Teori Vs. Praktek

inyourmind
3 min readSep 28, 2020

--

Kemarin aku membaca tulisan di Quora yang menyentil rasa penasaranku terhadap Finlandia dan negara-negara Nordik lainnya. tulisan mengenai hukum Jante dan hukum-hukum yang ada di negara itu. Betapa berbedanya hukum-hukum itu dengan yang diterapkan di Indonesia.



Pada dasarnya, Indonesia memiliki banyak sekali aturan yang baik (tak peduli itu dasar negara atau juga agama), namun sayangnya kurang dalam praktik.



Hukum hanyalah sekedar hukum, seolah hanya teori belaka yang wajib dikerjakan di sekolah agar mendapatkan nilai tinggi.



Apakah esensi sekolah ada pada nilai? Apakah hanya pada ijazah?



Tidak bisa ditampik bahwa ijazah itu penting untuk mencari pekerjaan karena memang lingkungan ini sangat mengedepankan hal itu. Namun apakah hanya sebatas itu.

Praktik lebih penting?



Tentu saja, tapi teori juga penting.



Hasil belajar adalah tindakan, praktik, sikap, terserah bagaimana kita mau menyebutnya. Yang jelas hasil adalah sesuatu yang bisa kita lihat secara nyata. Bukan hanya sekedar ilusi semacam nilai.



Nilai itu ilusi karena membuat kita seolah menguasai sesuatu padahal tidak sebagus itu. Seseorang seolah tampak mentereng dengan nilai A+, namun nyatanya kemampuannya tidak seberapa.



Dahlan Iskan menyebutnya sekolah 5 centi, sedangkan pengarang The Slight Edge menyebutkan Book Smart dan Street Smart. Intinya, belajar itu utamanya ada praktek. Teori itu penting, namun jangan berlebihan.



“Too much information without real Act is counterpruductive”—Scout H. Young. Penulis Ultralearning.



Apa hukum itu mengingatkanmu pada sesuatu?



Buku-buku Mark Manson. Sedikit banyak mirip.



Apakah kamu tidak pernah jatuh dalam pesona book smart semata?



Oh, selalu. Dulu.



I’m still in progress.



Pada masa sekolah menengah, aku termasuk orang yang membanggakan nilai. Sangat teramat mengagungkan hingga aku akan membenci diriku jika mendapat nilai jelek (diluar standarku).



Apa yang aku rasakan pada saat itu?



I’m in miserable. Hidup terasa tidak tenang, tidak puas, dan penyendiri. Aku menyalahkan orang lain atas waktu yang tidak kumiliki.



Itulah masa dimana aku mendambakan nilai dan rangking. Juga masa dimana aku tidak tahu ada dunia yang luas di luar sana.



Setelah masa itu terlewati, aku memasuki zona book smart, kurang Street Smart. Yaitu masa setelah aku lulus dan mengambil kursus di Magistra.



Sejak Ujian Nasional usai, aku menghabiskan banyak waktu membaca buku, fiksi maupun non-fiksi. Bisa dibilang masa ini adalah awal aku membaca buku pengembangan diri. Masa dimana aku mulai menanyakan apa yang kau inginkan dalam hidupku. Dan masa penuh frustasi karena aku tidak memiliki banyak wawasan mengenai apa yang ingin kutuju. Juga masa kejatuhanku, kekecewaan.



Tapi aku belajar dari sana.



Setelah membaca buku self-Improvement, aku keranjingan lagi dan lagi. Namun itu hanyalah ilusi. Selain kebiasaan pagi hari. Yang kubaca hanya menjadi wawasan. Aku belum tahu apakan itu akan berguna atau tidak kelak.



Baru belakang ini, aku mulai membuka lagi buku pengembangan diri namun hanya sedikit. Aku ingin lebih pada street smart. Aku ingin praktek. Aku ingin hasil nyata, bukan hanya ilusi.



Tulisan ini adalah contohnya.



Aku ingin menjadi seorang penulis. Dari pada terlalu banyak melahap teori kepenulisan, dapat sedikit teori langsung praktek.



Baca itu penting, namun dalam kasusku saat ini, dimana aku bekerja penuh waktu 11 jam sehari sambil berkuliah, aku harus benar-benar memilah kegiatanku. Aku belum bisa banyak membaca kecuali weekend. Yang kulakukan tiap hari adalah konsisten menulis, tak peduli ada ide atau tidak.

Just jot it down sometimes.



Ide itu datang, seringkali, saat sesuatu sudah dilakukan. Semacam itulah aku berprogres.



So, kamu bangga atas progresmu?



Tentu saja.



I’m making progress, as well as I know I’ll get there and say, “I‘ve made it.”

That’s all.



==



Notes:



Setelah kurenungkan ulang, berpikir dan menimbang apa saja tugas dan kewajiban yang harus kuselesaikan, kuputuskan untuk mengubah jadwalku. Mulai bulan depan, aku akan memposting artikel satu minggu sekali di hari Jum’at.

--

--

inyourmind

Writing to heal my mind. Reading to broaden my horizons.