Lupa Juga Butuh Tenaga

Semakin ingin hilang, semakin membekas

Pandu Putra
2 min readSep 13, 2020

Jika di kehidupan sehari-hari, melupakan sesuatu yang sepele itu wajar. Namun hal itu tak berlaku pada kenangan yang membekas di otak. Melupa bahkan menjadi hal yang akan menghabiskan tenaga lebih dari mengingat rumus trigonometri.

Hampir setahun ke belakang diriku yang absurd ini menghabiskan tenaga untuk melupa. Lelahnya bukan main. Kadang sejenak merenung, menggali kepingan-kepingan ingatan masa lalu, apakah aku di masa lalu pernah berulah jahat, hingga saat ini terwujud menjadi sebuah karma yang berjudul “jangan lupa”.

Semakin penasaran, ku putuskan untuk membaca beberapa tulisan yang berkaitan dengan kegiatan melupa. Berharap akan menemukan titik terang dari kegiatan melelahkan ini. Benar saja, setelah berparagraf-paragraf tulisan, otakku yang semenjana ini akhirnya mendapat kesimpulan.

Sebenarnya, kita tidak pernah benar-benar melupakan suatu hal yang penting. Kita hanya menyimpannya pada slot memori kita, lalu menguncinya, dan kemudian memilih untuk tidak membukanya. Namun yang sebenarnya ingatan itu amerta, tersusun rapi dalam otak.

“Sepanjang sejarah manusia, manusia hanya mengingat hal-hal yang benar-benar penting dan melupakan sisanya.” — Viktor Mayer-Schönberger

Jika saat ini kita tidak dapat melupakan kenangan yang membekas pada kita, artinya kita masih menganggap kenangan itu penting untuk kita. Kita bukan tidak bisa melupa, hanya saja masih belum siap untuk menyimpannya pada slot “tak harus dikunjungi” otak kita.

Ya, selagi menunggu untuk siap akan hal itu, yang bisa kulakukan hanya menikmati kegiatan melelahkan ini.

--

--

Pandu Putra

An (ex) t̶r̶a̶ordinary person who writes down his 𝘬𝘰𝘬𝘰𝘳𝘰