- tonight with jeno
“sorry, gue kelepasan”
19.05
pukul 7 lebih 5 menit jeno datang di apartemen kamila. kini, ia berada di ruang tamu menunggu kamila yang tengah bersiap. tak lama, terdengar suara hak bersentuhan dengan lantai.
jeno menoleh, ia mendapati kamila yang datang dengan dress berwarna putih gading selutut, rambut panjangnya dibiarkan tergerai, serta polesan make up yang tampak indah diwajahnya.
jeno berdiri, menatap kamila dengan tatapan yang belum pernah kamila lihat.
“eeem, jen, dress gue jelek ya? kalo jelek gue gan—”
“gak, lo cantik” kalimat jeno membuat pipi kamila memanas.
“ayo,” kamila tersentak saat tangannya digenggam oleh jeno. sedangkan jeno, dia pura-pura tidak sadar akan tindakannya.
keduanya sudah berada didalam mobil. entah kenapa, rasanya sangat canggung, kamila benci canggung.
jeno pun tak tahu harus mengajak bicara kamila dengan topik apa, dia pun juga merasakan gugup.
jeno pun menginjak gas pedal dan mobil berjalan dengan kecepatan sedang. hari ini malam minggu, jadi bukan hal aneh jika jalanan dipenuhi oleh kendaraan-kendaraan.
“jen,”
“mil,”
ucap mereka bersamaan saat mobil berhenti karena lampu merah. keduanya saling menoleh, lalu terkekeh canggung.
“lo duluan,” ucap jeno.
“gue...boleh dengerin lagu ngga?”
“oh??boleh boleh, lo bosen ya?” jeno meraih tombol on pada radio mobilnya.
“iya, kayak ngga enak aja gitu”
lagu pertama yang diputar adalah 'at my worst by pink $weat'. mobil pun kembali melaju setelah lampu hijau menyala.
“eeem, jen,” jeno menoleh, “ya?”
“ini acara nikahannya siapa sih? sorry kalo gue kepo”
kamila mendengar suara helaan nafas dari bibir jeno.
“sebelumnya gue minta maaf,” jeno bersuara.
“buat??”
“ini pernikahan mantan gue, mil. dan gue ngajak lo supaya keliatan gue udah muveon dari dia. tapi, kalo lo sakit hati, gue bisa anter lo pulang sekarang”
“eeeh ngga ngga, gue gapapa, gue tadi... cuma kepo aja”
“beneran gapapa?”
“gapapa, jen. em maaf nih gue tanya lagi, lo gamon ya?”
jawab ngga, jen, please
“bukannya gamon, gue cuma belum bisa terima kenyataan aja kalo dia putusin gue gara-gara dia dijodohin. kalo logikanya dia sayang gue, pasti dia nolak dong? tapi ini... dia nerima”
“ya itu namanya lo gamon jeno,”
“masa si? gue tuh cuma gak ikhlas sama waktu gue yang udah gue kasih ke dia, kalo masalah perasaan mah, gue rela rela aja, soalnya udah sering gue liat dia jalan sama cowok lain”
kamila terkejut. bisa-bisanya dia selingkuh dari jeno.
mobil mereka sampai disebuah tempat yang ramai akan orang. kamila memperhatikan sekitarnya dari dalam mobil. bagian luarnya saja tampak megah, bagaimana dalamnya?
“yok, turun” suara jeno menarik kembali kesadaran kamila. dengan cepat ia melepas sabuk pengaman dan keluar dari mobil.
tangan jeno menelusup masuk ke sela-sela jari kamila. kamila menatap jeno yang tersenyum padanya.
“yuk,”
mereka jalan beriringan dengan tangan yang saling menggenggam. tidak ada seorang pun yang bisa menjelaskan bagaimana keadaan jantung jeno maupun kamila saat ini.
mereka sampai didepan sang pengantin. perempuan itu tampak terkejut saat melihat jeno yang datang serta menggandeng tangan perempuan.
“congrast,” ucap jeno menyelamati.
“selamat, ya, semoga langgeng, hehe” ucap kamila.
“jeno, dia siapa?”
“ini? cewek gue, cewek yang bakal temenin gue di pelaminan nanti” bukan hanya sang perempuan yang terkejut, namun kamila juga terkejut.
apa-apaan?
“kamu bohong kan, jen? ngga mungkin kamu tinggalin aku”
“lo bilang apa? gue? ninggalin lo? lo mabok? lo udah nikah, lo udah punya suami”
“ngga, ngga mungkin, jen, lo bercanda kan? bilang iya, jen”
jeno menarik kamila agar berada didepannya. dan dengan cepat, ia menempelkan bibirnya di atas bibir kamila. kamila terkejut bukan main, ini kali pertamanya dia berciuman.
first kiss gue
perempuan itu tampak terkejut dengan apa yang dilihatnya langsung.
jeno menyudahi ciuman itu, lalu dengan lantang ia mengatakan,
“gue gak bercanda,” setelahnya, ia menarik kamila yang masih mencerna semuanya untuk menjauh dari area pelaminan.
keduanya berada di parkiran. kamila masih diam, sedangkan jeno ia tidak tau harus bagaimana.
“mil,”
“kamila??”
“milaa,”
kamila tersentak, seketika ia sadar dan merasakan pipinya memanas seperti dipanggang.
“lo gapapa?”
ya menurut lo???
“g-gapapa”
“sorry kalo gue lan—”
“gausah dibahas, mending kita pulang, yuk” kamila bergegas untuk masuk kedalam mobil terlebih dulu.
mobil menjadi semakin panas. bukan, bukan karena ac, hanya saja rasa canggung yang membuatnya merasa panas.
“ini masih sore, lo mau langsung pulang?” tanya jeno saat mobil berhenti di lampu merah.
kamila melihat arloji ditangannya, masih jam setengah 9. di apartemen juga ia sendiri.
“kalo makan dulu, boleh?”
“drive thru?”
“boleh”
jeno tersenyum, lalu kembali melajukan mobilnya saat lampu hijau menyala.
keduanya membeli 1 burger dan 1 kaleng cola saja. keduanya makan dengan tenang. namun, tiba-tiba kamila tersedak. ia ingin mengambil minumnya sendiri, ternyata minumannya sudah habis.
“minum ini,” jeno menyodorkan kaleng colanya yang sudah ia minum.
sebenarnya kamila ragu, tapi karena genting, ia langsung meminumnya. jeno mengelus-elus punggung kamila.
“hati-hati dong, mil”
kamila menatap jeno. mata keduanya bertemu. ada sedikit saos yang comot diarea bibir kamila. tangan jeno terulur untuk menghapus saos itu.
namun, di jarak yang begitu dekat, keduanya sama-sama bisa merasakan nafas mereka masing-masing.
jeno sedikit memajukan wajahnya hingga bibir mereka bertemu untuk yang kedua kalinya. kamila bisa melihat jeno memejamkan mata bak menikmati ciuman ini. maka, dengan keberanian yang kamila punya, ia menggantungkan tangannya dileher jeno dan ia juga turut memejamkan mata.