Cinta

CW // death, character death, mentioning of blood, abuse, toxic relationship, violence, disturbing, angst, no comfort, very very toxic trait.

Rizu
2 min readMar 23, 2024

--

Buket bunga yang besar, harum itu sudah biasa bagi Isagi. Nafasnya terasa sedikit tercekat setiap harum itu memasuki indera pernafasan. Mungkin jikalau bunga itu memiliki kesadaran, mereka tidak ingin dirangkai untuk alasan seperti ini. Keindahan yang disia-siakan membuat Isagi muak. Kelopak-kelopak yang berjatuhan, lantai yang merasakan sentuhan lembut kelopak itu pun akan memeluk Isagi yang tadi malam meneteskan darah segar akibat dari pukulan Rin. Kini bekas tetesan darah itu tersamar oleh kelopak-kelopak bunga yang bertebaran.

Kalau saja air panas yang saat ini disiram oleh Rin dapat merasakan emosi, ia akan semakin mendidih akibat amarahnya memuncak. Sebab saat ini air panas itu dituang Rin ke atas permukaan kulit tangan Isagi, membuat kulit itu memerah dan mulai melepuh. Rintihan Isagi mulai berubah menjadi teriakan, perlahan-lahan menjadi tangisan. Mengingat air panas itu telah habis dari wadah yang Rin gunakan.
Bola mata Rin memperhatikan karya miliknya, yang menggunakan tangan Isagi sebagai kanvas. Mungkin ia berpikir ada sentuhan yang kurang, dinyalakannya kompor gas itu. Tidak lupa menarik Isagi dan menempatkannya tepat di atas api-api yang berwarna biru keunguan. Teriakan Isagi pecah, membuat Rin melepaskan tangannya yang menahan tangan Isagi. Isagi terjatuh, tak kuasa menahan rasa sakit di tangannya. Rin mencium Isagi yang masih berusaha menahan teriakannya.

Pelukan hangat Rin yang terasa amat dingin sudah biasa bagi Isagi. Dingin yang Isagi rasakan semakin menusuk mengingat air yang dipakai Rin untuk mencekik pernafasan Isagi di kamar mandi sebelumnya. Kini pelukan Rin diikuti dengan bisikan-bisikan halus yang membuat Isagi bergidik ngeri. Mungkin jika kalian dapat memilih, opsi 'tidak' adalah pilihan yang tepat. Namun aku harus memberi tahu kalian bisikan Rin, yang meminta Isagi untuk tetap bersamanya.

Kalau saja, Isagi dapat lepas dari tempat ini. Rumah ini. Rumah yang benar-benar mengerikan. Isinya hanyalah dirinya dan seseorang, yang tak ia kenal. Benar, Isagi tidak mengenal Rin yang seperti itu. Ia tidak kenal Rin yang kasar padanya. Rin berubah, cinta Rin kini sudah berubah menjadi obsesi. Begitu mengerikan. Isagi bahkan nyaris melupakan tanggal, ia begitu dibatasi. Tapi ya biarlah.

Toh, walau Rin kasar kepadanya. Memberikan rasa ngeri dan lain-lain, di penghujung hari, ia akan memberikan Isagi banyak afeksi.

Benar bukan?
Ah...salah.

Kini pisau tajam sudah tertancap di perut Isagi. Darah sudah merubah warna pakaian Isagi. Kesadaran Isagi sudah mulai menghilang. Namun kata-kata yang Isagi dengar untuk terakhir kalinya membuat perasaan Isagi terasa lebih menyakitkan dibandingkan pisau pada perutnya.

"Sekarang kamu akan menjadi milikku selamanya, Isagi Yoichi. Milik Itoshi Rin.

--

--