Desain ruang kantor terbuka punya tujuan yang baik: membuat karyawan berinteraksi dan bekerja sama dengan bahagia. Tetapi, realitas berkata lain.
Cukup banyak perusahaan yang mengadopsi desain ruang kantor terbuka. Alasan utama adalah, desain ruang kantor seperti ini memerlukan biaya yang lebih sedikit daripada membangun ruang ruang terpisah (kubikel).
Alasan selanjutnya, harapannya karyawan bisa jadi lebih lancar berkolaborasi. Karena jika duduk bersebelahan dengan rekan kerja, tanpa privasi, Anda terpaksa berinteraksi lebih sering dengan mereka bukan?
Baca Juga : Pengertian Coworking Space dan Keuntungannya
Akan tetapi menurut sebuah penelitian baru, bagaimanapun, gagasan bahwa rencana kantor terbuka membuat interaksi antar karyawan jadi lebih intens mungkin benar-benar omong kosong.
Dengan dalih memperlancar komunikasi, para peneliti dari Harvard Business School sudah menemukan bahwa kantor terbuka justru mengurangi komunikasi. Laporan Workplace Insight menyebutkan, karyawan bahkan jadi semakin minim bertatap muka dengan rekan kerja.
Ethan Bernstein dan Stephen Turban sampai pada kesimpulan hingga melakukan penelitian dua bagian yang melibatkan karyawan di dua perusahaan. Kedua perusahaan tersebut masuk daftar 500 besar majalah Fortune yang sedang bertransisi ke desain ruang kantor terbuka.
Pada bagian pertama, peneliti meminta 52 karyawan dari satu perusahaan mengenakan perangkat yang merekam interaksi mereka dengan orang lain. Bentuk perangkat ini serupa dengan tanda pengenal yang umumnya dikalungi karyawan.
Interaksi yang direkam mulai dari pertemuan tatap muka, hingga merekam pembicaraan dengan mikrofon. Perangkat ini melacak lokasi karyawan melalui sensor Bluetooth dan akselerometer. Peneliti juga mendapat izin untuk melihat jumlah email dan pesan instan peserta.
Percobaan ini menguji komunikasi subjek dengan orang lain setiap hari kerja, tiga minggu sebelum desain kantor mereka berubah menjadi terbuka, dan tiga minggu setelah kantor mereka selesai bertransisi dan tiga bulan selanjutnya.
Baca Juga : Tips Mencari Sewa Kantor yang Tepat
Bagian kedua dari penelitian ini sangat mirip. Hanya saja melibatkan 100 karyawan dari organisasi lain. Mereka diamati selama delapan minggu sebelum dan sesudah pelaksanaan desain kantor baru.
Temuan yang diterbitkan dalam jurnal Philosophical Transactions of Royal Society B, mengungkapkan bahwa interaksi tatap muka karyawan sangat berkurang setelah karyawan mulai bekerja dalam desain kantor terbuka. Ini berlaku untuk subjek dari kedua perusahaan.
Peneliti menulis, “Bertentangan dengan kepercayaan umum, volume interaksi tatap muka menurun secara signifikan pada kedua kasus, dengan peningkatan interaksi elektronik yang terkait.”
Singkatnya, alih-alih mendorong kolaborasi tatap muka yang semakin dinamis, arsitektur terbuka tampaknya memicu respons alami manusia untuk menarik diri secara sosial dari rekan kerja dan memilih untuk berinteraksi sosial melalui surel dan aplikasi perpesanan.
Interaksi sosial tatap muka berkurang drastis hingga 70%. Sementara frekuensi email melesat naik kira-kira 20% hingga 50%.
Selain mengurangi komunikasi, ada banyak kelemahan lain yang berhubungan dengan desain ruang kantor terbuka. Mulai dari minimnya privasi, kebisingan hingga produktivitas karyawan yang menurun.
Baca Juga : Agar Tak Menyesal, Baca 4 Tips Sewa Coworking Space Berikut Ini
Masalahnya, kita belum memahami apa saja faktor-faktor tersebut. Jadi jangan kaget jika desain kantor terbuka yang diharapkan dapat meningkatkan kolaborasi serta produktivitas karyawan justru sebaliknya.
Dalam upaya mencari jalan keluar, Bloomberg menulis perusahaan yang mengharapkan terjadinya kolaborasi dan interaksi dari para karyawan mungkin bisa mencoba metode bekerja dengan fleksibel, kadang di rumah (atau di lokasi lainnya) kadang di kantor.
Karena rasa rindu pada interaksi dengan rekan kerja bisa muncul bila jarang bertemu.
“ Temuka ruang kantor dengan lokasi terbaik dan harga kompetitif hanya di ipapa.co.id “
