What He Hates, I Hate It Too

Dodoo
5 min readMar 29, 2024
©Pinterest

Jantung Adam terus berdegup cepat. Ia berlari dengan emosi memuncak akibat kabar yang ia dengar dari Yulius.

Beraninya menyentuh Keihl-nya. Siapapun laki-laki itu, Adam akan habisi dia di tempat. Tak ada kata ampun.

Dengan nafasnya yang masih tersengal, Adam akhirnya sampai di parkiran Fakultas Industri Kreatif. Di sana, ia melihat dua wajah familiar serta satu wajah asing tengah beradu argumen. Tanpa perlu buang waktu lebih lama, Adam menghampiri ketiganya dan langsung saja mendorong laki-laki asing itu sampai tersungkur di aspal keras.

“ANJING! SIAPA LO!?”

Laki-laki itu mengaduh, tapi perhatian Adam jatuh sepenuhnya pada Yulius dan Elouie saja.

Kening Adam mengerut kala netranya menangkap bekas merah nyalang pada pipi kanan Elouie. Tanda bahwa bajingan itu menampar pipi Elouie keras sampai meningalkan bekas. Ia lebih terkejut lagi saat melihat sudut bibir Yulius yang berdarah, seperti robek. Ada ruam merah di daerah sekitar wajahnya juga. Jelas itu adalah bekas sebuah pukulan.

Tubuh Adam terasa panas. Darahnya seolah dibuat mendidih. Adam tak bisa menyembunyikan emosinya. Habis sudah bajingan itu. Hari ini, dia mati.

Adam dengan cepat memutar tubuhnya. Matanya menatap nyalang penuh amarah. Ia melihat laki-laki itu sudah kembali berdiri dengan wajah penuh seringai.

“Ini juga bodyguard lo, El? Gila. Lo ngeluh ke gue tentang temen-temen gue tapi liat diri lo sendiri. Oh? Apa bukan cuma sekedar temen?”

“Jaga ucapan lo, Bang. Gue gak serendah itu!” Bela Elouie tidak terima dirinya di fitnah.

Who knows? Kita jarang ketemu, bisa aja karena lo yang selalu kesepian, lo cari orang lain supaya ‘kesepian’ lo hilang.”

“FIGO!”

“APA EL!?”

Figo hendak mendekati Elouie lagi, tapi Adam sudah mencengkram lengannya terlebih dahulu.

“Maju satu langkah lagi, gue habisin lo di sini sekarang juga.”

Ancaman itu bukanlah bualan semata. Yulius yang berada di sana tau benar bahwa Adam bukanlah tipe orang yang bermain dengan ucapannya. Ia takut jika Adam terus diprovokasi maka hal buruk akan terjadi.

“Gak usah ikut campur. Lo mau gue bikin babak belur juga!?”

“Jangan sombong dulu. Gue dorong sedikit aja lo udah tersungkur.”

Figo tertawa sinis. Ia menatap Adam tidak suka. Begitupun sebaliknya. Adam sudah benar berada diujung emosinya. Orang seperti Figo adalah tipe yang paling ia benci.

“You better fight good. Cause I can knocked you out with one punch.” Ucap Figo penuh arogan.

Adam merasa tertantang. Seringai tengil Figo membuat ia jengkel. Adam hampir tersulut jika saja Elouie tidak menghentikannya terlebih dahulu.

Laki-laki bertubuh lebih kecil itu menepuk bahunya seraya berkata, “Ini urusanku, Adam. Jangan terlibat.”

“But he hurts you and Yulius. Both of you are my friends. That makes it my problem too.”

“Aku bisa handle ini sendiri.”

“Aku tau kamu bisa. Tapi kalau ngebiarin kamu nyelesain sendiri dengan berakhir memar lain di tubuh kamu, aku gak akan mundur, Keihl.”

Adam yang bersikukuh membuat Elouie kehabisan kata untuk membalas. Ini masalahnya dengan Figo. Tidak seharusnya ada orang lain yang terlibat. Apalagi setelah Yulius terluka karena melindunginya. Elouie tidak mau ada orang lain yang dirugikan.

Ia harus mencari cara agar tidak ada perkelahian fisik yang terjadi. Tapi apa yang harus dilakukannya? Dua orang yang sedang berseteru itu sudah sangat siap untuk menyerang satu sama lain.

“PAK ITU PAK! YANG ITU YANG MUKUL!”

Sebuah teriakan kencang mengalihkan perhatian mereka semua. Tak jauh, terlihat Emilio dan Frans bersama dengan dua orang sekuriti kampus.

“Itu, Pak! Yang baju biru tuh yang mukul duluan!” Emilio menunjuk ke arah Figo.

“Mukul temen saya tuh, Pak! Parah banget, bawa ke prodi aja biar disidang, Pak!” Tambah Frans juga.

Teriakan itu membuat Figo membulatkan mata. Melihat adanya sekuriti kampus yang dibawa Emilio dan Frans, dirinya seakan dibuat sadar bahwa ia masih berada di lingkungan kampus. Terlalu tersulut emosi membuatnya lupa dimana kakinya berpijak sekarang. Seketika tubuhnya langsung menegang. Keringat dingin keluar dari pelipisnya. Figo tidak mau terkena sanksi apapun, apalagi di semester terakhirnya.

“Sebentar, Pak! Mereka juga bawa! Yang ribut disini bukan cuma saya!”

Figo protes ketika ia hendak dibawa pergi oleh sekuriti kampus.

“Yang berhak sidang kamu pihak prodi. Tugas saya amanin mahasiswa yang bermasalah saja.” Jelas salah satu sekuriti bernama Danu, kemudian ia dan rekannya kembali membawa Figo pergi dari TKP untuk diserahkan pada BK. Tentu saja dengan susah payah karena Figo yang terus protes dan memberontak. Lagi, ia juga mengeluarkan beberapa sumpah serapah kepada Elouie selagi diseret pergi.

Begitu ketiganya sudah tidak terlihat, barulah Elouie bisa benar-benar bernafas lega. Kakinya yang lemas membawa tubuhnya jatuh dalam sekejap. Jujur saja, mulai dari saat Figo mencengkram tangannya kuat beberapa menit yang lalu, ia sudah merasa ketakutan. Saat terkena tamparan keras pun, ia terlalu tercengang sampai otaknya lambat memproses rasa sakit. Elouie mungkin saja akan mendapatkan sebuah tamparan lagi kalau saja Yulius tidak datang untuk mencegah.

“Are you okay, Keihl?”

Adam ikut berjongkok. Terlihat sangat khawatir. Kedua tangannya sudah berlabuh pada pipi Elouie yang lembut. Mengusapnya perlahan seraya meringis kecil.

“Ini harus di kompres. Nanti bisa bengkak.”

“Aku gak papa, Adam. Nanti aku kompres di rumah.”

Are you really okay? Pipi kamu merah banget. Gak mungkin gak sakit.”

I’m fine. Really. Aku lebih khawatir sama teman kamu. Bang Figo mukul dia kenceng banget.”

“Gue gak papa kok, Kak,” jawab Yulius yang sudah ikutan duduk di aspal. “Anak laki-laki mah berantem biasa.”

Yulius menyengir lebar seraya menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.

Meski dijawab seperti itu, Elouie tetap saja merasa tidak enak. Satu tangannya ia bawa menyentuh wajah Yulius, tepatnya pada sudut bibirnya yang terluka.

I’m really sorry for this. But thank you for standing up on me.”

Ucapan terima kasih Elouie berhasil membuat pipi bocah malu-malu seperti Yulius merah padam. Ditambah lagi, cara Elouie menatapnya khawatir.

“Yulius, ya? Kapan-kapan gue traktir makan harus mau, ya?”

“E-eh, gak usah, Kak.”

“Dih, bocah. Salting lu?” Emilio terkekeh di belakang bersama Frans.

“Apasih, Bang…” Yulius mengalihkan pandangan karena malu digoda oleh yang lebih tua.

Elouie tersenyum saat melihat tiga orang tersebut asik ribut kecil. Pemandangan itu mengingatkannya pada Johan dan Reynold yang juga sering jahil satu sama lain dan berakhir dengan bertengkar.

“Keihl,” Adam memanggilnya lembut. “Aku antar pulang, ya.”

Elouie ingin menolak. Kalau sampai diantar pulang, rasanya ia terlalu banyak membebani Adam. Tapi tatapan khawatir yang laki-laki itu berikan padanya membuat hal tersebut sulit. Apalagi ketika tangannya digenggam penuh usapan lembut.

“Rumahku dekat sini, Adam.” Elouie mencoba menolak halus.

“Bagus kalau dekat. Lebih cepat aku antar kamu pulang, lebih cepat juga kamu bisa kompres lukamu.” Jawaban Adam mengisyaratkan bahwa ia bersikeras ingin mengantar Elouie pulang.

“Kamu memangnya gak sibuk?”

Always free for you.”

“Temen-temen kamu, gimana?”

“Mereka pulang bareng, jadi kamu gak perlu khawatir. Luka Yulius juga bakal diobatin.”

Elouie benar dibuat habis akal. Laki-laki di depannya ini tampak tidak ingin mengalah.

“Let me take you home, Keihl. I promise I’ll be super careful. I just want to make sure you got home safe.”

Entah ini Elouie saja atau bagaimana, tapi ada binar-binar harap menyilaukan dari mata Adam. Sedikit menggemaskan, mengingatkannya pada anak anjing.

Elouie pasrah saja sudah. Ia memberi senyum kecil, kemudian berkata, “Don’t speed. I hate bad driver.”

Dan Adam dengan senang hati menerima syarat tersebut.

No speed. Got it. Kamu perlu aku bubble wrap gak?”

“Ngaco!”

Keduanya tertawa bersama. Terlalu asik dengan dunia mereka sampai tidak menyadari bahwa tiga laki-laki lain yang berjarak tak jauh sudah merinding badan karena melihat tingkah manis keduanya.

“Duh, gue alergi adegan manis lagi.” Keluh Emilio sambil berbisik.

“Sama.” Jawab Frans dan Yuli secara bersamaan.

Written by,

©dodoowrite

--

--