Kuminis Bangkit Lagi?

eka mul
4 min readOct 4, 2021

--

Photo by Jeremy Bezanger on Unsplash

September telah berakhir, tak lengkap ketika belum menonton Film G30S. Sisa-sisa apa yang terjadi kita akan warisi sampai kapanpun!

Saya terkejut kemarin ketika Trans Tv menayangkan film tersebut di layar kaca. Jam penayangannya pun pada jam dengan jumlah penonton yang tinggi. Saya kemudian berpikir apakah ada upaya untuk membuka luka- luka lama, dan membangunkan hantu-hantu Komunisme?

Ibu saya nyeletuk ia bilang bahwa komunis mungkin bangkit. Ia ternyata mendengar pernyataan Gatot Nurmantyo, yang pernah menjabat panglima TNI soal kebangkitan Komunis pada masa-masa Pilres 2019 lalu.

Gatot Nurmantyo dikenal dengan kekhawatirannya tentang bangkitnya komunisme. Ia juga dikenal dengan adanya kemungkinan perang Dunia ke-4, Perang Proxy, dan perebutan sumber daya pangan di tahun mendatang. Saya sepertinya pernah ikut sebuah Kuliah Umum menghadirkan Pak Gatot ketika akan diwisuda tahun 2014. Melalui paparan itu Ia menjelaskan thesis atau disertasinya mengenai Perang Proxy dan perang Dunia ke-4. Tapi saya tidak ingat perihal kebangkitan PKI, mungkin saya harus bongkar-bongkar dokumen soal materi kuliah Umum tadi.

Saya juga melihat video perbincangannnya dengan Rosiana Silalahi di Program Rosi. Ingin sebenarnya menelaah apa yang diucapkan dan digembar-gemborkan Purn. Gatot Nurmantyo tersebut. Ada beberapa poin yang saya tangkap dari perbincangannya. Pertama, Gatot dalam posisi yang lupa sejarah, ada beberapa peristiwa seperti penghapusan kewajiban menonton film Pemberontakan G30s PKI terjadi pada masa reformasi.

Hal tersebut karena Menteri Penerangan Kala itu M. Yunus Yosfiah yang seorang Purnawirawan Militer. Ketika itu Indonesia mengevaluasi kembali sejarah, salah satunya mengenai peristiwa 65 oleh Menteri Pendidikan Yuwono Sudarsono. Kedua, Gatot saya pikir jendral dengan kacamata kuda, ketika kemudian sudah pensiun militer cara pandang militer melihat peristiwa G30s masih sama. Ada spekulasi hingga kini yang belum selesai dibahas adalah pemicu gerakan penculikan para Jendral pada 1 oktober dini hari tersebut. Spekulasi penyebab G30s adalah konflik dalam tubuh militer sendiri.

Dua narasumber lain, yaitu direktur Amnesti Internasional Usman Hamid dan Sejarahwan Asvi Marwan Adam memberikan kita pemahaman yang jelas mengenai mungkin tidak PKI bisa bangkit. Pertama adalah adanya trauma yang membuat kita serba takut untuk berpikir PKI bisa dibangun begitu saja. Upaya yang sistematis dilakukan oleh orde Baru untuk menghilangkan pengaruh komunis di Indonesia. Stigmatisasi terhadap orang yang terlibat secara langsung dan tidak, serta keluarganya hingga kini masih bisa kita temui. Bahkan barisan islam dan nasionalis diberagus pasca 65, adanya upaya pembunuhan, ancaman dan pemberangusan gagasan diadopsi hingga saat ini.

Photo by Emily Crawford on Unsplash

Kedua yang menarik adalah soal indeks kepercayaan anak muda Indonesia tentang bangkitnya PKI. Sebuah Survei menurut Usman Hamid, hanya 12,5% pemuda Indonesia yang percaya hal tersebut. Mayoritas menurutnya tidak percaya, bahkan ancaman yang lain yang lebih berbahaya dari Komunisme sendiri. Selain itu ekses kekerasan yang terjadi pasca g30s, juga harus dilihat sebagai akibat peristiwa tersebut. Ada banyak korban tak hanya dari anggota PKI, orang-orang yang dianggap berbahaya bagi langgengnya kekuasaan orde baru dihilangkan secara paksa, jauh bertentangan dengan prinsip-prinsip keadilan dan Hak Asasi Manusia.

Memupuk Paranoia dan Suburnya Oligarki-Korupsi

Ketakutan kita akan komunis dan Komunisme adalah akibat usaha orde baru melanggengkan kekuasaannya. Selain melanggengkan kekuasaan, Orde baru juga melanggengkan korupsi, kolusi dan Nepotisme.

Saya sendiri tidak sepakat dengan pernyataan Komunis atau PKI bisa bangkit. Alasannya sangat sederhana, karena sumber daya yang tidak ada! Sumber daya bisa jadi anggota, dana, dan juga lingkungan yang tepat untuk tumbuh berkembang. Sama seperti menyemai biji pohon besar, tidak akan mudah. Terlebih Indonesia kini dihantui ketakutan-ketakutan berlebihan seperti sekarang.

Ketakutan orang indonesia malah kini lebih banyak. Isu yang paling mutakhir adalah adanya penyusupan orang-orang Radikalis Pro Isis di Timur tengah atau (kadal gurun), atau Taliban. Cap ini yang sering digunakan untuk menghilangkan dan membungkam masyarakat yang vokal. Tak Heran jika setiap hari urusan orang-orang yang lantang bersuara dicap radikal, atau komunis, atau yang terbaru Taliban. Mungkin orang-orang lainnya akan takut memberikan pendapat. Represi yang dipertontonkan Film G30s dan apa yang kita lihat terhadap orang-orang komunis dan orang dengan cap tadi terbenam jauh dipikiran kita. Jadi berpikir memberontak terhadap kuasa akan berdampak represi terhadap suara-suara vokal tersebut.

https://twitter.com/revolutia/status/1444306017232175106

Menurut saya malah ketakutan akan gerakan radikal seperti PKI malah tidak tepat. Padahal yang musti kita takutkan adalah Korupsi dan Oligarki. Ketakutan akan PKI misalnya akan membuat kita lupa Oligarki tumbuh subur di Indonesia. Bisa dilihat dengan banyaknya alih lahan pertambangan, Sawit, atau perambahan hutan untuk kepentingan pemodal. Atau kasus peyerobotan lahan adat untuk industri. Dua hal tersebut berhubungan, korupsi itu katalis mempercepat perpindahan sumber daya itu serta menyuburkan Oligarki. Oligarki pada akhirnya memberi peluang perilaku koruptif terus terjadi di masa depan.

Mempelajari Biang Komunisme- Sosialisme

Komunisme akan terus dipelajari, ketika kemelaratan dan ketidakadilan penguasaan sumber daya sepihak ada.

Ketika ilmu pengetahuan dan informasi menyebar dengan deras, pemahaman komunisme juga berkembang. Ide atau gagasan tak akan hilang ketika masalah sebenarnya tetap ada. Ketika kemelaratan, dan ketidakadilan penguasaan sumber daya sepihak ada, tujuan komunisme atau saya lebih suka menggunakan sosialisme tetap ada.

Menurut saya pemahaman akan komunisme kita salah. Komunisme adalah rupa kedua atau ketiga dari bentuk sosialisme. Komunisme di titik-beratkan pada adanya pimpinan Revolusioner guna tujuan bersama. Yang kita lihat akan komunisme dalam bentuk yang salah. Kepemimpinan revolusioner juga punya kelemahan mendasar yaitu ego manusia. Adanya kematian massal etnis misalnya, adanya korupsi, atau pengkultusan diri manusia seperti tuhan seperti yang kita lihat di Korea Utara adalah rupa-rupa perwujudan kesalahan komunisme. Mungkin saja hal tersebut bisa terjadi, tapi yang perlu kita pikirkan akan tujuan dari komunisme. Dimana Adannya masyarakat tanpa kelas, keadilam Sosial. Seperti yang tercantum di Sila Kelima Pancasila, Kan?

--

--