Tutu.
2 min readSep 7, 2023

"Jadi, ada keperluan apa kamu?" tanya Gabri, nadanya terdengar ramah tapi tidak dengan wajah yang ditunjukkan antara kesal bercampur panik.

"Gab, gue tau ini terlambat, tapi please maafin gue ya?" ujar Nala, tangannya sudah terkatup didepan. Matanya berbinar meskipun sedang sedih.

"Maaf untuk apa Nal? Itu udah masa lalu."

"Gue nggak mau lo marah, sekesel ini sama gue sampai ngebahas masa lalu. Katanya dulu tapi kok lo tega bahas di chat sih Gab? Gue minta maaf." ucap Nala menyesal.

"Udah ya, nggak papa." tukas Gabri, melunakkan ekspresinya. Untuk apa ia harus marah kembali? Padahal yang dahulu biarlah berlalu kan?

"Jefri ternyata lagi deket sama temen rekannya Gab." ucap Nala, ia mulai berkaca. "Gue nggak tau, apa ini karma buat gue karena jahatin lo dulu. Gue speechless, gue nggak nyangka Jefri bakal gitu ke gue."

"Oh Jefri main belakang? Saya pernah baca dan mengutip dari sana bahwa karma itu hukum sebab-akibat, ada aksi dan ada reaksi. Jika berbuat baik, maka akan mendapat balasan baik, jika berbuat buruk maka akan mendapatkan balasan buruk juga." menjeda kalimat, ingin melihat ekspresi Nala. "Sesuai dengan pola yang dipaparkan Law of Affection atau biasa disebut hukum tarik menarik dan hukum tabur tuai." tutur Gabri sambil tersenyum tipis.

"Saya tidak apa-apa sekarang, sudah memaafkan kamu. Mungkin perbuatan kamu yang juga main belakang waktu itu berimbas pada kamu saat ini. Tapi, perlu diingat, kamu nggak perlu menyalahkan diri sendiri, fokus saja sekarang memperbaiki diri." nasihat Gabri. Nala menangis, ia sesegukan, tentu saja Gabri bingung, ingin memeluk tapi takut ada yang melihat.

"Gab.. gue nggak tau kenapa... gue sesayang itu sama Jefri tapi kalau misalnya bener dia ngejalin hubungan sama Bagas gue nggak tau harus percaya sama siapa lagi, secara dia orang yang sering nampung cerita gue sama Jefri." Nala berkata lirih, Gabri menjadi tidak tega.

"Kamu langsung temui Jefri, minta penjelasan langsung pada dia. Seperti yang saya bilang, jangan pernah melibatkan orang ketiga di hubungan komunikasi kalian." ucap Gabri, "Ya, walaupun saya juga bukan orang sempurna yang selalu paham tentang kehidupan. Tapi, semoga saran saya diterima karena saya baru saja mengalaminya."

"Biasanya dulu pas sama lo, kan Gabri yang nyamperin gue terus lo tiba-tiba minta maaf padahal gue yang salah." ujar Nala, ia menghapus airmatanya. Mulai tersenyum.

"Nala, meminta maaf itu bukan berarti salah dan kalah. Itu sebuah ucapan sopan yang seharusnya orang sadar bahwa kata maaf dan terimakasih adalah basic penting yang kadang dilupakan."

"Tapi, gue nggak tau harus gimana Gab?"

"Sekarang temui Jefri." tukas Gabri tegas. "Dan kamu jangan temui saya lagi ya, takutnya pasangan saya marah. Ponsel saya sudah beberapa kali bergetar, saya izin cek ponsel dulu,"