Stephanie Hadi
5 min readJan 10, 2024

Mencari Makna Kehidupan Menurut Pandangan Filsafati

Bayangkan seseorang yang merasa terjebak dalam rutinitas sehari-hari yang monoton, merasakan kekosongan atau kebingungan mengenai tujuan dan makna hidupnya. Individu ini mungkin terpaku pada tuntutan pekerjaan, sosial, atau ekspektasi masyarakat yang membuatnya merasa kehilangan makna dari eksistensial.

Dalam konteks eksistensialisme, individu tersebut dihadapkan pada tantangan untuk mencari makna kehidupan melalui pengalaman-pengalaman pribadi dan perenungan sehari-hari. Ketidakpastian akan kebebasan dan eksistensi untuk memilih menciptakan kebutuhan untuk menentukan arti hidupnya sendiri. Mungkin individu akan mulai merenung tentang esensi keberadaannya, mempertanyakan nilai-nilai yang dia anut, dan mencari makna dengan melakukan refleksi diri.

Pertanyaan terkait eksistensial seperti “Who am i?” atau “Siapa saya?” dan “Apa sebenarnya tujuan hidup saya?” mulai muncul dalam pikiran dan menghantui diri kita, sehingga memberikan dorongan untuk melibatkan diri dalam perjalanan pencarian makna kehidupan yang sesungguhnya. Individu mungkin menemukan inspirasi dalam konsep-konsep seperti kebebasan, tanggung jawab, dan pengabdian diri yang ditemukan dalam filsafat eksistensialisme. Proses ini memungkinkannya untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna, berdasarkan pemahaman yang lebih dalam tentang eksistensinya dan pilihan-pilihan dan keputusan yang dia buat setiap harinya.

Beberapa fenomena atau permasalahan yang terkait dengan orang-orang yang memiliki pemaknaan hidup yang kurang :

1). Kriminalitas

2). Kenakalan remaja

3). Konflik antarsuku

4). Pengangguran

Pada beberapa fenomena di atas tindakan dari orang-orang yang kurang memiliki pemaknaan hidup cenderung menjadi penyebab masalah sosial.

Adapun saat ini sedang marak-maraknya orang melakukan self-harm, yaitu tindakan melukai dan menyakiti diri sendiri menggunakan benda tajam untuk menyalurkan rasa sakit. Kondisi ini dapat terjadi karena salah satunya pemicunya adalah kurangnya pemaknaan dalam hidup.



Menurut Pandangan Filsafat

Jean-Paul Sartre

Sartre memiliki pandangan eksistensialis terkait pencarian makna kehidupan. Bagi Sartre, kebebasan individu dan tanggung jawab pribadi menjadi pusat perenungannya. Melalui refleksi dan perenungan sehari-hari, Sartre menekankan bahwa manusia harus menciptakan makna hidup mereka sendiri melalui tindakan, pilihan dan keputusan yang diambilnya.

Tindakan, pilihan serta keputusan atas kehidupan sangat penting dalam menentukan sikap terhadap setiap aspek dari makna kehidupan.

Dalam kerangka eksistensialisme, keberadaan mendahului esensi, sehingga manusia bebas menentukan makna eksistensinya melalui keputusan dan perbuatan yang diambilnya setiap hari.



Edmund Husserl

Filsuf asal Jerman ini, cenderung lebih fokus pada penelusuran struktur kesadaran dan fenomena. Dalam kerangka eksistensialisme, Husserl menekankan pentingnya kesadaran dalam memaknai sesuatu, namun pemahaman mengenai kehidupan dan makna dapat ditemukan melalui eksplorasi fenomena pengalaman yang terjadi sehari-hari. Sehingga dari situlah kita dapat memahami bagaimana kita memberi arti pada dunia sekitar melalui kesadaran, persepsi dan pandangan kita masing-masing.



Søren Kierkegaard

Kierkegaard merupakan salah seorang tokoh filsafat eksistensialis, mengemukakan pemikirannya yang mendalam tentang pencarian makna kehidupan melalui perenungan sehari-hari dalam kerangka eksistensialisme. Bagi Kierkegaard, kehidupan individu merupakan tantangan yang membutuhkan keterlibatan/pengalaman pribadi dan pilihan yang subjektif dari diri kita sendiri.

Kierkegaard juga menekankan pada pentingnya tanggung jawab atas perbuatan kita dan mengaitkannya dengan kebebasan, dan menciptakan makna kehidupan yang sesungguhnya bagi diri kita.



Martin Heidegger

Dalam karyanya, Kierkegaard menyoroti konsep “keputusan eksistensial,” di mana individu dihadapkan pada pilihan-pilihan dan tanggung jawab yang mengarah pada pencarian makna kehidupan mereka. Melalui perenungan sehari-hari dan pengalaman pribadi, Kierkegaard menekankan pentingnya kebebasan, keputusan, dan pengabdian diri. Martin Heidegger, seorang filsuf Jerman yang memainkan peran penting dalam aliran fenomenologi dan eksistensialisme, menawarkan perspektif uniknya tentang pencarian makna kehidupan. Dalam karyanya, terutama “Being and Time” yang dalam bahasa Jerman adalah (“Sein und Zeit”), Heidegger mengajukan konsep eksistensialis mengenai keberadaan manusia makna yang autentik.

Dalam kerangka eksistensialisme, Heidegger memandang bahwa makna kehidupan tidak dapat ditemukan secara objektif, tetapi melibatkan pilihan individual yang melibatkan aspek-aspek seperti emosional, spiritual, dan moral. Pencarian makna tersebut bukanlah suatu konsep abstrak, melainkan sebuah perjalanan personal yang terwujud melalui perenungan sehari-hari dan tindakan individu dalam menghadapi eksistensi mereka sendiri. Bagi Heidegger, pencarian makna kehidupan melibatkan pemahaman dari diri sendiri, pengalaman sehari-hari, dan pertanyaan eksistensi. Perenungan terhadap tugas, relasi dengan orang lain, dan keterlibatan dalam dunia menjadi sarana untuk memahami makna eksistensial salah satunya adalah pemaknaan hidup.

Menurut Heidegger dalam kerangka eksistensialisme, perenungan tentang keseharian dapat dilihat dari konsep-konsep utama yang ia miliki, seperti “Dasein” (keberadaan) dan “Sorge” (kekhawatiran). Dasein merupakan konsep pemikiran Heidegger yang menekankan pada keberadaan manusia sebagai makluk hidup yang unik, autentik dan terbuka terhadap makna. Sedangkan Sorge, menyoroti kekhawatiran sebagai bagian dari keberadaan manusia, yang memberikan dorongan pada individu untuk merenungkan makna dari kehidupan dan tanggung jawab yang dimiliki atas diri sendiri maupun orang lain. Dalam kerangka eksistensialisme Heidegger, manusia dihadapkan pada kebebasan dan tanggung jawab untuk menentukan makna hidup mereka sendiri melalui pilihan, tindakan, dan perspektif masing-masing. Jadi, melalui perenungan sehari-hari, individu dapat mendekati pemahaman yang lebih dalam tentang eksistensinya dan mencari makna hidup yang autentik.

Pada intinya pemahaman Heidegger tentang eksistensialisme adalah mencari makna kehidupan dengan perenungan sehari-hari, memiliki kesadaran, keterlibatan dalam dunia sehari-hari, kekhawatiran, dan pemahaman akan waktu sebagai landasan untuk menemukan makna hidup yang sebenarnya.

Fenomena individu yang terjebak dalam rutinitas monoton dan kurang bermakna mencerminkan kebutuhan manusia akan makna dalam kehidupan. Kekosongan atau kebingungan akan arah tujuan hidup dapat menjadi dampak dari eksistensi yang terpaku pada tuntutan sosial dan pekerjaan.



Analisis Fenomena

Fenomena tersebut dapat diartikan sebagai tantangan eksistensial, memicu pertanyaan eksistensial seperti “Who am I?” dan “Apa tujuan hidup saya yang sebenarnya?”

Eksistensialisme menawarkan kerangka kerja untuk menemukan makna melalui pengalaman pribadi, refleksi, pilihan bebas, dan keputusan-keputusan.

Kondisi dari individu yang kurang memiliki pemaknaan dan menyebabkan masalah sosial, begitu juga dengan kondisi maraknya self-harm dapat dihubungkan dengan kurangnya pemaknaan hidup.

Dalam konteks ini, tindakan-tindakan tersebut bisa menjadi ekspresi dari rasa keputusasaan dan pencarian makna yang tidak terpenuhi dengan baik.



Analisis Teori

Konsep kebebasan dan tanggung jawab pribadi Sartre relevan dalam konteks pencarian makna. Tindakan dan keputusan individu menjadi kunci dalam menentukan makna eksistensi mereka. Maka terlihat dari bagaimana tindakan/perilaku dari seseorang dapat mencerminkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap kehidupannya.

Husserl pada struktur kesadaran menggarisbawahi pentingnya kesadaran dalam memaknai hidup. Eksplorasi fenomena pengalaman sehari-hari memberikan landasan untuk memahami dan memberi arti pada dunia sekitar.

Pemikiran Kierkegaard mengenai kebebasan, tanggung jawab, dan pengalaman pribadi relevan dengan perjalanan pencarian makna. Pada pilihan subjektif menggambarkan pentingnya keterlibatan pribadi.

Konsep “Dasein” dan “SorgeHeidegger menyoroti keunikan manusia dan kekhawatiran sebagai faktor penting dalam pencarian makna. Pemahaman Heidegger tentang eksistensialisme menekankan perenungan sehari-hari dan keterlibatan dalam dunia sebagai cara menemukan makna yang autentik dalam hidup.



Kesimpulan

Dari fenomena-fenomena individu yang kehilangan makna hidup dapat diartikan melalui pandangan eksistensialisme, dan teori dari Sartre, Husserl, Kierkegaard, dan Heidegger memberikan pandangan yang mendalam tentang bagaimana individu dapat menjalani perjalanan pencarian makna melalui refleksi, kebebasan, dan tanggung jawab pribadi. Analisis ini memperlihatkan keterkaitan antara kondisi kehidupan sehari-hari dan konsep filsafati yang mendalam, memberikan wawasan tentang bagaimana seseorang dapat menemukan makna kehidupan yang sebenarnya bagi dirinya sendiri. Selain itu, kita perlu belajar untuk lebih menghargai kehidupan sehari-hari dengan cara menjalani hidup dengan menerima segala sesuatu sebagaimana mestinya. Hal ini dapat membantu membuat hati menjadi lebih tentram, tanpa memiliki rasa iri maupun dengki terhadap sesama.

Dengan melakukan perenungan dan menghargai kehidupan sehari-hari, kita dapat mencapai kebahagiaan, kelepasan, kebebasan sejati dan tentunya meningkatkan kualitas hidup kita menjadi lebih baik.



Daftar Pustaka :

1). https://sasmini.staff.uns.ac.id/2009/09/28/memaknai-kehidupan/

2). https://www.academia.edu/101336209/Pemikiran_Kritis_Filsuf_Kierkegaard_Tentang_Manusia_Eksistensialis_dan_Pendidikan

3). Manusia Sebagai Sabyek dan Obyek dalam Filsafat Existentialism Martin Heidegger - Nasaiy Aziz (2013)

4). http://digilib.uinsa.ac.id/6389/6/Bab%203.pdf

5). https://repository.um-surabaya.ac.id/2470/3/BAB_II.pdf

6). https://www.academia.edu/35135731/PEMIKIRAN_FILSAFAT_EKSISTENSIALISME

7). https://www.liputan6.com/hot/read/5400370/11-contoh-masalah-sosial-yang-terjadi-di-indonesia-simak-faktor-penyebabnya

8). https://www.gramedia.com/literasi/contoh-masalah-sosial-di-indonesia/

9). https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20230220152737-569-915428/contoh-masalah-sosial-di-indonesia-dan-faktor-penyebabnya

10). https://www.kompasiana.com/bellaisyahfebriyanti/5eacfafbd541df4e2e1793c2/aliran-eksistensialisme-dan-para-tokoh-pemikirannya