Jago Last Wish (UX Case Study)

Nikita Salsabila
7 min readNov 27, 2021

--

“Proyek ini merupakan bagian dari program pelatihan UI/UX yang dilaksanakan oleh Skilvul, untuk program Kampus Merdeka yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Bank Jago adalah partner yang kita pilih pada challenge yang diberikan oleh Skilvul.”

Introduction

Halo semuanya! Kali ini Saya akan membagikan process desain yang telah Saya lakukan dalam mendesain sebuah fitur Jago Last Wish. Fitur tersebut merupakan fitur dari aplikasi Bank Jago yang berisikan asuransi berbasis digital disertai dengan wasiat yang dapat membantu mewujudkan keinginan yang kita harapkan.

Dalam penyelesaian studi kasus ini, Saya berkolaborasi bersama rekan saya valerianfabian@gmail.com& wafiymusyaffak@gmail.com.

Latar Belakang

Jago Last Wish merupakan fitur yang dibuat untuk mendukung gaya hidup pengguna dan membantu mereka untuk mencapai keinginannya. Didalam Jago Last Wish terdapat beberapa fitur yang telah kita buat sebelumnya seperti asuransiku, wasiatku, transaksiku, dan lifestyleku. Berbeda dengan aplikasi asuransi lainnya, Jago Last Wish akan menyulap pikiran negatif kamu tentang asuransi menjadi hal yang menyenangkan. Hebatnya, kamu juga dapat membuat wasiat sesuai dengan yang kamu inginkan. Selain itu, hidupmu akan jauh lebih sehat dengan mengikuti lifestyle dari Bank Jago. Kamu juga akan jauh lebih happy karena keseringan nuker voucher gofood dan cashback tokopedia dari poin yang kamu kumpulkan dari lifestyleku.

Peran: UI/UX Designer.

Cakupan: Emphatize, Define, Ideate, prototyping, and usability testing.

Alat: Figma, Discord, Google Docs, Google Spreadsheets, Zoom, Google Meet, Medium.

Bahasa : Bahasa Indonesia.

Objektif

  • Membuat wasiat dengan mudah, dimanapun, dan kapanpun.
  • Mempermudah pada saat menghitung pembayaran bulanan.
  • Meningkatkan pola hidup sehat pada pengguna fitur Jago Last Wish.

Design Process

Dalam project ini designer memilih menggunakan Design Thinking sebagai pendekatan design process yang telah kami kerjakan. Design Thinking dipilih karena, memiliki pola untuk menyelesaikan solusi dari permasalahan dengan berfokus kepada kebutuhan user yang dimulai dengan proses empati dan diikuti dengan proses selanjutnya hingga melakukan perancangan design dan juga testing. Sehingga dari seluruh proses tersebut akan memberikan kemungkinan dan kebutuhan yang diinginkan oleh pengguna.

1 — Empathize

Pada proses empathize, designer melakukan research terhadap pengguna untuk mencari tahu permasalahan yang terjadi dan tim kami ingin memecahkan masalah yang terjadi. Dari Emphatize sendiri produk harus memiliki market research dan mencari tahu apakah ada permintaan pasar terhadap produk yang sedang dijalankan. Hipotesis permasalahanya sebagai berikut :

  1. Khawatir akan kehidupan masa mendatang dan peduli akan orang terdekat.
  2. Khawatir mengenai COVID.
  3. Ingin mengelola komitmen untuk keluarganya.

Target Kriteria :

  1. Berusia 25–35 tahun.
  2. Pekerjaan sebagai Karyawan / Karyawati.
  3. Berdomisili di daerah perkotaan wilayah Indonesia.
  4. Daerah perkotaan SES A & B (tingkat pengeluaran per bulan).
  5. Berpendidikan dan ramah serta mengerti teknologi.
  6. Khawatir mengenai COVID dan sudah divaksinasi hingga dua dosis.
  7. Belum menikah (60%), sudah menikah (40%).
  8. Langganan aplikasi populer seperti netflix, spotify dan sejenisnya.
  9. Biasa memakai aplikasi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti transportasi, makanan, belanja online dan lain sejenisnya.
  10. Familiar dengan sosial media.
  11. Sudah memiliki asuransi dari kantor.
  12. Tertarik dengan diskon dan cashback.

2 — Define

Pada tahapan define, kami memposisikan diri sebagai user sehingga pada tahap ini kami menentukan pain point. Berikut merupakan pain point yang sudah ditentukan oleh tim kami.

Dari pain point tersebut, tim membuat how might we untuk menentukan target user. Hasil dari how might we yang dibuat yaitu :

Sehingga dapat disimpulkan how might we yang ditentukan yaitu,

  • Menambahkan fitur permintaan dan edit untuk surat wasiat.
  • Membuat sistem perhitungan pembayaran yang mudah.
  • Menambahkan fitur gamifikasi yang berhubungan dengan gaya hidup pengguna aplikasi.

3 — Ideate

Setelah menyelesaikan proses empathize, proses selanjutnya yaitu ideate. Proses ideate terbagi dalam beberapa tahapan, seperti menentukan solusi ide, membuat affinity diagram, membuat prioritization ideas, membuat crazy 8’s.

a. Solusi Ide

Solusi ide dibentuk berdasarkan how-might we yang sudah ditentukan. Berikut beberapa solusi ide yang didapat yaitu :

  • Konsultasi online.
  • Membuat rincian pembayaran yang mudah dengan rumus sederhana.
  • Membuat beberapa kategori premi dan biaya pertanggung jawaban yang sesuai dengan kebutuhan user.
  • Menambahkan ketentuan untuk permintaan apa saja yang bisa disertakan ke dalam wasiat.
  • Membuat fitur edit wasiat dengan diberi jangka bisa di ubah setiap seminggu sekali.
  • FAQ.
  • Menambahkan option untuk membuat permintaan wasiat.
  • Pemilihan warna dan font konsisten .
  • Membuat fitur gamifikasi mini game hidup sehat.
  • Desain minimalis.
  • Caption singkat dan jelas.
  • Memberikan artikel mengenai budaya hidup sehat.
  • Membuat info / berita asuransi.
  • Membuat fitur pengingat olahraga.

b. Affinity Diagram

Dalam affinity diagram, solusi yang didapat ditempatkan sesuai dengan masing — masing kategori.

c. Prioritization Ideas

Prioritization ideas terbagi menjadi 4 tahap, let’s do it now, do next, do last, dan later. Ke 4 tahapan tersebut sudah disusun sesuai skala prioritas. Pada tahap ini, membagi ide solusi yang sudah dikelompokkan kedalam affinity diagram ke dalam 4 tahapan tersebut agar pengerjaan sesuai dengan alur proses yang semestinya. Pada tahapan let’s do it now terdapat proses pembayaran, wasiat dan premi, tampilan/fitur. Pada tahapan do next terdapat gamifikasi, tahapan terakhir yang dipilih yaitu do last dengan terdapat fitur tambahan.

d. Crazy 8’s

Pada tahapan terakhir yaitu membuat crazy 8’s. Crazy 8’s merupakan gambaran kasar dari sebuah aplikasi (wireframe) yang dibuat dengan menggunakan kertas HVS yang dilipat menjadi 8 bagian dan dikerjakan dalam waktu 8 menit. Masing — masing anggota tim harus membuat crazy 8’s.

4 — Prototype

Proses selanjutnya yaitu membuat prototype. Sebelum membuat prototype, proses yang perlu dilakukan yaitu membuat user flow, wireframe dan menentukan UI Style Guide yang diperlukan untuk membuat desain UI UX dari aplikasi tersebut.

User flow :

Wireframe :

UI Style Guide :

Berikut merupakan prototype yang sudah dibuat :

5 — Testing

Testing dilakukan untuk mengevaluasi dari hasil ide yang sudah dibuat. Testing dilakukan dengan melakukan wawancara kepada narasumber. Model wawancara yang digunakan yaitu in-depth interview. Dan untuk mencari tahu tingkat keberhasilan dari aplikasi Teman Pintar maka dilakukan pengujian usability dengan menggunakan Single Ease Question (SEQ).

Wawancara dilakukan dengan seorang narasumber berjenis kelamin perempuan dan berusia 27 tahun yang merupakan seorang karyawan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) berdomisili di Jakarta Pusat. Proses wawancara dilakukan menggunakan aplikasi zoom meeting dan berlangsung selama 40 menit.

foto saat wawancara

Dalam melakukan testing terdapat beberapa hal yang perlu dipersiapkan, seperti membuat stimulus dan menyiapkan dokumen untuk menulis hasil dari wawancara.

Stimulus User Research:

Pada stimulus terdapat beberapa bagian seperti nama aplikasi yang akan dijadikan objek, metode yang dipakai, tanggal melakukan research, objektif, dan lain sebagainya.

Untuk selanjutnya hasil dari wawancara dicatat pada file Record Data User Research. Berikut datanya :

Didalamnya terdapat biodata responden, pertanyaan dan jawaban yang diberikan oleh responden. Tahapan terakhir yang dilakukan yaitu pengujian prototype menggunakan Single Ease Question (SEQ). Pada pengujian Single Ease Question (SEQ) dari 1–7 kami mendapat nilai 6.

Berikut merupakan link video hasil wawancara yang bisa diakses.

https://drive.google.com/file/d/1e2EQo7igE8GsLxE5ySaqeQeFy9571v_K/view?usp=sharing

Berikut merupakan hasil desain perbaikan yang sudah kita buat :

Kesimpulan

Dari user research yang tim kami lakukan dengan salah satu responden atau calon pengguna, telah ditemukan bahwa pengguna sangat tertarik dengan adanya terobosan Jago Last Wish, dengan fitur wasiatnya yang bisa mengabulkan permintaan sesuai dengan asuransi yang telah dipakai. Menurutnya hal ini merupakan sesuatu yang baru. Akan tetapi responden memberi tanggapan pada proses user research ketika menjalankan prototypenya. Yaitu responden menginginkan ditambahkan metode pembayaran seperti Indomaret ataupun Alfamart untuk mempermudah jika tidak memiliki rekening. Selain itu responden juga memberikan feedback dengan diadakannya fitur signature untuk menambah ke sah an dari wasiat. Serta juga menginginkan wasiat yang interaktif dan terasa nyata seperti dihadirkannya Voice Note. Adapun semua masukan design dari responden sudah dibuat ke dalam design perbaikan.

Jadi, itulah keseluruhan proses yang tim kami kerjakan, kami harap bisa bermanfaat. Terima kasih kepada semua pihak yang terkait sehingga terlaksananya project ini sampai selesai. Sukses dan happy selalu!

--

--