PAPER FLOWER

oceanamuu
6 min readFeb 9, 2023

____

Hari bahagia yang ditunggu pun akhirnya datang juga. Sudah sedari pagi buta Seokjin bersiap berangkat ke kediaman Kanjeng ibu bertemani Bunda dan keempat adik pantinya. Mereka bersuka cita pun memendam sedikit kesedihan sebab pagi ini, selain bersiap mengantarkan Seokjin, seorang supir kepercayaan keluarga Kim terlihat turut datang ke rumah panti dan meminta izin untuk membawa sebagian pakaian juga keperluan Seokjin ke rumah barunya.

Sempat ada penolakan dengan alasan belum siap, tapi pada akhirnya Seokjin hanya bisa pasrah karena lambat laun dirinya pasti akan pindah juga dari panti untuk ikut bersama sang suami.

Di kediaman Kanjeng ibu, semua orang yang hadir tampak sibuk. Mulai dari para maid yang berlarian kesana kemari menata ini itu, penata dekor yang membawa beberapa kursi dan meja tambahan, juga dua orang penata rias yang pernah Seokjin temui di butik beberapa hari lalu.

Diantarkan ke ruangan khusus tanpa di izinkan melihat secara langsung tampat acara yang nantinya akan menjadi saksi dari pernikahannya bersama Namjoon terlebuh dahulu, omega berparas ayu itu langsung disulap menjadi sosok yang tampak sangat berbeda dari biasanya. Tatanan rambut, jas berwarna hitam dengan dasi kupu-kupu yang manis, pun riasan wajah yang semakin menambah daya pikatnya membuat semua orang yang berada di sana termasuk Bunda Eugene ikut terkagum-kagum.

“Uwah, kak Seokjin ganteng banget.” Eunchae, Lia, dan Jenny bersorak serempak. Ketiga gadis cantik yang sudah siap dengan gaun putihnya masing-masing itu tampak terpukau dengan tampilan Seokjin saat ini.

“Anak Bunda ganteng banget. Cocok jadi pemeran utama hari ini.” Bunda mendekat seraya mengusap ujung pundak Seokjin dengan bangga.

“Makasih Bunda, Eunchae, Lia, Jenny. Kakak seneng kalian juga bisa ada di sini pakai baju yang cantik dan manis. Bunda juga, keliatan lebih muda dan seger hari ini.” Tutur Seokjin menoleh ke arah para adik-adiknya dan Bunda Eugene secara bergantian.

“Kamu mau minum atau makan seuatu dulu? Biar Bunda ambilkan ke luar habis ini.” Tawar Bunda dengan senyum mengembang.

“Oh ga usah, Bun. Nanti aja selesai acara. Sekarang aku masih gugup sampai ga selera makan. Rasanya badank getar semua saking gugup dan ga percayanya sama hari ini.” Seokjin menolak sambil memegangi kedua tangan Bundanya.

“Tenang. Semuanya akan baik-baik saja, sayang. Masa udah ganteng maksimal gini masih gugup aja.” Bunda terkekeh gemas seraya menepuk-nepuk pelan punggung Seokjin.

“Tetep aja. Rasanya ga tenang sama sekali.” Memejamkan mata dengan tubuh setengah bergetar jelas Seokjin tak hentinya merancau takut pada Bunda hingga suara ketukan dari luar sana terdengar cukup nyaring.

Segera kembali ke posisi masing-masing takut jika yang datang adalah Namjoon, semuanya bisa bernapas lega begitu mengetahui yang datang ke ruangan pengantin justru Jungkook dan Kanjeng ibu.

“Waah, ganteng banget!!” Jungkook bersorak riang sambil berlari kecil ke hadapan Seokjin.

“Emang ga salah ibu pilih calon menantu. Tampan, baik, sopan lagi. Tiga puluh menit lagi acara akan dimulai. Kamu sudah siap?” Kanjeng Ibu ikut menghampiri seraya membenarkan letak dasi kupu-kupu yang melingkar di leher Seokjin.

“Hm, sudah Kanjeng Ibu.” Jawab Seokjin berusaha menyungging senyum walau dadanya semakin berdegup kencang setelah diberitahu kalau acara pernikahannya tinggal tiga puluh menit lagi.

“Tadi katanya Namjoon mau mampir ke sini buat lihat kamu. Cuma karena dia takut kamu makin gugup, jadi katanya lebih baik tunggu langsung di depan altar dan penghulu nanti. Dia juga keliatan gugup banget kalau kamu mau tau.” Bisik Kanjeng Ibu di akhir kalimatnya.

Mendengar hal tersebut, bohong kalau Seokjin tidak merasa sedikit lega. Akhirnya dia tahu bahwa tidak hanya dirinya saja yang gugup pagi ini.

“Ya udah, Ibu, Bunda Eugene sama Jungkook ke depan duluan ya. Kebetulan semua tamu undangan sudah datang dan tinggal menunggu pengantinnya. Tarik napas dan tenangkan dirimu ya, Nak. Semuanta pasti akan berjalan lancar.” Tutur Kanjeng Ibu dengan mata sedikit berkaca-kaca.

Mengangguk lirih sambil menganggenggam tangan Jungkook yang entah dari kapan ikut mengenggamnya juga, Seokjin kemudian duduk di sofa yang sama dengan adik-adiknya dan berusaha menenangkan diri sebaik mungkin.

Tiga puluh menit yang dinantikan rupanya berjalan sangat cepat. Dibantu oleh seorang penata rias untuk membawa sebuket bunga mawar putih yang terlihat pas digenggaman Seokjin, tak lama mereka yang berada di dalam sana segera melangkah menuju pintu besar yang terhubung langsung ke halaman belakang dan menunggu aba-aba hingga diizinkan keluar untuk menemui calon pendampingnya, Namjoon.

Rasa gugup, senang, khawatir, bahkan mulas yang sesekali datang melilit perutnya Seokjin rasakan menjelang detik-detik permulaan acara. Matanya pun terpejam sejenak sebelum pintu besar dengan ukiran rumit di depan sana perlahan terbuka lebar menampilkan seluruh dekorasi pernikahan yang tampak begitu indah dan cantik. Ratusan kelopak mawar putih yang terbentang bak karpet mewah di tengah jajaran kursi para tamu, hiasan bunga-bunga segar yang disemat pada beberapa kursi pun tiang-tiang dekorasi yang memanjakan mata sekaligus membuat perasaan gugup itu sirna entah kemana. Seokjin terlalu terkesiap dengan keelokan pesta pernikahannya sendiri sampai tak sadar jika tarikan kecil diujung lengan jasnya sudah Eunchae lakukan beberapa detik lalu mengingat pemberitahuan kepada calon mempelai untuk segera berjalan menuju altar.

Mengembus napas sejenak dan berusaha kembali pada kewarasannnya, Seokjin segera melangkah menemui Bunda yang sudah menunggunya di depan karpet mawar sedari tadi.

“Siap?” bisik Bunda mengaitkan lengannya pada lengan Seokjin.

“Siap!”

Berjalan diiringi keempat adik-adiknya yang sudah terlebih dahulu berjalan melemparkan sejumput demi sejumput kelopak mawar dari dalam keranjang masing-masing, Seokjin semakin dibuat gugup begitu Bunda yang menjadi pengiringnya sempat berbisik bahwa di depan sana Namjoon yang kini mengenakan jas putih bersih nan gagahnya sudah menunggu dengan mata terbelalak sempurna. Lelaki itu nampak amat bersahaja, pun tampan dalam waktu yang bersamaan.

Menggigit bibir bawahnya kecil dan berusaha menenangkan diri sebaik mungkin akhirnya langkah kecil Seokjin terhenti seketika kala seulur tangan yang Namjoon ajukan padanya disambut dengan baik dengan seulas senyum manis hasil latihannya tadi malam.

Menaiki dua anak tangga sebelum akhirnya berdiri bersamaan di depan seorang penghulu berpakaian serba putih, Seokjin sempat terhenyak mendengar bisikan Namjoon sebelum suara penghulu semakin membuat suasana menjadi khidmat.

“Kamu cantik.” Begitulah bisiknya.

Semakin tak karuan dan nyaris tidak fokus mendengarkan setiap ucapan yang dikumandangan sang penghulu di depan sana, akhirnya Seokjin bisa bernapas lega begitu janji pernikahan berhasil mereka ucapkan dengan lugas dihadapan seluruh para tamu undangan. Rasanya benar-benar tak terdefinisikan. Hatinya penuh kembang api, pun pipinya terasa panas ketika Namjoon mulai menyematkan sebuah cincin emas di jari manisnya.

Saling melempar senyum dan menatap satu sama lain, usai prosesi tukar cincin keduanya diperbolehkan mengecup pasangan sebagai simbol penegasan bahwa kini keduanya telah resmi menjadi sepasang suami yang akan mengarungi bahtera rumah tangga baru bersama-sama.
Merasakan sapuan lembut di atas bibir untuk pertama kalinya, Seokjin langsung menahan napas begitu ciuman singkat mereka terlepas dan Namjoon semakin membawanya mendekat dengan sebelah tangan yang melingkar di pinggangnya.

Demi Tuhan, pernikahan ini masih terasa bagaikan mimpi belaka. Apalagi melihat semua orang tampak bersuka cita menyambut status baru mereka, pun pemandangan haru saat Bunda, Kanjeng Ibu dan beberapa kerabat lainnya tampak menitikan air mata bahagia semakin membuat Seokjin tak percaya bahwa kini dia bukan lagi Seokjin si anak panti melainkan suami dari Kim Namjoon si pengusaha sukses juga bagian dari keluarga Kim yang disegani.

“Terima kasih sudah mau menerimaku, Mas.” Gumam Seokjin nyaris tak terdengar.

Menoleh dengan senyum manis berhias lesung pipi yang tampan, nampaknya pendengaran Namjoon cukup tajam untuk mendengarkan gumaman Seokjin.

“Saya juga berterima kasih karena kamu mau bersedia menjadi pendamping hidupku, Seokjin.”

--

--

oceanamuu

Amateur writer || ocean addict || snail, turtle, and dino are my persona (don't be serious) ^-^