[Life Experience] Part 1 — Mengurus Visa Kerja Saudi Sebagai Software Engineer

Riandy Rahman Nugraha
Insinyur Negeri Pasir
9 min readDec 13, 2019
Courtesy of https://www.careerbuilder.com

Terinspirasi dari sahabat saya Habibie Faried yang membagikan pengalamannya ketika mengurus visa kerja ke Dubai, lewat tulisan ini saya juga bermaksud membagikan pengalaman saya ketika mengurus visa kerja ke Saudi secara mandiri pertengahan September 2019 kemarin.

Pengurusan visa kerja ke Saudi ini beda banget dengan pengurusan visa kerja ke Dubai seperti yang diceritakan oleh Habibie (meskipun ada langkah-langkah yang sama). Meskipun begitu secara keseluruhan pengurusannya cukup mudah & simple kalau kita sudah tahu bagaimana caranya untuk mendapatkan visa ini.

Sayangnya memang tidak ada informasi yg jelas untuk pengurusan visa ini baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia. Yang ada hanya informasi yang tersebar dari beberapa blog yang sudah kurang relevan bagi saya, tapi secara keseluruhan cukup membantu dalam memahami keseluruhan alur pembuatan visanya. Jadi ya memang dagdigdug juga ketika saya mengurus visanya kemarin. Dan sebenarnya inilah hal yang paling sulit dari semua proses yang ada menurut saya.

Cuma alhamdulillah agen yang kemarin saya pilih ngasih informasi yang lengkap banget tentang proses pembuatan visanya. Jadi lewat tulisan ini saya bermaksud untuk berbagi informasi tersebut ke teman-teman ditambah juga pengalaman-pengalaman saya waktu kemarin di lapangan. Mudah-mudahan tulisan ini bisa bermanfaat juga bagi teman-teman.

Ya udah tanpa banyak basa-basi kita langsung aja ke pembahasan proses pembuatan visanya.

Office Hunting

Jadi setelah request saya buat relokasi ke Saudi di approve oleh pihak kantor, mereka meminta saya untuk mencari “office” yang bisa memproses visa kerja saya lalu meminta saya untuk mencari tahu nomor unik dari “office” tersebut. Pada mulanya saya benar-benar bingung dengan term “office” ini karena memang cukup banyak “office” yang terlibat dalam proses pembuatan visa Saudi secara umum (ada VFS Tasheel, ada Enjaz, kedutaan, dlsb-nya). Jadi ketika itu saya benar-benar bingung apa yang dimaksud dengan “office” ini. Ditambah lagi saya juga kurang paham, apa yg dimaksud dengan nomor unik? Apakah yg dimaksud adalah nomor registrasi di Saudi dari office tersebut? Atau yang dimaksud adalah nomor registrasi yang lain? Cukup membingungkan memang. 😅

Akhirnya setelah beberapa hari saya mencoba mencari informasi (googling, tanya ke teman, telepon, dlsb-nya), saya memutuskan untuk bertanya pada pihak kantor apakah memungkinkan untuk mendapatkan list dari “office” yang dimaksud, karena memang definisi “office” ini cukup ambigu. Alhamdulillah tidak selang beberapa lama pihak kantor mengirimkan saya list dari “office” yang tertera di situs MOFA Saudi dalam bentuk pdf. Ternyata informasi-nya cuma ada dalam bahasa arab cuy, pantesan kagak ketemu searching di google pake bahasa inggris juga. 😂

Setelah saya baca dengan seksama ternyata yang dimaksud dengan “office” ini adalah agen PJTKI teman-teman. Yup, bener banget ternyata saya perlu jadi TKI dulu supaya bisa mendapatkan visa kerja ke Saudi. 😂

Walah tambah dagdigdug aja ketika itu. Ya kalian tau lah gimana image yang kita dapet tentang TKI yang ada di Saudi. Low worker, not treated well, etc. Jadi literally dagdigdug aja ketika itu. 😂

Cuma yang membuat saya ketika itu tetap memutuskan untuk melanjutkan prosesnya adalah karena saya percaya dengan pihak kantor, yang dalam hal ini adalah Haraj. Sudah bertahun-tahun saya bekerja dengan Haraj secara remote dan alhamdulillah mereka sama sekali nggak pernah lalai dalam memenuhi hak saya. Malah sering sekali saya diberikan banyak tambahan ini itu oleh mereka sampai seringkali saya merasa bersalah karena kerja saya nggak seberapa tapi bonusnya banyak sekali. Kayaknya hampir nggak ada deh perusahaan di Indonesia yang kayak gini. 😅

Pernah dulu suatu kali transferan gaji saya terlambat selama lebih dari seminggu. Itu yang turun secara langsung buat menangani masalah adalah pak CEO-nya. Beliau langsung ngantri di bank selama 4 jam cuma untuk mengirim ulang gaji saya. Padahal beliau ini CEO lho! Beliau bisa sebenarnya mendelegasikan tugas ini pada staff-nya yang lain. Cuma beliau lebih memilih untuk menyelesaikan masalah saya secara langsung & mengantri selama berjam-jam di bank secara personal.

Hitungannya jam lho! Kebayang nggak potensi keuntungan perusahaan yang hilang selama beliau menunggu di bank tersebut? Rasanya sangat nggak sebanding dengan gaji saya yang ketika itu. Cuma memang ternyata yang beliau kejar adalah trust dari saya. MasyaAllah…, semoga keberkahan atas beliau & Haraj… 😭😭😭

Duh pokoknya buat saya Haraj ini trusted banget deh. Karena itu saya yakin insyaAllah image buruk tentang TKI ini nggak akan terjadi pada saya. Karena itulah akhirnya saya putuskan untuk tetap melanjutkan proses pembuatan visanya.

Nah, jadi di pdf tersebut (bisa di download disini) ada banyak nama PJTKI yang terpampang disana. Nah cuma ternyata PJTKI yang tertera di pdf tersebut nggak semuanya masih punya izin dari pemerintah Indonesia. Jadi teman-teman juga perlu cek apakah PJTKI pilihan teman-teman masih mengantongi izin dari pemerintah Indonesia. Untuk list PJTKI yang masih berizin pada tahun 2019 bisa dilihat disini. Kalau teman-teman perhatikan link-nya, itu link ke website pemerintah Kota Sibolga, memang agak random sih karena hasil googling, cuma dokumennya berlaku secara nasional kok. 😃

Kalau dari pengalaman saya kemarin ada 2 PJTKI yang respon-nya cepat: PT. Abul Pratamajaya & PT. Lansima. Cuma kemarin yang respon-nya menurut saya cukup baik adalah PT. Abul Pratamajaya karena dari sana saya dapat penjelasan gamblang tentang gimana pengurusan visanya, do & don’ts, dan berbagai info lainnya, dan itu di first call lho. Jadi memang waktu itu saya lebih condong untuk menggunakan jasa dari PT. Abul Pratamajaya ini. Waktu itu saya dihandle langsung oleh Mas Husni, General Manager dari PT. Abul Pratamajaya, orangnya supel & seems berusaha ngejaga trust kita banget.

Nah, kalau teman-teman melihat ke pdf list PJTKI yang berizin, teman-teman bakalan melihat bahwa untuk PT. Abul Pratamajaya nomor izinnya adalah “328 Tahun 2016”, nah nomor 328 inilah ternyata nomor unik dari “office” yang dimaksud oleh Haraj. Saya tahu tentang perihal nomor ini dari info yang diberikan Mas Husni. Nomor unik ini sangat penting karena akan digunakan sebagai validasi agen di kedutaan Saudi di Indonesia nantinya.

Jadi sudah lengkap nih requirement awal supaya Haraj bisa melanjutkan request ke MOFA untuk pembuatan visa kerja saya: nama “office” yg bisa melanjutkan proses visa kerja saya di kedutaan Saudi di Indonesia & nomor unik dari “office” tersebut.

Oh ya selama proses pencarian “office” ini berlangsung, Haraj juga mengirimkan kontrak kerja terbaru saya yang sudah di stamp oleh Chamber of Commerce Riyadh (Kamar Dagang Riyadh), dokumen ini nantinya diperlukan saat pengurusan visa di kedutaan Saudi di Indonesia & juga dalam proses pembuatan KTKLN.

Medical Checkup

Setelah memberikan konfirmasi baik ke Haraj maupun PT. Abul, hal pertama yang perlu saya lakukan adalah medical checkup. Nah untuk medical checkup ini tidak bisa di sembarang tempat teman-teman, namun harus di klinik yang sudah di approve oleh GAMCA (asosiasi klinik atau rumah sakit yang diakui oleh negara-negara teluk). Cuma kalau di PT. Abul, mereka sudah bekerja sama dengan Rayhan Medical Center, jadi kita nggak perlu cari-cari klinik lagi dan semua prosesnya di handle sm PT. Abul.

Cuma ada hal yang perlu temen-temen tahu tentang proses medical checkup ini yang intinya sangat nggak saya rekomendasikan bagi teman-teman perempuan. Kenapa? Ya, karena di klinik ini nggak ada pembagian khusus antara laki-laki maupun perempuan, jadi setiap orang melalui proses yang sama & dihandle oleh tenaga ahli yang ada ketika itu. Kalau saya sebagai laki-laki nggak terlalu bermasalah sih, cuma kalau temen-temen perempuan apalagi berjilbab, benar-benar harus dipertimbangkan dengan baik.

Kemarin ada dua step yang menurut saya sangat menyedihkan yaitu foto & X-Ray. Kenapa? Yup, karena di dua step ini kalau temen-temen berjilbab, temen-temen diminta untuk lepas jilbab-nya. Saya masih teringat ekspresi bingung, malu, dan sedih mbak-mbak TKW yang ada disana ketika itu. 😭😭😭

Saran saya better cari klinik lain sih, karena dulu waktu teman istri saya ke Saudi untuk ikut suaminya kuliah di KAUST, beliau nggak diharuskan untuk membuka jilbab-nya. Cuma pas ditanya nama kliniknya apa dia lupa. 😅

Untuk alternatif klinik lainnya temen-temen bisa lihat disini.

Intinya kalau teman-teman perempuan, apalagi berjilbab, teman-teman benar-benar harus pastikan bahwa proses medical checkup ini “safe” buat temen-temen. Jangan ragu buat nanya & jangan ragu juga buat keukeuh atau ngotot kalau ada hal-hal yang memang dirasa nggak sesuai dengan prinsip yang temen-temen pegang. InsyaAllah bisa kok.

Submit Dokumen

Alhamdulillah hasil medical checkup-nya fit, jadi saya bisa melanjutkan proses pengurusan visanya. Hal yang selanjutnya yang perlu saya lakukan adalah submit beberapa dokumen ke PT. Abul:

  • Ijazah asli
  • Akta lahir
  • Buku nikah (bagi yang sudah menikah)
  • Kartu keluarga
  • Kontrak kerja
  • KTP
  • Paspor yang masih berlaku lebih dari 6 bulan

Seluruh dokumen ini cukup diserahkan hasil scan-nya saja kecuali ijazah asli & paspor yang memang harus diserahkan juga pada saat PT. Abul sudah bisa memulai pemrosesan visa kerjanya.

Kalau temen-temen lulusan IF ITB, saya sarankan temen-temen translate dulu ijazah temen-temen ke Bahasa Inggris di TU STEI. Karena ini bakalan mempermudah proses kedepannya pas nanti temen-temen registrasi di Saudi Council of Engineering. After all gelar kita kan rancu ya? Kalau ijazahnya bahasa Indonesia gelarnya Sarjana Teknik tapi kalau di translasi bahasa Inggris jadinya Bachelor of Science. 😂

Oh ya, pada step ini PT. Abul belum bisa memproses visa kerja saya karena ada kesalahan dari pihak Haraj. Cuma salah ngasih visa id aja sih sebenarnya. Cuma karena beda timezone, prosesnya jadi tertunda 1 hari.

Nah nanti validitas visa id ini bisa dicek disini. Oh ya selain visa id , untuk pengecekan validitas ini diperlukan juga sponsor id. Sponsor id ini kalau dalam kasus saya adalah nomor “KTP” dari pak CEO saya di Saudi. Sesudah urusan Enjaz ini clear, PT. Abul sudah bisa memulai pemrosesan visa kerja saya.

Perekaman Biometrik di VFS Tasheel

Setelah urusan Enjaz clear, hal selanjutnya yang perlu dilakukan adalah perekaman biometrik di VFS Tasheel yang berada di Epicentrum Jakarta. Jadi step-nya adalah datang dulu ke PT. Abul untuk mengambil “surat pengantar” perekaman biometrik, lalu setelah itu ke VFS Tasheel, lakukan perekaman, lalu setelah itu kembali lagi ke PT. Abul untuk menyerahkan dokumen dari VFS Tasheel. Udah sih itu aja.

Saya sarankan pada step ini temen-temen bawa kendaraan sendiri biar mobilitasnya lebih mudah.

Oh ya pada step ini temen-temen harus pastikan ke agen temen-temen bahwa nanti pada saat visanya sudah selesai, temen-temen bakalan dapet dokumen-dokumen berikut:

  • Paspor dengan visa kerja Saudi
  • Translasi ijazah dalam bahasa arab yang sudah dilegalisir oleh Kemenkumham, Kemenlu, & Kedutaan Arab Saudi di Indonesia. Dokumen ini penting banget karena diperlukan untuk registrasi temen-temen di Saudi Council of Engineering nantinya. Kemarin waktu pas saya proses, dokumen ini nggak diberikan karena diambil oleh kedutaan kalau kata PT. Abul 🤔. Jadi make sure ke agen yang temen-temen pakai, kalau kalian bakalan dapet dokumen ini. Karena kalau enggak, kalian nggak bisa join ke Saudi Council of Engineering yang mengakibatkan kalian nggak bisa dapet Iqama (Permanent Resident Card) dan terpaksa harus pulang ke Indonesia setelah masa berlaku visa kalian habis. Alhamdulillah kalau pas saya kemarin Allah mudahkan proses resolve-nya karena network Haraj luas & saya juga punya sertifikasi internasional di AWS sebagai Solutions Architect Associate, jadi keanggotaan saya di Saudi Council of Engineering diterima, meskipun ijazah saya nggak di stamp oleh Kedutaan Arab Saudi di Indonesia.

Menunggu Visa

Setelah perekaman biometrik selesai, hal selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menunggu selama sekitar 1 minggu. Sudah sih setelah itu selesai. Visa kerja saya stamped di paspor.

Cuma memang tanpa translasi ijazah yang sudah dilegalisir sih. 😓

KTKLN (Optional)

Step ini adalah step opsional, cuma karena sudah termasuk pada biaya yang saya bayarkan ke PT. Abul jadi ya sudah sekalian saja saya lakukan. KTKLN ini pada intinya adalah program dari pemerintah Indonesia untuk melindungi warga negara Indonesia yang menjadi pekerja di luar negeri, baik itu profesional maupun non-profesional. Lebih lengkapnya bisa dilihat disini.

Proses pembuatan KTKLN ini di Bekasi lebih tepatnya disini. Jadi stepnya datang dulu ke PT. Abul ambil paspor yang sudah ada visanya, lalu berangkat ke Bekasi.

Dokumen yang diperlukan:

  • Paspor yang sudah ada visa kerjanya
  • Kontrak kerja asli
  • Fotocopy ijazah

Oh ya ingat juga temen-temen perlu pakai pakaian formal dan sepatu karena nanti ada wawancara dengan pejabat imigrasi setempat.

Prosesnya lama banget dan terkesan bertele-tele, padahal sebenarnya 1 jam juga sudah bisa selesai. Pengalaman yang nggak menyenangkan banget sih sebenarnya.

Cuma ya sudah sih yang sudah terjadi biarlah terjadi, yang paling penting semua prosesnya sudah selesai. Setelah itu sudah deh tinggal arrangement utk flight ke Saudi sama pihak Haraj.

Acknowledgement

Pada section ini saya ingin mengucapkan banyak terima kasih pada teman-teman yang sudah membagikan pengalamannya dalam mengurus pembuatan visa ke Saudi baik dalam bentuk tulisan, obrolan, maupun chating. Walaupun ada beberapa informasi jg yang sudah kurang relevan bagi saya, namun tetap informasi-informasi tersebut sangat membantu saya dalam memahami keseluruhan alur pengurusan visa kerja ke Saudi.

Special thanks to:

  • Mr. Yousef Alrasheedi
  • Abdul Hakeem
  • Habibie Faried
  • Anwar Hussein
  • Ahmed T. Ali
  • Kak Luthfi Aziz Firdaus
  • Mas Husni PT. Abul

Untuk tulisan di blog:

Terimakasih banyak. Semoga Allah membalas perbuatan baik kalian dengan yang lebih baik.

Artikel selanjutnya: [Life Experience] Part 2 — Keberangkatan ke Saudi & Proses Pembuatan Iqama

--

--

Riandy Rahman Nugraha
Insinyur Negeri Pasir

Love to learn something new. Insight hunter. Engineering Manager @haraj.