I see you

dodongchanie
3 min readJul 11, 2023

--

"Enggak enggak enggak enggaaaakk!!!" Gerutunya kesal sembari menodongkan sebuah gunting ke depan lukisan yang terpajang apik dalam bingkai warna perak di dinding

"Heh, lu abis apain gue siih!! Hah?"

mata Audie menatap tajam pada gambar tersebut, dia kesal, sangat kesal. Audie dari tadi sangat berusaha melepaskan lukisan itu dari dinding, tetapi apa yang di katakan Zidan benar, sangat susah

"Ini si koko ngapain juga sih maku nya kenceng amat. Lagian aneh-aneh banget ngide lukisan makhluk hidup di kamar gue. Ini yang salah gue apa si koko? Gue salah pilih kamar? What the fuck! Gila nih gua lama-lama.. Aelahhh itu kalung kemana sih ah lagian!"

Mulut Audie tidak hentinya mengoceh, menyalahkan orang lain juga dirinya sendiri, dia pun bingung siapa yang salah sebenarnya. Oh ayolah, dia belum ada seminggu padahal tinggal disini

Audie kembali menodongkan tajamnya ujung gunting

"Dasar jurig sialan! Keluar gak lo? Tunjukin wujud lo ke gue sekarang juga! jangan bisanya cuma di dalem mimpi! Jelasin apa maksud lo sekarang juga!"

Tok Tok!

"Kak? Ai kamu gak apa-apa kan di dalem?"

Waduh, sial. Terdengar suara Aji dari luar sana, tentu saja membuat Audie bingung harus bagaimana, takut ia disangka gila beneran. Audie menegakkan tubuhnya dan berdehem pelan

Ia beralih berjalan untuk membukakan pintu, tersenyum ramah pada laki-laki yang lebih muda darinya

"Kenapa?"

"Kamu teh gak apa-apa, kan?"

"ng-nggak kok."

"Ooh" Aji menggaruk kepalanya dan menampilkan cengiran

"Tadi teh Aji sempet denger suara kak Audie. Kirain teh kenapa gitu"

Audie tertawa canggung dengan pelan, sudah dipastikan dirinya malu sekali sekarang. Ia harus ber-Alibi

"Oh itu.. tadi tuh aku lagi.. Nonton drama, hehe"

"Drama? Drama apa? Drama korea bukan?"

Sedikit berpikir, kemudian Audie mengangguk.

"Aduh, bau-bau bakal banyak nanya nih anak" ujarnya dalam hati

"Apa kak kalo boleh tau? Spill dong. Aji juga suka nonton drakor"

"Eum.. itu, apa ya? aku.. lupa judul.. nya"

"Loh?"

Mau bagaimana lagi dia harus beralasan, laki-laki di depan pintunya ini tampak penasaran dan pasti tipe orang yang ingin tahu sekali. Maka dengan template menjauh dari orang sekitar akan Audie gunakan

"Aduh.. udah dulu ya, Ji. Aku kebelet BAB. Ntar aku kasih tau di chat aja deh ya judulnya"

"Oh, gitu. Yaudah kak, iya."

Dengan segera Audie menutup pintunya setelah memperhatikan Aji yang juga berlalu ke kamar di sebelah, kamar nomor 6. Audie bernafas lega, dia berdecak pelan

Dia kemudian kembali ke arah lukisan tadi, mulai berpikir kembali harus dengan cara apa dia menghentikan keanehan yang telah terjadi

"aisshh shibal."

Tak!

"woh!" Audie berjengit kaget ketika ada suara benda jatuh, ia berjaga-jaga

Audie berjalan ke arah meja belajar, sebuah decakan kembali terdengar karena telah melihat figura kecil terjatuh ke lantai. Ternyata suara tadi itu adalah jatuhnya foto dia bersama mendiang ibunya

"Kok bisa jatuh gini sih, kalo pecah gimana. Duuh mamah maafin Audie"

Audie kembali menaruhnya dengan benar agar tak terjatuh lagi. Padahal tak ada angin dan tak tersenggol, kenapa bisa jatuh tiba-tiba, membuat audie berfikir kembali. Tidak mungkin kan? Audie secara refleks mengusap-usap lehernya, dia merasa merinding

Tubuhnya terasa meremang seketika, hawa di kamarnya juga jadi sedikit berbeda

"hhhhh... se vlépo..."

Audie bisa mendengar dengan jelas bisikan halus itu, ia menelan ludahnya sendiri. Kenapa jadi dirinya yang takut?

"Berhenti ganggu gue!"

"Aku akan terus memperhatikanmu~

"Stop!"

"setiap kakimu melangkah..

Setiap gerak-gerikmu..

Setiap saat

Bahkan saat dirimu tertidur."

"Berhenti gue bilang!"

Audie menutup telinganya rapat-rapat, menggeleng kuat kepalanya sebab frustasi dengan bisikan-bisikan yang menggema menyapa gendang telinga

"Aku akan membawamu jika kau sudah siap, Mágissa.."

drrrrdtt~ drrrrdtt

Handphone Audie berdering, membuyarkan bisikan-bisikan halus sebelumnya. Dirasa ia butuh seseorang untuk menemaninya, maka dengan cepat Audie mengambil Handphone dan melihat siapa yang menelepon

"Eyang?"

Nanar Audie bergetar, dia menimalisirkan degupan jantungnya. Dengan segera dia mendekatkan benda pipih itu ke telinganya

"ha-halo, eyang?"

Berbagai pertanyaan juga kabar di bicarakan lewat telepon itu, sesekali Audie tertawa mendengar gurauan neneknya, melupakan apa yang telah terjadi sebelumnya. Dia dan neneknya memang sangat dekat, sejak kecil Audie memang sangat di manja oleh sang nenek, bahkan sampai saat ini

Ia hanya tidak sadar saja jika sejak dari dirinya tersadar dari tidurnya memang sedang di perhatikan oleh sosok lain disana.

--

--