membuat nya juga ikut frustasi.

“Je, aku juga mau jadi rumah kamu. Aku mau jadi orang yang kamu bisa andalkan dalam hal apapun itu, aku juga mau jadi sandaran kamu ketika kamu cape atau lelah sama kerjaan. Aku mau denger semua keluh kesah kamu, Jean.

kamu inget kan dengan janji pernikahan kita? dalam senang ataupun sakit aku selalu ada buat kamu, aku mau juga ada disaat kamu lagi sakit, lagi sedih, bukan cuma ada disaat kamu lagi happy aja, Jean.”

Cukup. Sangat cukup untuk Jean menahan seluruh puncak kesedihan nya setelah melihat Arka yang perlahan mulai menitihkan air matanya. Maka dengan cepat Jean langsung memeluk Arka dan membawa lelaki tersebut ke dalam dekapannya.

“Maafin aku, Arka.” Jean mengecup berulang dahi milik Arka yang tengah bersandar di dada nya.

Arka menoleh ke arah Jean lalu mencebik pelan, “Berisik banget ih minta maaf mulu. Kamu udah bilang kata itu berapa kali coba.”

Jean tersenyum. “Maaf.”

Arka lalu bangkit dan menatap Jean dengan ketus, “DIEM YA JEAN! SEKALI LAGI KAMU BILANG GITU AKU PINDAH KAMAR NIH.”

“Emang kamu bisa tidur tanpa aku puk-puk?” Bukannya takut Jean justru menggoda sang suami.

“Ih tau ah bete.”

Jean langsung menarik kembali tubuh Arka agar masuk ke dalam peluknya. Lalu kemudian menautkan kedua jari kelingking miliknya dan juga milik Arka.

“Aku beneran minta maaf sama kamu. Aku kira kamu bakal fine-fine aja tapi nyatanya engga 'ya?

kamu bener Ka, aku ngga seharusnya nutup diri dari kamu kayak sekarang ini. Apalagi kamu suami aku kan ya. Hehehe. Maaf ya, Ka?”

“Jangan diulang.” potong Arka.

Jean mengangguk lalu kembali menerus kan kalimat nya. “Semenjak Bunda enggak ada, aku selalu pendem semuanya. Soalnya kata Bunda, di dunia ini engga ada manusia yang bisa dipercaya kecuali diri kita sendiri termasuk juga dengan Bunda. Tapi aku tau Bunda itu orang baik makanya aku percaya sama dia.”

Arka mengangguk mendengar cerita Jean.

“Tapi kamu terbuka sama Jiro?” tanya Arka bingung.

“Engga kok. Aku belum se terbuka itu sama dia. Aku juga kalau cerita ke dia milih-milih, mana yang emang bisa aku share mana yang engga.” jawab Jean

“Kalau gitu aku mau jadi kayak Jiro.” ucap Arka.

“Engga. kamu jangan jadi Jiro. Kamu harus tetep jadi Arka, Arka nya Jean.”

“T-tapi..” ucapan Arka langsung terputus begitu saja karena sedetik kemudian Jean mencium bibir Arka.

“Arka ngga perlu jadi Jiro karena setelah ini Jean janji Arka bisa gantiin tempat nya Jiro.

Jean bakal pulang ke Arka setiap hari dengan banyak cerita. Banyak hal-hal sepele mungkin aja, hehe.

Jean akan jadiin Arka itu rumah buat Jean. Jean janji.”

--

--