Codename = U
Tunjungan itu mesra, icon kota dengan historia gedung tua peninggalan Belanda, menyimpan sejuta rasa. Dibalik cerita peristiwa menegangkan bersejarah itu, tersimpan pula romansa bak telenovela di dalamnya.
Kedua tangan mereka terkait, enggan melepas satu sama lain. Sudah lewat beberapa menit saat jenjang kaki mereka menyebrangi Tunjungan Plaza 5, menuju desitinasi terakhir, Jalan Tunjungan.
Life stopped the moment I saw you
Because my heart keeps wanting for you only
The main character in the movie is me
In a romantic comedy genre
Matahari mulai berpamitan dengan langit biru, berganti jingga. Nampak jalanan Tunjungan yang kian meramai dengan pemuda-pemudi atau bahkan keluarga menyalurkan kasih sayangnya.
“Dulu waktu masih SD, gue pernah dimarahin guru gue karena gak bisa nyanyi Rek Ayo Rek yang bener”, curhat Satoru dengan binar birunya mengerling di sepanjang jalan.
“Kenapa gitu?”, sahut Suguru bertanya, antusias. Kekehan tawa malu terdengar, maju mundur menjawab. “Dulu Tunjungan kan sepi, gue belum bisa bayangin suasana yang ada di lagunya”. Suguru mengangguk kecil, mengiyakan, ikut teringan kala gedung-gedung disekitarnya dulu masih tertutup, hanya tersisa toko-toko yang sudah lama dibuka.
“Dulu yang mencolok cuma Majapahit doang kan ya?”, tambah Suguru berucap. “Gue juga tau ceritanya dari buku sejarah”, celetuk Satoru setuju. Keduanya tertawa, yang masih tanpa sadar kalau kedua tangan itu tetap bertaut.
Sorot mata Satoru beralih ke Pasar Tunjungan, jari telunjuknya menunjuk kecil kesana. “Gue masih inget, pas Tunjungan mulai rame lagi, gue tiap ngelewatin nih pasar selalu cepet-cepetan”. “Takut, masih gelap soalnya”, tambah Satoru.
“Lo kayanya punya chemistry sendiri sama Tunjungan?”, Suguru bertanya. Satoru melirik, tersipu samar, “Kayanya? Gue suka aja sih, deket rumah”. Konyol, tapi gemas, jawaban Satoru jujur.
Talking to myself, after practicing hundreds of times
I break down in front of you
I’m afraid that I’ll lose you
My heart is on fire, dynamite
“Sug, lo mau nemenin gue mengenang masa kecil gak?”, tanya Satoru antusias. Suguru berpaling, menatap Satoru, tersenyum. “Boleh, anggap aja tahap kedua dari list ngajak nge-date”. Satoru terdiam sebentar, dalam hati mengatakan untuk tetap menjaga kewarasan agar tenang.
“Euh..ada hidden gem disini dan menu makannya itu kesukaan gue banget!”, seru Satoru dengan bibir agak bergetar karena gugup mendadak. “Okay, ayo!”, sahut Suguru melepas genggamannya, tanpa sadar berpindah merangkul pundak Satoru erat.
“Masuk kampung?”, terlihat Satoru mengangguk kecil dan tetap berjalan memimpin. Rumah Makan Pusaka Bunda, dari luar seperti rumah penduduk pada umumnya, namun ketika masuk di dalam, nuansa tempat makan sekaligus bersantai terasa, menarik perhatian Satoru sejak pandangan pertama.
Interior classic modern namun masih kental dengan unsur ‘Rumah’ itu sendiri, Satoru dibawa nostalgia dengan suasana rumah sang Nenek.
“Suguru mau pesen yang lain atau ikut gue?”, tanya Satoru permisi. “Ikut lo aja, gue penasaran”, balas Suguru masih dengan senyum di bibirnya.
Dua porsi Garang Asem dengan Es Teh Kayu Manis sebagai pelengkap, Satoru sangat senang, nampak dari binar diwajahnya. Rindu terjawab, tak siap untuk menyantap.
Suguru disana melihat itu semua, senang ketika dalam sehari ia bisa melihat banyak sisi dari Satoru, yang bahkan baru dirinya kenal kemarin. Netra kelamnya merekam semua ekspresi girang Satoru, tertarik masuk, ingin mengenal lebih jauh.
Aneh, baru kali ini Suguru merasakan getaran penasaran, terpesona, suka, mendamba dengan seseorang. Pertama kali dan orang itu adalah Satoru. Berawal dari iseng membaca kalimat pernyataan suka secara gamblang dari pesan Satoru melalui Shoko, Suguru kepikiran.
Kesan pertama yang terlintas dari Suguru saat bertemu dengan Satoru pertama kali, gemas. Suguru sangat pasif dengan perasaan sebelumnya. Namun di hari itu, semua runtuh, ketika pandangannya menatap Satoru yang diam-diam mengawasi Shoko, hingga menerima tawaran dirinya untuk bergabung. Semua mendadak, namun Suguru menikmati.
I think it’s going to explode soon
Don’t want nobody else
I want you
“Lo suka makanan Jawa Tengah?”, tanya Suguru amaze. “Cuma ini doang kok, selebihnya kadang kurang cocok di gue”, balas Satoru terkekeh. “Satu-satunya resep yang gak diturunin Nenek gue, ya Garang Asem”.
“Susah kata beliau, entah dimana letak susahnya, dulu gue maksa banget biar dibuatin, enak soalnya”, Satoru bercerita. “Kalo sekarang, coba minta ajarin lagi?”, ucap Suguru menyarankan.
Satoru menggeleng, senyum getir nampak tipis di ujung bibirnya. “Pengennya gitu, tapi Nenek udah gak ada”, jawab Satoru lirih.
Diam, Suguru tidak tahu harus merespon seperti apa. Rasa bersalah muncul, menatap Satoru iba. “Maaf, gue gak bermaksud”. Dibalas gelengan singkat dari Satoru, “Gak masalah, gue udah berdamai kok”.
“Jadi, lo bukan orang Surabaya asli?”, tanya Suguru mengalihkan topik. “Asli kok, gue lahir sama gede disini, cuma ya blaster Jawa Tengah, yang londo itu Kakek gue”, jawab Satoru menjelaskan. “Pantes perawakannya bule”, ujar Suguru dalam hati.
In my drama
You’re always next to me
It feels like spring has come to me
The scent of your flowers touches me
So sweet
Spread your wings
“Makasih, Satoru”, ucap Suguru tiba-tiba. Satoru mengernyit ditengah kunyahannya, menatap bingung Suguru. Tawa ringan lolos dari bibir Suguru, “Makasih, gue jadi bisa kenal lo lebih jauh”.
Detak jantung Satoru semakin berpacu. Gila, pujaan hatinya mengatakan kalimat keju itu dengan santainya. Persetan dengan kewarasan, ditelannya makanan itu lamat-lamat, telinganya memerah, gugup teramat sangat.
Biru laut itu masih menatap Suguru yang kini menopang dagu tersenyum lebar. “Kenapa gak dari dulu lo bilang ke gue, Sat?”, ucap Suguru menggantung. Satoru menunggu, memasang pendengarannya, menahan rasa gugup itu sekuat tenaga.
“Nanti gue mau bilang makasih juga ke Shoko, buat kasih isi chat lo berdua ke gue kemarin”, Suguru melanjutkan, dimana detik itu juga tubuh Satoru merosot, melebur. Kode yang terlalu jelas, bahkan Satoru termasuk kategori lambat mengerti pun tahu apa maksud dari perkataan Suguru.
We gon' fly
Away and away we go
Zoom zoom, when I see you
I’m falling for you, ooh
My heart goes ddu du ddu du
Notes!
The lyrics from “Treasure — U”, which it describe how Suguru’s feeling towards Satoru since they were met.