The Real Home

okavodate
3 min readMar 2, 2023

--

Acara housewarming yang diadakan di apartement Keen dan Millie telah usai. Kini mereka berdua sedang membersihkan diri masing-masing setelah sebelumnya mereka merapikan kekacauan yang ada di ruang tengah apartement mereka. Acara yg dimulai sejak pukul 1 siang itu berakhir hingga pukul 8 malam lebih.

Berkumpulnya dua keluarga, keluarga Keen dan Millie. Tak disangka pertemuan kedua kalinya ini semakin mengakrabkan kedua belah pihak. Saudara Millie bahkan terkesan menyukai Keen yang memang sangat pandai bergaul dengan orang baru, itu keahliannya. Tak jarang keponakan Millie lebih memilih untuk meminta bantuan pada “om Keen” dibandingkan pada Millie, pamannya sendiri.

Pada kumpulan ini juga mereka juga membahas segala hal yang berhubungan dengan kondisi papi Millie, baik itu tentang terapi dan kelanjutan dari kepemimpinan perusahaan. Pembahasan tentang tempat tinggal sementara pun dibahas kembali, bersama-sama kali ini. Tak hanya pihak lelaki yang tahu tapi juga semua pihak.

Millie keluar kamar mandi dengan senyum di wajahnya ketika melihat Keen yang sudah memakai pakaian rumah dan tidur di sisi ranjangnya, sebelah kiri. Sejak hari pertama mereka pindah ke apartement mereka sudah menentukan posisi tidur di atas ranjang, maksudnya hanya sisi tempat mereka tidur bukan yang lain.

“Sini,” ucap Keen menepuk sisi kanan ranjang yang kosong

Millie langsung mengambil posisi, mengistirahatkan kepalanya pada tangan kanan Keen yang merentang di area tempatnya tidur. Millie melesakkan tubuhnya, meletakkan tangannya pada dada bidang Keen. Sedang Keen melingkarkan tangan kirinya pada pinggang Millie.

“Wangi terus,” ucap Keen setelah ia menghirup wangi rambut Millie yang ada dalam pelukannya.

“Ya orang abis keramas,”

“Oh barusan keramas toh, pantes lama banget mandinya,”

“Yang lama tuh ngeringin rambutnya. Mandinya cepet,” jelas Millie.

Keen tak memberikan respon, ia hanya mengangguk dan sekali lagi menghirup wangi rambut Millie. Kemudian bergantian dengan mengendus pelipis kekasihnya itu. Millie hanya tersenyum pada tiap tingkah laku Keen.

“How are you today, Miyii?” tanya Keen kemudian.

“Aku capek beres-beres tapi aku happy banget Kikin” jawabnya dengan senyum yang jelas terpatri di wajah elok Millie.

“What’s the reason, hm?” tanya Keen mencuri kecupan di kening Millie.

“Akhirnya apartemen ini udah ada bentuknya setelah beberapa hari ini masih berantakan. Aku juga happy soalnya acara housewarming 2 hari ini seru. Aku juga happy karena tadi kita ada bahas tentang papi dan lainnya. Dan yang paling bikin happy sekarang kalo pulang ada kamu,” jelas Millie yang lagi-lagi menunjukkan wajahnya dengan penuh senyuman. Keen yang menatapnya tak dapat menahan deru di dadanya, bagaimana bisa laki-laki yang ada dalam pelukannya ini terlihat begitu tampan dan cantik secara bersamaan.

“Kenapa ngeliatin doang siihh Kikin. Kasih respon dong,” ucap Millie mendayu.

“Eh maap maap, lagian cakep banget dah kamu gila,”

“Dih apaan sih, random banget kamu,”

“Serius deh Mill. Gatau kenapa ya sekarang aku betah banget ngeliatin kamu. Cantik, ganteng, manis, lucu, gemes kamu borong semua. Gimana gak jungkir balik aku,” Keen berkata tanpa menyadari bahwa pipi MIllie sudah memanas.

“Udah ah, respon omongan aku aja,” ucap Millie sembari menepuk dada Keen yang sedari tadi ia jadikan sandaran untuk kepalanya.

“Oke oke siap bos gausah mukul dong,” Keen menahan tangan Millie yang ingin memukulnya sekali lagi.

“Aku juga bahagia liat kamu happy kayak hari ini. Aku jauh lebih bahagia karena kamu mau tinggal bareng aku. Kayak apa ya dut, seneng aja kamu mau makin deket sama aku. Dan jadi makin happy pas tau kamu juga happy karena liat aku di rumah kita ini,” tambah Keen sembari memeluk Millie yang kembali menelusupkan kepalanya pada perpotongan dada Keen.

Mereka tak saling menatap namun keduanya tau perasaan masing-masing tak ada yang membohongi. Semuanya begitu jujur saat keduanya mengumandangkan rasa bahagia akan kehadiran masing-masing di rumah baru mereka.

--

--