pikadita
2 min readNov 23, 2018

Buku anak

Semenjak ada Haura, saya lebih suka baca buku anak ketimbang novel-novel. Padahal, setiap minggu saya selalu membeli novel sebelum menikah dulu. Menurut saya, buku anak jauh lebih menarik. Apalagi ketika dibacakan bersama si kecil tentunya.

Saya mau cerita tentang Haura sebentar. Haura adalah anak yang nggak bisa diam, susah tidur siang, bosenan sama mainannya, tapi kalau sudah main di luar nggak mau pulang. Dan satu lagi, dia nggak suka buku.

Sebenarnya saya nggak menuntut Haura untuk suka buku. Yah … biarin lah kalau dia sukanya main di luar. Tapi satu lagi, kalau malam Haura selalu heboh sama namanya bulan dan bintang. Hal ini mendorong saya sebagai ibu untuk lebih tau. “Besok saya mau ke toko buku, beli buku tentang tata surya,” pikir saya waktu itu. Tapi bukan buku science orang dewasa. Saya membeli buku anak umur tujuh tahun. Yang saya beli waktu itu judulnya “to the edge of the universe”

Kenapa saya beli buku itu? Jujur, karena “Lucu”. Saya juga orangnya bosenan. Kalau belajar nggak suka lihat teori yang isinya tulisan melulu. Kembali ke buku tadi, buku yang bentuknya lucu, karena tiap lembaran buku tersebut memanjang sepanjang 4 meter.

Begitu saya buka bukunya, hal ajaib terjadi. Haura tertarik. Padahal saya mau baca sendiri. Dia mulai tunjuk-tunjuk matahari, bulan, bintang, dan Jupiter (karena Haura paling suka Jupiter).

Sejak saat itu, saya melihat peluang. Rata-rata anak memang suka dengan benda langit, sama seperti Haura. Hanya, sebagian orang tua yang kurang peduli. Akhirnya saya niatkan mengajari Haura tentang benda langit. Dia sudah mulai mengenal astronot, roket, planet-planet, bintang, matahari yang tertutup awan. Tapi masih takut hujan 😆 .

PR besar saya, mengenalkan Haura sama Yang Maha Pencipta. Saya beli banyak buku anak untuk Haura tentang siapa itu Allah, siapa yang menciptaka alam semesta dan sebagainya. Tapi semua itu nihil. Waktu itu Haura masih belum tertarik baca buku. Semenjak saya baca buku tentang tata surya itu, Haura banyak bertanya ini itu tentang benda langit.

Akhirnya, saya punya ide. Saya bilang, “Haura, kira-kira siapa yang ciptakan bulan, ya?”

Setelah itu saya jelaskan tentang Allah Subhanahu wa ta’ala. Haura mulai mengerti. Pelan-pelan, buku yang banyak yang sudah saya beli duluan itu dibaca Haura satu persatu. Alhamdulillah setiap ditanya siapa yang menciptakan, jawabannya Allah. Bagi saya, ini suatu kemajuan. Bahkan Haura sudah sering ngomongin nabi Muhammad dari buku-bukunya. Rencananya saya mau cerita tentang bulan terbelah nanti untuk Haura. Siapa tahu tertarik.

Jadi, kesimpulannya, membuat anak gemar baca itu sangat bagus. Merangsang pertumbuhan otaknya, imajinasinya dan satu lagi, mengontrol emosinya. Tadinya saya hampir putus asa, saya kira Haura nggak suka buku. Tapi ternyata, sekarang sebelum tidur, dia selalu minta dibacain buku sampai tertidur.

Ayo, bun … jangan mau kalah, kita juga harus banyak baca buku biar bisa bercerita sama anak…