Late Night Cinema Date

blomin_makgeolli
3 min readNov 12, 2023

--

Cr: pinterest

“Jadi gimana sayang? Mau nonton apa hari ini?”

“Hm… How about kita nonton Oppenheimer?” tanya Athalia sebelum dirinya terus ingat sesuatu, “Oh…. Wait kamu gak bisa nonton film horror ya?”

“Says who?” Lelaki itu membalas dengan cepat, “I love watching horror films.”

“Oh? I didn’t know that.” Benar, asumsi macam apa yang telah Athalia lontarkan? Right, itu kan Laskar yang gak bisa nonton film horror bukan Langit, batin Athalia.

Athalia berjalan masuk ke dalam bioskop, bersama dengan Langit yang berjalan di sampingnya. Currently the couple sedang ada di mall sesuai dengan janji Langit yang ingin menghabiskan waktu dengan perempuan itu.

Setelah membeli tiket, mereka segera masuk ke dalam ruangan bioskop. Langit yang daritadi sibuk mencari tempat duduk mereka, Athalia tidak bisa menahan kesenangannya.

“Langit! Ini kan? 5D sama 5C? Iyakan atau ada yang lain? Iya kan? Bener kan?” perempuan itu membuat banyak orang menatapnya dengan kebinggungkan — seperti anak kecil yang baru pertama kali ke bioskop — literally.

“Iya bener sayang,” Langit menjawab dan akhirnya duduk bersama perempuan itu. Athalia yang dari tadi melihat interior tempatnya akhirnya tidak bisa menahan diri untuk memfoto dirinya di dalam bioskop hingga akhirnya Langit juga ikut numpang foto.

“Langit… foto aku,” Athalia melihat foto yang diambilnya, “Ada kamunya.”

“Loh emang gaboleh?”

“Boleh si…” Jawab Athalia, “Is it okay if I post this on twitter? Janji gak tunjukin muka.”

Langit hanya tertawa pelan, takut menganggu orang lain, “Mau go public juga boleh Thal, lebih baik ada mukanya.”

“Nanti orang tau kalau kita pacaran.”

“What’s wrong with that?”

Athalia hanya memandang Langit dengan serius, “Kakak kan belum tau.”

Right, that one information that slip from his mind, kakak Athalia belum tau. Well, dia sudah disetujui oleh Jeffery tapi Mikael? Gosh, he didn’t want to face that now.

“Ah… betul juga ya, oke then.” Langit menganggukan kepalanya sebelum dirinya bertanya lagi kepada perempuan itu, “Gimana? Do you like it?”

“Banget! I’m so excited to see the film!” Athalia menjawab dengan antusias membuat Langit tersenyum.

More excited daripada spending time with your boyfriend?’ Langit bertanya dan Athalia hanya terdiam di tempat. Langit yang masih gemas dengan kelakuan Athalia mengusap dahi perempuan itu.

I’m glad, tau kamu juga sebahagia ini bisa lihat bioskop, meskipun kamu lebih bahagia nonton daripada spending time with your boyfriend,” Langit pura-pura pundung kepada perempuan yang sedang menatapnya dengan kebinggungan.

Are you serious right now?” Athalia menatap lelaki yang sedang menghiraukan dirinya.

“Langit?”

“….”

“Sayang?” coba Athalia rayu dan seketika Langit yang tadi membalikan badannya langsung menatap perempuan itu dengan kaget.

What did you call me?”

“Gaada, kamu salah denger.”

“Thal, sekali aja.”

“Langit…

“Gak… panggil yang bener.” Lelaki itu menatap Athalia dengan intens membuat perempuan itu menghela nafas.

“Ayo sudah, filmnya mau main, nanti aja ya…. Sayang.” Athalia menyebutkan nama itu dengan diam-diam membuat lelaki itu tidak bisa berhenti dengan senyuman.

Baby steps, bisa kan? Filmnya dimulai dan Athalia yang daritadi mengumpatkan dirinya di lengan Langit karena sudah berulang kali kaget hanya mendapat tatapan hangat dari Langit.

Sejujurnya Langit sudah tidak dapat memperhatikan film yang ada di depannya sejak setengah jam yang lalu. Dirinya merasa memandangi perempuan yang ada disebelahnya lebih menarik dari film yang diputarkan.

Padangannya tidak bisa berhenti menatap perempuan yang sedang memandangi film di depannya dengan fokus sambil memegang erat lengan miliknya. Tanpa disadari oleh perempuan itu, dirinya sekali-kali memeluk lengan lelaki itu karena kaget.

Langit dapat melihat bagaimana perempuan itu terlihat bahagia akhirnya bisa nonton film bersamanya, hal yang sederhana seperti ini ternyata membuat perempuan disebelahnya sangat bahagia.

Sekarang ia mengerti mengapa. Hal yang sepele as nonton film di bioskop adalah hal yang tidak mudah untuk Athalia lakukan. Cerita dimana, perempuan itu selalu dijaga ketat dan disembunyikan dari dunia membuatnya tidak dapat melakukan hal sepele seperti nonton film di bioskop. For some people it was a privilege.

Tapi sekarang, it felt different, tidak hanya untuk perempuan itu tapi juga dengan Langit. Dulunya, ia tidak paham mengapa seseorang tidak suka uang, money can buy you everything, and that is true. Tapi privilege seperti ini? Mau dibayar pakai uang pun tidak bisa. Being with Athalia itu sebuah privilege untuk dirinya.

Like a scene from a movie, everything felt magical.

Dia tidak ingin this moment untuk hilang.

Please don’t leave me when you know the truth, batin Langit.

--

--