Bising.

wuslatunnimah
2 min readJan 18, 2024

--

Photo by Joey Kyber on Unsplash

Semua rasanya salah. Keputusan yang kuambil. Jalan yang kupilih. Harusnya aku nggak perlu pergi jauh. Harsunya aku menetap di sana. Kota yang akan selalu mengubah siapa saja jadi robot. Kalau aku menetap di sana, aku juga bisa jadi robot seperti yang lainnya. Toh, sepertinya jadi robot akan lebih cocok untukku. Aku membenci manusia.

Kota ini terlalu sedikit manusia. Dan dengan aktivitas yang begitu-begitu saja maka semua mata akan tertuju padamu. Kota ini sibuk di hal lain. Kota ini sibuk menguping. Mendengarkan siapa yang paling banyak menyapa orang-orang dan siapa yang tidak. Di kota ini, kalau kamu adalah seorang pendiam sepertiku maka posisimu akan sulit. Mereka semua akan memperhatikanmu dan selalu melihatmu. Kamu yang tidak pernah ingin bersuara justru akan selalu jadi sorotan. Kamu menjadi pemeran utama.

Lain halnya kalau kamu tinggal di kota robot. Tidak perlu kamu risaukan mata mana yang tertuju padamu. Tidak perlu takut kalau kamu akan jadi sorotan. Kamu bisa berisik atau bersuara tanpa ada yang perlu mendengarkan. Kamu bisa berbicara bebas dengan sangat lantang. Kenapa? Karena robot tidak punya telinga. Robot tidak akan mendengarkan suaramu. Robot juga tidak bisa melihat. Jadi, tidak apa-apa kalau kamu hanya ingin sembunyi karena tidak akan ada yang melihatmu. Tidak ada mata yang sanggup menemukanmu kecuali mata si Agung. Kamu bisa bernafas dengan nyaman karena kota ini selalu sibuk dengan keramaian. Tidak ada telinga dan mata yang akan menganggap kamu ada. Tidak ada suara manusia yang perlu didengar bualannya.

--

--