Case Study UI/UX : Jago Last Wish

Panji Saputro
7 min readOct 24, 2021

--

Jago LastWish UI

Sebelum mulai

Proyek ini merupakan bagian dari UI/UX Training Program yang diadakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan Skilvul dan Bank Jago sebagai Challenge Partner. Saya tidak bekerja atau diikat dalam kontrak professional oleh Bank Jago.

Apasih Jago Last Wish itu?

Bank Jago yang merupakan partner dari skillvul menginginkan kami membuat satu fitur baru pada Bank Jago yaitu “Last Wish”. Mungkin kedengeran agak serem, tapi tidak seperti yang dibayangkan. Fitur baru yang diinginkan bank Jago yaitu adalah fitur membuat asuransi jiwa (Last Wish). Kenapa? karena kembali pada prinsip Bank Jago, yaitu berprinsip kepada keseharian pengguna.

Diakhir virtual internship saya di Skillvul, Rdzkday selaku mentor menugaskan kami untuk membuat UI/UX Case Study. Diawal pengerjaan kami membentuk sebuah tim dengan Cakra Bhirawa dan yayan.

Role : UI/UX Designer
Scope : user-flow, wireframe, design system, mock-up, prototyping, dan usability testing

Problem

Data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia menunjukkan, baru 6,5 persen penduduk Indonesia yang terlindungi dengan asuransi jiwa. Literasi dan inklusi layanan jasa keuangan, khususnya asuransi, perlu terus ditingkatkan agar semakin banyak masyarakat yang dapat memetik manfaat jasa asuransi jiwa.

Design Proses

Untuk proses pembuatan Jago Last Wish kami menggunakan Design Thinking kenapa? Karena Design Thinking merupakan framework yang sering digunakan dalam membuat desain produk. Selain itu Design Thinking juga merupakan proses desain yang non-linear, jadi kami bisa memulai sesuai dengan kebutuhan produk yang sedang kami kembangkan.

Design thinking process (ilustrasi: Idus)

Empathize

Berdasarkan permasalahan yang ada, serta dengan waktu yang terbatas saya akan bercermin pada diri ketika mendengar kata asuransi.
1. Tidak tahu benefit dan manfaat, karena kebanyakan asuransi menelefon calon nasabahnya.
2. Harga premi memberatkan calon nasabah
3. Ribet, karena asuransi jiwa mewajibkan Medical Check Up (MCU)
4. Masalah kesehatan, karena ada beberapa penyakit yang membuat calon nasabah tidak bisa memiliki asuransi jiwa
5. Tidak tahu keunggulan asuransi tersebut

Define

Pada tahap ini kami mendefinisikan permasalahan yang user hadapi ketika ingin membuat sebuah asuransi, khususnya asuransi jiwa. Setelah memberikan vote How Might We yang kami pilih adalah
“Syarat dan ketentuan simple dan gampang dipahami bisa berbentuk; gimmick, animasi, komik, video, lagu(?), dll.”

Seletah selesai tahap How Might We kami melanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu ideate.

Ideate

Pada tahap ideate atau ideasi terdapat 2 tahapan, tahapan pertama yaitu membuat solution idea dari How Might We yang sudah kita buat lalu dimasukkan kedalam Affinity Diagram.

Pada tahap ini kami mengelompokkan 5 hal yaitu; pengelolaan komitmen, gamifikasi, otomasi, menghitung pembayaran bulanan, dan simplifikasi.

Setelah itu kami membuat prioritization idea, dimana ide-ide yang sudah kita buat kami kelompokan kembali kedalam matriks 2x2. Matriks ini berguna untuk melihat kembali mana ide yang harus di kerjakan terlebih dahulu atau yang bisa dikesampingkan sesuai dengan user value serta effort yang dibutuhkan oleh tim developer.

Setelah mengelompokkan dalam prioritas ide, masing-masih orang diberikan 2 vote untuk memilih ide yang harus dikerjakan paling pertama. Pada pemilihan ide yang dilakukan ada 2 ide yang menjadi pilihan kami yaitu:

  1. Membuat tampilan syarat dan ketentuan yang menarik
  2. Menampilkan informasi terkait total pencairan dana asuransi ini jika sudah dibayar x bulan

Setelah menentukan ide yang menjadi prioritas kami selanjutnya kami membuat crazy 8’s dimana kami membuat wireframe.

crazy 8’s

Pada tahap crazy 8’s yang ingin saya berikan adalah alur dari pembuatan Last Wish itu sendiri mulai dari masuk awal welcome screen, pembuatan Last Wish hingga klaim last wish dengan mudah.

User Flow

Userflow pertama pada tahap pembuatan Last Wish

Pada tahap yang sama, rekan tim saya Cakra berinisiatif untuk melakukan sebuah research dengan metode in depth interview, kenapa? karena pertanyaan kami selalu kembali ke awal. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, Design Thinking ini bersifat non-linear jadi kami sedikit kembali ke tahap emphetize yang pertujuan mempermudah kami untuk melihat apa yang user butuhkan.

Menariknya adalah proses yang sudah kita buat pada tahap define dan ideate masih relevan meskipun ada sedikit perubahan, dan kami mendapatkan insight baru dari mini research yang dijalankan oleh Cakra. Karena saya juga mendapatkan insight baru mengenai kebutuhan user, saya berinisiatif untuk membuat user flow berdasarkan kegiatan yang user ingin lakukan sesuai dengan permasalahan yang didapatkan.

user flow Jago Last Wish

Setelah saya mencoba membuat user flow per task, saya kembali berdiskusi ke tim untuk menjelaskan apa yang saya buat serta kelebihan menggunakan user flow yang detail dan tim menyetujui menggunakan user flow yang baru.

Wireframe

wireframe pertama, serta user flow

Wireframe sangat membantu untuk mengembangkan ide, dan tentu saja wireframe bisa digunakan semua, sebagian atau tidak digunakan sama sekali.

UI Style Guide

Ini adalah tahap yang saya tunggu, yaitu membuat UI Style Guide kenapa? karena menurut saya tahap ini yang akan memberi impact yang cukup besar dalam konsistensi desain. Membuat UI Style Guide dimulai dari memilih warna dasar, netral, warning, danger, sukses dan info. Kemudian membuat beberapa font style, button, form, header dan lain lain.

UI Style Guide Tim 5

Setelah membuat beberapa UI Style Guide tidak lupa juga untuk memasukannya kedalam komponen agar bisa digunakan terus menerus dan tentu saja membuat hasil desain lebih konsisten.

Membuat User Interface

Setelah membuat wireframe kemudian membuat ui styleguide selanjutnya kami masuk ke tahap pembuatan user interface. Pada tahap ini masing masing dari kami membuat user interface sesuai dengan wireframe yang sudah kami buat sebelumnya. Karena sebelumnya kami sudah membuat UI Style Guide tahap ini terbantu cukup signifikan, karena desain kami menjadi konsisten.

Beberapa contoh User Interface yang saya buat

Beberapa user interface yang saya buat terinspirasi dari Bank Jago itu sendiri, dari aplikasi sejenis maupun aplikasi yang tidak sejenis. Tujuan menggunakan aplikasi lain adalah untuk memberi insight lain dan memberikan satu fitur yang mungkin belum ada dari Bank Jago itu sendiri. Setelah selesai membuat user interface, kami menjelaskan singkat tentang user interface yang dibuat. Proses ini memakan waktu hingga 4 minggu, karena proses cukup lama maka semakin banyak ide yang masuk dan bisa diterapkan. Sehingga ada beberapa user interface yang memiliki alternatif lain. Karena ada beberapa desain yang sama jadi kami memilih user interface mana yang akan digunakan untuk tahap selanjutnya yaitu prototyping.

Prototyping

Setelah tahap pembuatan user interface, selanjutnya adalah membuat prototype. Prototype adalah proses dimana user interface diberikan sentuhan animasi dan dibuat seakan-akan aplikasi itu sudah berjalan atau sudah dapat berinteraksi. Pada tahap ini saya juga mencari inspirasi dari aplikasi lain yang memiliki animasi yang menarik untuk diimplementasikan.

Jago Last Wish

Gimana pendapatmu tentang prototyping tim kami? mungkin masih jauh sedikit banyak kurangnya, itulah mengapa pada tahapan selanjutnya adalah kami menguji secara keseluruhan fitur yang kami buat pada Jago Last Wish.

Testing

Setelah menempuh proses yang cukup panjang, dari awal menerima brief hingga membuat prototyping tiba saatnya untuk melakukan test terhadap user. Sebelum melakukan In Depth Interview kami membuat beberapa pertanyaan dan task-task yang harus dilakukan oleh user pada saat Usability Testing. Kami mewawancara 4 orang yang bersedia untuk meluangkan waktunya untuk kami wawancara mengenai desain kami serta memberikan feedback.

Photo by Maranda Vandergriff on Unsplash

Karena situasi masih dalam keadaan pandemi kami melakukan interview secara daring, dan kami meminta user menggunakan 2 device yang berbeda untuk tangkapan layar ponsel dan wajah user. Kami hanya memberikan instruksi tanpa petunjuk, jadi user yang mengeksplorasi sendiri prototyping yang sudah kami buat.

Setiap task kami berikan pertanyaan bagaimana experiencenya dan karena kami juga menggunakan Single Ease Question kami menanyakan skor dari task yang dijalankan. Hampir setiap user memberi feedback demikian:

  • Bisa ditambahkan dompet digital untuk metode pembayaran
  • Pengenalan asuransinya bisa di letakkan di bagian depan

Kesimpulan

Secara keseluruhan, alur dari Jago Last Wish sudah cukup mudah untuk digunakan, namum ada beberapa hal yang harus ditingkatkan agar lebih baik lagi. Penggunaan yang terlalu mudah juga dapat membuat user menjadi ragu-ragu. Sayangnya dari semua user yang kami interview hanya beberapa yang tertarik untuk membuat, selebihnya masih ingin mempelajari terlebih dahulu.

Rekomendasi

Berikut adalah beberapa rekomendasi yang belum ada difitur Jago Last Wish dan lebih baik jika ada, diantaranya:

  • Proses pembayaran transfer secara manual
  • Proses status klaim Last Wish untuk diri sendiri maupun penerima manfaat, jadi user bisa mengetahui sejauh mana proses klaim
  • Follow-up proses klaim yang dilakukan oleh Jago Last Wish
  • Proses klaim penerima manfaat Last Wish yang tidak memiliki akun Bank Jago

Penutup

Setelah kurang lebih 3 bulan menjalani virtual internship ini, banyak sekali pengalaman baru di dalan UI/UX Design tentunya. Dan juga saya ingin berterima kasih ke Mas Rdzkday selaku mentor yang selalu setia menjawab pertanyaan kami. Saya juga ingin berterima kasih kepada mas Cakra dan mas Yayan, kalian luar biasa.

Ada pepatah mengatakkan:

UX Designer are student forever

Karena setiap hari muncul problems, tools beserta use case baru. Bagaimana bisa catch up nya kalo tidak terus belajar.

Terima Kasih telah membaca Studi Kasus saya, jika ada feedback dari teman-teman silahkan tuliskan komentar dibawah. Jika berkenan bisa berkunjung ke Linkedin saya, sekali lagi terima kasih!!!

--

--