Uber Cup 2024: Indonesia Kembali ke Final Setelah 16 tahun!

Riza Avita Lilyani
5 min readMay 4, 2024

--

Tim Indonesia di Uber Cup 2024
dari kiri atas: Ruzzana, Ester, Rachel, Gregoria, Ribka, Fadia, Lanny
dari kiri bawah: Apriyani, Komang, Meilsya.
(kemenpora)

Kapan terakhir kali tim putri Indonesia berhasil menembus final Uber cup? Jawabannya adalah 16 tahun yang lalu. Tepatnya pada gelaran Thomas & Uber Cup 2008 di Jakarta. Kala itu Indonesia diperkuat oleh pemain yang sekarang telah menjadi legenda besar, seperti Maria Kristin, Vita Marissa, Liliana Natsir, Greysia Polii dan lainnya.

Tahun ini gelaran pertandingan beregu, Thomas & Uber Cup dilaksanakan di Chengdu, China. Tim putri Indonesia membawa 4 tunggal putri yaitu Gregoria Mariska (World Rank 7), Ester Nurumi (World Rank 38), Komang Ayu (World Rank 56) dan Ruzzana (World Rank 108). Indonesia membawa 3 pasang ganda putri yaitu Apriyani Rahayu/ Siti Fadia Silva (World Rank 9), Lanny Tria/ Ribka Sugiarto (World Rank 27), dan Meilsya Trias/ Rachel Allesya R. ( World Rank 34). Bisa dikata line up ini bukanlah line up terbaik secara ranking. Pasalnya ada Putri Kusuma Wardani (World Rank 34) dan Febriana Dwi/ Amalia C. Pratiwi (World Rank 18) yang memiliki ranking lebih tinggi dibanding beberapa pemain Indonesia, namun tidak dibawa untuk bertanding di Uber Cup 2024.

Apriyani Rahayu, sang peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 sekaligus pemain tertua (26 tahun) Indonesia di Uber Cup 2024, didapuk menjadi Kapten Tim. Mengemban tugas sebagai Kapten, tentu bukanlah hal yang mudah. Ia bertanggung jawab untuk memberi motivasi dan membantu anggota timnya.

Pada babak group stage, tim Uber Indonesia menjadi runner up setelah kalah dari Jepang 3–1 di penentuan juara group c. Keluar sebagai runner up, berarti Indonesia harus menghadapi juara group lain. Pada babak knockout, quarterfinal Indonesia berhadapan dengan Thailand. Indonesia tak punya rekor baik di babak quarterfinal, mengingat pada 14 tahun terkahir, tim Uber Indonesia belum pernah bisa menginjakan kaki sebagai semifinalis. Tim putri Thailand merupakan tim yang solid, selalu berhasil mengantongi medali perunggu di dua edisi terkahir Uber Cup. Namun, bukan berarti Indonesia tak punya peluang sama sekali mengingat tiga tunggal putri Thailand tengah merana akibat cedera dan sedang berusaha mengembalikan top performance masing-masing. Sedangkan ganda putri pertama mereka, Jongkolphan/Rawinda kalah H2H dengan ganda putri pertama Indonesia, Apriyani Rahayu/ Siti Fadia Silva R.

Gregoria Mariska Tunjung mebuka pertandingan dengan Ratchanok Intanon dengan cukup menyakinkan. Meskipun secara H2H, ia kalah 8–0 dengan Intanon. Namun pertemuan terakhir mereka adalah 3 tahun lalu. Gregoria yang dulu juga bukanlah Gregoria yang sekarang berhasil menjuarai pertandingan superseries BWF. Alhasil, sesuai dugaan, Gregoria berhasil menyumbangkan poin pertama untuk Indonesia. Disusul oleh Apriyani/Siti yang menyumbang poin kedua. Di partai ketiga, Ester turun menghadapi Supanida yang memiliki ranking 16 dunia. Supanida belum teruji di pertandingan beregu, dan kini nasip Thailand ada ditangannya. Kalau dia kalah, maka Thailand angkat koper lebih awal. Pertandingan berlangsung intens dengan tiga babak. Di game terakhir, Ester sudah sempat memanggil tim medis karena ia mengalami kram kaki. Dengan segala sisa tenaga, dua smash terakhir Ester, berhasil menembus pertahanan Supanida. Indonesia menang 3–0 atas Thailand. Memastikan diri mendapat medali, dan mengakhiri penantian 14 tahun untuk bisa berdiri di podium Uber Cup. Namun, tim Uber Cup Indonesia tak selebrasi berlebihan. Pemain senior seperti Apriyani dan Gregoria yang sudah berkali-kali mengalami kekalahan di gelaran Uber Cup saling memeluk dan berderai air mata. Mengagumi momen bersejarah yang akhirnya dapat mereka wujudkan bersama.

Pada keesokan harinya, euforia keberhasilan menembus semifinal sudah harus ditinggalkan. Mereka harus menatap babak selanjutnya, bertanding melawan juara bertahan, Korea Selatan. Gregoria sebagai tunggal pertama, semestinya melawan An Seyoung sang ranking 1 dunia. Namun naas, An Seyoung mengalami demam dan sakit perut, sehingga tak memungkinkan untuk bermain di partai semifinal. Gregoria bermain melawan Sim Yujin, pemain yang telah 11 kali bermain di Uber Cup dan tak pernah mengalami kekalahan sekalipun. Namun, Gregoria yang saat ini ranking 7 dunia, berhasil mengalahkan lawannya dengan dua set langsung. Indonesia unggul 1–0 atas Korea Selatan. Pertandingan selanjutnya adalah ganda putri pertama, di atas kertas dan secara H2H, bisa dipastikan Indonesia akan mengalami kekalahan. Apriyani/Siti akhirnya kalah dua set langsung dalam game berdurasi 43 menit. Skor menjadi 1–1. Pertandingan dilanjutkan oleh tunggal putri kedua. Ester yang masih berusia 19 tahun telah bermain sejak hari pertama dengan rata-rata game berdurasi 1 jam. Namun dengan kegigihan dan semangatnya, ia berhasil menyumbang poin kedua bagi Indonesia setelah mengalahkan Kim Garam dalam rubber set. Ganda putri, Lanny/Ribka mengalami kekalahan, yang mengakibatkan pertandingan akan dilanjut ke partai terakhir yaitu tunggal putri ketiga. Pada situasi seperti ini, teknik dan ranking kadang tak lagi menjadi penentu. Mental dan ketahanan diri atlet dalam menghadapi tekananlah yang akan menjadi kunci utama kemenangan di partai penentu. Dengan ketenangan dan afirmasi positif dari coach di kursi pelatih, yang senantiasa meneriaki, “Kamu hebat!” Komang berhasil unggul 19–14 di game terakhir. Namun, Kim Minsun yang bertekad besar, berhasil menekan Komang hingga poin menjadi 20–19. Satu kesempatan lagi bagi Komang untuk menutup kemenangan atau satu poin lagi bagi Kim Minsun untuk memaksa poin deuce. Beruntung, Kim Minsun yang berusia 18 tahun,mungkin sedikit tegang, pukulan terakhirnya sedikit tanggung. Komang menyabet bola dengan sekuat tenaga, menyasar badan Kim Minsun yang belum sempat memasang pertahanan.

Setelah berhasil menutup game dengan skor 21–19, Komang terduduk lemas di Lapangan. Tekanan yang ia dapat jelas sangat besar. Rekan satu timnya yang tak henti-hentinya memberi dukungan di kursi pemain, berhamburan menuju lapangan. Meilsya dan Rachel berlari sambil membawa bendera merah putih. Seluruh pemain saling berpelukan, merayakan kemenangan dengan perasaan haru. Sang kapten, Apriyani Rahayu terlihat kembali meneteskan air mata. Gregoria, yang sudah masuk squad Uber sejak Uber Cup 2016, tak pernah sekalipun mendapat medali, kali ini tersenyum dengan lebar, karena sektor tunggal putri hari ini menjadi sektor penyumbang poin. Dengan kemenangan Gregoria, Ester dan Komang, Indonesia menempati satu tempat di Final.

Penantian 16 tahun akhirnya usai, Apriyani dan tim akan berdiri di podium, entah berkalungkan perak atau emas. Besok, tim Uber Indonesia akan menghadapi sang tuan rumah, China. Tim Uber Indonesia adalah tim dengan satu tujuan, satu mimpi, berusaha mengikis batas nan jauh antara generasi mereka dengan generasi para legenda, Susi Susanti misalnya. Tidak diunggulkan, tidak di prediksi akan ke final, namun Tim Uber Indonesia membuktikan bahwa tak ada yang tak mungkin bila manusia sudah berjuang.

Apriyani Rahayu, ketika menyanyikan yel-yel untuk mendukung rekan setimnya yang tengah bertanding.
(Kemenpora)

--

--

Riza Avita Lilyani

Penulis yang menulis cerita, puisi, bulutangkis, kehidupan sosial, dan segalanya yang bermuara pada dunia.