Bukan pohon tapi Fitoplankton
Oksigen menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan di bumi. Keberadaan oksigen ini berguna untuk menjaga keberlangsungan hidup para penghuni bumi. Sebagaimana yang kita ketahui, oksigen sendiri merupakan salah satu hasil dari fotosintesis, yakni proses yang dilakukan tumbuhan untuk mengubah sinar matahari menjadi makanan atau energi bagi tumbuhan. Akan tetapi, tidak banyak yang mengetahui ternyata penghasil oksigen terbesar di Bumi bukan pohon, melainkan mikro-organisme kecil lautan yang bernama fitoplankton.
Penelitian dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan bahwa fitoplankton dapat menghasilkan sekitar 50–85 persen oksigen bumi per tahun, sedangkan tanaman (pohon) hanya menghasilkan sekitar 20 persen. Alasan fitoplankton dapat menghasilkan lebih banyak oksigen daripada pohon adalah karena luasnya lautan. Rasio luas permukaan laut terhadap luas daratan adalah 70:30, artinya 70 persen permukaan bumi adalah lautan. Serta didukung dengan fakta bahwa fitoplankton ditemukan di mana-mana di permukaan lautan, dari daerah tropis, subtropis hingga kutub.
Mengenal Fitoplankton
Fitoplankton secara etimologi diambil dari istilah Yunani, phyton atau “tanaman” dan planktos berarti “pengembara” atau “penghanyut”. Sebagian besar fitoplankton berukuran terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Akan tetapi, ketika berada dalam jumlah yang besar, mereka dapat tampak sebagai warna hijau di air karena mereka mengandung klorofil dalam sel-selnya, walaupun warna sebenarnya dapat bervariasi untuk setiap spesies fitoplankton karena kandungan klorofil yang berbeda beda atau memiliki tambahan pigmen. Fitoplankton memperoleh energi melalui proses yang disebut fotosintesis, sehingga mereka harus hidup di permukaan laut, danau, atau badan air lainnya. Selain menghasilkan banyak oksigen. Kemudian fitoplankton adalah plankton yang autotrof. Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Organisme autotrof berfungsi sebagai produsen, sehingga menjadikannya dasar dari sebagian besar rantai makanan di ekosistem laut dan air tawar. Adapun habitat fitoplankton yaitu permukaan laut, danau, atau badan air lainnya.
Fitoplankton dan Kerusakan Ekologi
Aktivitas manusia merupakan ancaman terbesar terhadap ekosistem laut, seperti industri pertanian, pabrik dan perkotaan yang membuang limbah-limbah yang tidak diolah langsung ke perairan. Sudah tidak dapat dipungkiri berapa lama dan banyaknya limbah industri yang masuk ke ekosistem perairan di muka bumi. Begitu pula dengan sampah baik makro dan mikroplastik maupun dengan sampah jala ikan nelayan. Tentu saja hal ini memberi sangat banyak dampak negatif ke ekosistem laut seperti populasi ikan, fitoplankton dan rusaknya terumbu karang.
Dampak kerusakan laut terhadap fitoplankton dapat sangat signifikan dan berdampak pada ekosistem laut secara keseluruhan. Kerusakan ekosistem laut dapat mengganggu populasi dan distribusi fitoplankton dengan beberapa cara. Pertama, peningkatan suhu dan perubahan iklim global dapat menyebabkan perubahan pola aliran air laut, termoklin, dan perubahan siklus stratifikasi air. Hal ini dapat mengubah ketersediaan nutrisi dan kondisi fisik di laut, yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelimpahan fitoplankton. Selain itu, polusi dan limbah yang dibuang ke laut dapat mencemari air laut dan mempengaruhi kualitas air. Polutan seperti pupuk, pestisida, dan limbah industri dapat memicu pertumbuhan alga berlebihan atau eutrofikasi. Fenomena ini dapat mengakibatkan ledakan populasi alga, termasuk fitoplankton, yang dikenal sebagai Algal bloom. Algal bloom yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan kualitas air, penurunan oksigen, dan bahkan toksisitas bagi organisme lain di laut.
Perubahan dalam kelimpahan dan komposisi fitoplankton juga dapat mempengaruhi rantai makanan laut. Jika populasi fitoplankton menurun, maka akan ada efek domino pada organisme yang bergantung pada mereka sebagai sumber makanan. Zooplankton, yang merupakan konsumen utama fitoplankton, juga akan mengalami penurunan populasi. Ini dapat berdampak pada ikan dan hewan laut lainnya yang bergantung pada zooplankton sebagai sumber makanan mereka. Dengan demikian, kerusakan fitoplankton dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dan keanekaragaman hayati dalam rantai makanan laut.
Selain itu, fitoplankton juga berperan penting dalam siklus karbon global. Mereka menyerap karbon dioksida (CO2) dari atmosfer melalui proses fotosintesis, sehingga membantu mengurangi dampak gas rumah kaca dan perubahan iklim. Jika populasi fitoplankton terganggu atau menurun, kemampuan mereka untuk menyerap CO2 juga akan terpengaruh, menyebabkan peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer.
Penting untuk memahami bahwa fitoplankton tidak hanya penting bagi kehidupan laut, tetapi juga bagi manusia. Fitoplankton menghasilkan sekitar setengah dari oksigen di atmosfer yang kita hirup dan berperan dalam siklus air dan keseimbangan ekosistem global. Selain itu, fitoplankton juga merupakan sumber utama nutrisi bagi manusia melalui konsumsi ikan dan produk perikanan.
Mari Lindungi Fitoplankton, Sumber Kehidupan Laut dan Bumi
Fitoplankton adalah organisme mikroskopis yang berperan krusial dalam ekosistem laut dan juga berkontribusi penting terhadap keseimbangan ekosistem global. Namun, mereka semakin terancam oleh berbagai faktor yang mengganggu keberlanjutan hidup mereka. Kita perlu mengambil tindakan sekarang untuk melindungi fitoplankton, karena keberadaan mereka berdampak pada kita, makhluk hidup lainnya, dan planet Bumi secara keseluruhan.
Pertama, mari kita kurangi polusi dan limbah yang mencemari laut. Setiap hari, jutaan ton limbah, pupuk, pestisida, dan bahan kimia lainnya dibuang ke lautan, mengganggu kualitas air dan meracuni fitoplankton. Dengan mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya, mendaur ulang, dan membatasi pembuangan limbah ke laut, kita dapat memberikan lingkungan yang lebih bersih bagi fitoplankton dan organisme laut lainnya.
Selanjutnya, penting bagi kita untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan perubahan iklim. Peningkatan suhu laut yang disebabkan oleh perubahan iklim dapat mengganggu siklus hidup fitoplankton. Selain itu, perubahan suhu air juga dapat mengganggu stratifikasi air, yang dapat menghambat akses fitoplankton terhadap nutrisi dan sinar matahari. Dengan mempromosikan energi terbarukan, mengurangi emisi karbon, dan mendukung kebijakan iklim global yang berkelanjutan, kita dapat membantu melindungi habitat fitoplankton.
Perlu juga disadari bahwa penggunaan pupuk dan pestisida di sektor pertanian dapat mengalir ke sungai dan akhirnya mencemari lautan. Kita dapat berkontribusi dengan memilih produk-produk pertanian yang ramah lingkungan dan mendukung praktik pertanian berkelanjutan yang meminimalkan penggunaan bahan kimia berbahaya.
Selain itu, mendukung pengelolaan perikanan yang berkelanjutan juga penting dalam menjaga keberlanjutan fitoplankton. Penangkapan ikan berlebihan dan overfishing mengganggu rantai makanan laut, termasuk ketersediaan makanan bagi fitoplankton. Dengan mematuhi ukuran tangkapan yang tepat, membatasi penangkapan ikan yang terancam punah, dan mendukung penegakan hukum perikanan yang ketat, kita dapat membantu menjaga keseimbangan dan keberlanjutan ekosistem laut.
Terakhir, penting bagi kita untuk terus mempelajari dan menyebarkan kesadaran tentang pentingnya fitoplankton. Dengan memahami peran mereka dalam siklus karbon, produksi oksigen, dan sebagai dasar rantai makanan laut, kita dapat menghargai betapa pentingnya perlindungan mereka. Mari edukasi diri sendiri, berbagi informasi dengan orang lain, dan mendukung upaya penelitian dan konservasi yang fokus pada fitoplankton.