Bagian Keempat: Berkembang Bersama Komunitas

Puja Pramudya
3 min readJul 3, 2022

--

Menurut Teori Maslow, setiap individu selalu memiliki cita-cita atau keinginan untuk bisa mencapai tingkat hierarki kebutuhan teratas. Namun, tentunya untuk mencapai hal tersebut tidaklah mudah karena harus melewati tingkatan-tingkatan sebelumnya. Gambar dibawah ini menjelaskan susunan kebutuhan tersebut.

Teori Maslow

Teori ini menarik karena dapat menjelaskan apa yang menjadi motivasi kita di dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Di dunia kerja, teori ini pun dapat menjelaskan bagaimana kita berperilaku. Setelah di bagian pertama kita membahas niat, bagian kedua tentang usaha dan ketiga membahas titian karir maka di bagian ini kita akan melihat kebutuhan manusia untuk berbagi. Menurut teori ini, kebutuhan berbagi biasanya hadir ketika kita sudah mencapai level tertentu, biasanya di level 4.

Manusia butuh berbagi. Apapun alasanya, berbagi dapat menjadi sangat bermanfaat, terutama bagi orang lain. Dengan berbagi, kita mengambil sebagian milik kita dan diberikan kepada orang lain. Tapi ketika kita memberi, ketika berbagi, itu tidak akan mengurangi apa yang kita miliki. Alih-alih berkurang, pada proses berbagi biasanya akan bertambah pula wawasan baru. Dan salah satu strategi yang dapat kita tempuh ketika berbagi adalah bergabung ke dalam kegiatan berbasis komunitas.

Komunitas adalah sekelompok orang yang berkumpul karena berbagi satu atau beberapa minat yang sama. Biasanya, komunitas dijalankan secara sukarela oleh anggotanya. Salah satu komunitas yang saya ikuti circa 2009 adalah MUGI atau Microsoft User Group Indonesia. Disini saya banyak bertemu legenda dibidang software seperti Zeddy Iskandar, Andri Yadi, Rully Yullian dan banyak lagi. Melalui interaksi dengan merekalah saya berkembang menjadi seperti sekarang.

Belajar memang tidak melulu harus di suasana formal. Dahulu, MUGI terutama MUGI Bandung memiliki kegiatan yang masif. MUGI hampir ada diseluruh kota di Indonesia, ada di level kampus dan biasa melakukan seminar setiap minggunya. MUGI juga dapat berkembang karena sokongan yang luar biasa terutama Microsoft pada saat itu. Dengan dukungan dana, berbagai kegiatan dapat dilakukan.

Melalui komunitas setidaknya ada 3 hal yang saya dapatkan:

  1. Belajar komunikasi publik. Setelah beberapa kali menjadi penonton, akhirnya dari senior-senior MUGI kami yang muda-muda (pada saat itu :p) diminta juga menjadi pembicara dan akhirnya semakin terbiasa berbicara di depan publik
  2. Interaksi multi-kultural. Di MUGI anggotanya terdiri dari banyak orang, beda suku, agama dan ras. Alhamdulillah, kekayaan kultur ini membawa dimensi baru dari interaksi yang terjadi.
  3. Inovasi. Di MUGI juga para anggota distimulasi untuk dapat menciptakan inovasi. Tidak jarang kami mengadakan lomba internal ataupun eksternal hingga diskusi teknologi mengenai perkembangan dunia software dan IT Pro.

Komunitas dapat menjadi alternatif bagi rekan-rekan yang senang bersosialisasi dan interaksi dengan orang lain. Sifat alamiah sukarelanya membuat siapapun boleh bergabung dan tidak ada sekat satu sama lain. Dan pada akhirnya, orang-orang yang benar-benar berminat lah yang akhirnya bertahan karena memang tidak adanya insentif dalam bentuk monetary value. Bagi saya yang sudah mendapat manfaat banyak sekali dari komunitas, semuanya memang bukan tentang monetary value tapi tentang proses belajar menjadi Software Engineers yang lebih baik.

Dengan berbagi, kita menjadi semakin banyak tahu. Dengan semakin banyak tahu, kita menjadi orang yang lebih baik.

--

--