Ragam Tidur Orang-Orang Idealis

Omah Aksara
3 min readOct 26, 2017

--

Sumber gambar : Glasbergen

Oleh Rudi Sarwiyana

Ini bermula dari saya yang baru bangun tidur dan belum cuci muka apalagi ngelap blobok di pelupuk mata.

Pagi di rumah saya agaknya berbeda dengan di tempat lain. Di rumah saya pagi tidak ditandai dengan terbitnya sang surya ataupun azan subuh, di rumah saya pagi ditandai oleh nenek saya. Kalau tidak dari sumur, maka dari dapur akan terdengar suara-suara khas alarm kampung.

Segera, kecuali saya, anggota keluarga yang lain pun bangun begitu pompa air dinyalakan nenek saya. Kurang lebih jam 4 seperempat, mereka ada yang masak, ada yang isah-isah, ngumbahi ataupun ke masjid. Barangkali nenek pulalah yang membangunkan ayam-ayam untuk berkokok.

Mungkin sudah kebiasaan baginya, meski kakek telah meninggal dan harusnya anak-anaknya yang mengurusinya, beliau masih tetap sedisiplin itu. Saya yakin beliau tak pernah tidur ideal dalam hidupnya. Sebab kapan dia tidur nyenyak? lhawong setiap kali saya pulang malam saja beliau pasti bangun, kadang malah sudah ngliwet. Sindromnya bermasalah? Ah agaknya tidak, beliau itu masih normal dan belum pikun. Masih sering mengaji dan nyumbang kemana-mana.

Barangkali itu satu kasus di mana tidurnya seseorang itu berbeda-beda. Dalam penelitian memang ada yang namanya tidur ideal, tapi seideal apapun tidur ternyata kalau orang lain yang memandang pasti tidak ideal. Seperti teman saya, baginya tidur yang ideal itu miring ke kanan dengan kaki kanan menopang kaki kiri. Tapi setelah tertidur ia malah miring ke kiri. Kemudian tengkurap dan ngorok dengan merdu. Paginya dengan gagah ia klaim tidurnya ideal. Saya pun mengamininya karena memang numpang. Aduh kasihan.

Lain halnya dengan tetangga saya, ia dikenal sebagai pangeran tidur di kampung. Dimanapun, kapanpun tetangga saya itu bisa tidur dengan enaknya. Pun ketika sholat. Tapi anehnya meski ngantukan dari anaknya diketahui, ia tidur tidak pernah sampai 7–8 jam nonstop.

Baru-baru ini Echa, anak Banjarmasin, diketahui tidur sampai 13 hari nonstop. Entah bermimpi apa yang jelas syukurlah ia tidak disangka mati. 13 hari, dan itu ternyata masih tak seberapa dibandingkan dengan si putri tidur Beth Goodier. Ia diketahui pernah tidur selama 6 bulan nonstop. Sekarang pun waktu tidurnya rata-rata adalah 22 jam/hari. Goodier bahkan menyebut a real life justru seperti mimpi. Tentutnya mereka berdua tidak punya gen ashabul kahfi, kabarnya keduanya mengidap sindrom klein-levin yang membuat pengidapnya mudah tertidur.

Meski begitu tidur memanglah penting. Yang namanya ngantuk kan apa obatnya? Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa maksimal orang bisa tidak tidur hanya sampai sekitar 11 hari. Ini berada diurutan ke 3 dalam ukuran menidakkan sesuatu ciri kemanusiaan setelah tidak bernafas dan tidak minum. Berada satu step di atas tidak makan. Atau dengan kata lain tidur lebih dibutuhkan ketimbang makan.

Mungkin kita bertanya-tanya kenapa ya justru dalam riyadhoh atau tirakat-tirakat itu ada anjuran untuk mengurangi waktu tidur? Dalam Islam pun begitu, orang muslim disunahkan untuk sholat malam sekaligus wirid. Kenapa?

Adapun Zarathustra, dalam sebuah karyanya Nietsche, malah mengkritik seorang bijak yang mengkhotbahkan tentang tidur. Orang bijak tadi kurang lebih mengkhotbahkan supaya jangan tidur agar tidur menjadi lebih baik. Bagi Zarathustra itu sebuah kekonyolan, dan jika itu pilihan yang nonsense itu adalah pilihan ternonsennya. Lah?

Barangkali beberapa anggota DPR yang sering tertidur pada saat sidang itu tahu jawabannya. Mereka tidur sebab memahami sesuatu yang masyarakat umum tidak dapat ketahui. Mereka pun tahu kapan harus kerja keras kapan harus tidur. Mereka tentu bukan bekas mahasiswa-mahasiswa yang sering tidur di kelas, justru malah sebaliknya.

Karena itulah tak ada salahnya kalau kadang ada berita bahwa ada anggota DPR yang tidur waktu sidang. Mereka itu pintar. Barangkali tidur adalah suatu ibadah yang lebih baik di dalam ruang sidang. Sama ketika berpuasa.

Kiranya hanya media saja yang membuat itu berlebihan. Sebab media tidak tidak pernah tahu rasanya mendengarkan naum dan nauuum, yang harusnya lebih pantas diangkat media. Biar pro-kontranya jelas dan yang tidak berkepentingan bisa tidur dengan nyenyaknya.

Eh lho di mana nenek saya tadi? Aduh malah ketinggal jauh. Saya ini memang cucu yang tidak baik. Ini pasti karena belum cuci muka deh. Jadi ya malah ketinggalan kan…

--

--