Hit or Miss: Diatur atau Mengatur PowerPoint? Sebuah Diskusi Filosofis (Kritik Bagian 2)

Magic Presentation
3 min readJan 10, 2019
Hit Or Miss Merupakan Rangkaian Tulisan yang Membahas Pro dan Kontra Salindia

Berbagai pendapat mengenai PowerPoint di artikel Widia yang terdiri dari artikel The Conversation, Business Insider, serta pendapat Ratna, Mella Katrina, dan Nuswantoro merupakan preferensi pribadi tentunya. Namun saya mau mengenalkan dua perspektif terkait PowerPoint sebagai media pembelajaran, yakni mengatur dan diatur PowerPoint untuk menjawab subjektivitas tersebut.

Diatur PowerPoint membahas bagaimana PowerPoint sebagai media pembelajaran ternyata memberikan pengaruh dan nilai tertentu terhadap penggunanya, sedangkan Mengatur PowerPoint berarti bagaimana pengguna PowerPoint memberikan nilai dan pengaruh terhadap PowerPoint. Diskusi sederhana yang cukup filosofis ini memiliki kaitan dengan pertanyaan berikut:

“Apakah teknologi bersifat netral atau teknologi memberikan seseorang nilai tertentu?”

Saya mencari dua pendapat, yakni dari Lance Strate (2012) dan David Wiley (2012). Melalui tulisannya yang berjudul If It’s Neutral, It’s Not Technology,” Strate mencoba menjelaskan bahwa teknologi memberikan suatu nilai karena setiap teknologi memiliki bias (tujuan) tertentu yang mampu memengaruhi cara orang dalam berperilaku. Contohnya sendok, alat (teknologi) tersebut mengajari kita cara makan sehingga tangan kita tidak terlalu kotor. Secara tidak langsung, penggunaan sendok memengaruhi cara (budaya) makan kita.

Bagaimana jika fungsi sendok tersebut dinistakan? Seperti atraksi membengkokkan sendok atau lomba membawa kelereng? Strate menyebutnya sebagai penemuan baru (reinvention). Ia menuliskan bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak terelakkan karena teknologi akan selalu mengalami perkembangan fungsi (nilai).

Wiley memiliki pandangan berbeda melalui karyanya yang berjudul Is Technology Neutral? Some Personal Reflections.” Ia menganggap pendapat teknologi membawa nilai (fungsi) itu tidak sesuai karena nilai yang ada pada suatu teknologi diberikan oleh pengguna dan pembuat teknologinya sehingga secara tidak langsung kita mempelajari dan memahami fungsi teknologi tersebut dari orang lain, bukan dari teknologinya.

Contoh sendok menunjukan bahwa pemahaman sendok sebagai alat(teknologi) makan, berasal dari pembuat sendok dan orang lain yang menggunakan sendok sebagai alat makan sehingga sendok sendiri hanyalah alat (teknologi) yang diberikan fungsi (nilai) oleh orang lain. Contoh lainnya adalah handphone yang fungsinya tidak lahir secara otomatis, melainkan kita pelajari dari cara orang memakainya serta bagaimana pembuat handphone menjelaskan fitur-fitur gawai tersebut.

Apakah sendok memiliki fungsi atau kita yang memberikan fungsi pada sendok?

Melalui analogi sendok, saya mencoba menjelaskan bahwa adanya perbedaan pandangan terhadap alat (teknologi) tersebut terkait apakah fungsi (nilai) sendok lahir dari sendok itu sendiri atau lahir dari pemikiran orang lain, baik itu pembuat sendok, pengguna sendok, dan sebagainya. Bagaimana dengan PowerPoint?

Sebagai software yang dulunya ditargetkan untuk pebisnis khususnya konsultan dan wiraniaga (Bent Meier Sørensen, 2015), PowerPoint mengalami perkembangan hingga digunakan juga oleh kalangan akademis. Sørensen mengkritik bahwasannya penggunaan PowerPoint di kalangan akademis tidak cocok karena menjadikan guru seolah-olah wiraniaga yang menjual ilmu dibandingkan membuat murid memahami materi.

Paul Ralph (2017) melalui artikelnya di Business Insider (yang mengutip The Conversation) sependapat dengan Sørensen mengenai PowerPoint. Namun, berbagai pendapat mereka seolah-olah menjadikan fungsi PowerPoint diterima berbagai begitu saja yang saya istilahkan sebagai diatur PowerPoint.

Melalui artikel Widia, saya lebih sepakat dengan pendapat dari Nuswantoro yang tidak menyalahkan PowerPoint, melainkan ia menjadikan PowerPoint sebagai sarana pembelajaran yang membantu proses belajar. Pendapat Nuswantoro, saya istilahkan sebagai mengatur PowerPoint. Menariknya, banyak artikel ilmiah di Indonesia yang membahas beberapa teknik yang dapat memaksimalkan fungsi PowerPoint seperti penggunaan animasi (Ayatullah Selian, 2014), model talking stick (Bela Mardiastuti, 2017), dan beberapa model lainnya.

Saya sepakat bahwa PowerPoint memberikan fungsi (nilai) tertentu yang mengubah cara belajar peserta didik maupun guru, tetapi guru maupun peserta didik memiliki kemampuan lebih untuk mengembangkan fungsi PowerPoint karena software tersebut hanya alat bantu yang fungsinya dapat dikembangkan. #MengaturPowerPoint

Oleh karena itu mengandalkan PowerPoint bisa membuat murid anda bodoh merupakan pendapat yang ngawur tentu, karena beberapa penelitian masih sepakat bahwa software tersebut masih efektif dan mampu meningkatkan hasil belajar. Namun, tidak dipungkiri ada beberapa pendapat yang merasa PowerPoint tidak relevan dalam pembelajaran.

Cetta Adhipurusa

Founder & Project Manager Magic Presentation

— — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — —

Magic Presentation merupakan agensi presentasi yang membantu desain presentasi serta saran terkait metode presentasi yang dilakukan.

Hubungi kami segera melalui Instagram @magic.presentation atau kirimkan permasalahan anda terkait presentasi ke order@magicpresentation.net.

--

--